PWMU.CO– Museum Aya Sofya diubah jadi masjid, negara Barat keluarkan ancaman kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam sepekan ini. Kedutaan Besar Turki di Eropa didemonstrasi dan benderanya dibakar.
Jumat (10/7/2020) pengadilan Dewan Negara Turki mengabulkan gugatan membatalkan perubahan Aya Sofya jadi museum tahun 1934 dan mengembalikan hak properti itu kepada yayasan.
Pemerintah Yunani lewat suara Menteri Pembangunan Pedesaan Makis Voridis mengancam bakal menjadikan rumah Mustafa Kemal Ataturk di Thesalonika menjadi museum genosida.
Makis Voridis mengatakan, keputusan Turki mengubah Hagia Sophia jadi masjid menjijikkan. Dia menuduh pemerintah Turki tidak mempunyai ketertarikan menjalin hubungan positif dengan negara Barat dan komunitas internasional.
Menurut dia, Hagia Sophia bukan sekadar bangunan kebudayaan, tapi juga simbol bagi Kekristenan dan Ortodox. Karena itu balasan bagi Turki adalah mengubah rumah tempat kelahiran presiden pertama Mustafa Kemal Ataturk jadi museum genosida.
”Dunia seharusnya menyadari Turki menjadi ancaman stabilitas dunia, Barat harus memberi pesan tegas. Kita harus menegaskan bahwa Erdogan benar-benar tak terkendali dan negara Barat akan segera menghadapinya,” tandas Voridis.
Eropa Diminta Intervensi
Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias meminta Komisi Eropa menyiapkan langkah tegas bagi Turki yang mengubah museum Aya Sofya jadi masjid. Dia membawa permasalahan itu dalam pertemuan para menteri luar negeri Komisi Eropa, Senin.
Mengubah Hagia Sophia menjadi masjid, sambung dia, seharusnya mendapat perhatian Uni Eropa hingga PBB. ”Kami punya kewajiban konstitusional untuk melindungi hak kami. Yunani jelas akan melindungi kepentingannya, dan Uni Eropa harus mengakuinya,” jelas Dendias.
Paus Fransiskus juga bersuara. Dia mengatakan, sangat sedih atas keputusan Turki itu. ”Saya memikirkan Istanbul. Saya sedang memikirkan Hagia Sophia. Saya sangat sedih,” kata Paus.
Pemimpin Gereja Ortodoks Rusia, Patriarch Kirill, mengatakan, perubahan Hagia Sophia menjadi masjid mengancam kekristenan.
”Ancaman terhadap Hagia Sophia merupakan ancaman bagi semua peradaban kristen, spiritualitas dan sejarah kita,” kata Kirill. ”Perubahan itu menyebabkan rasa sakit yang mendalam di antara orang-orang Rusia.”
Pemerintah Rusia berharap otoritas Turki mempertimbangkan status Hagia Sophia sebagai situs warisan dunia. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, Hagia Sophia adalah maha karya yang tercipta di dunia. Bagi wisatawan asal Rusia, situs tersebut memiliki nilai spiritual yang dalam.
Perjuangan 15 Tahun
Perjuangan mengubah Aya Sofya menjadi masjid dilakukan selama 15 tahun. Sejak tahun 2005 dengan mengajukan petisi oleh sekelompok masyarakat. Dasarnya petisi adalah dokumen dari kulit rusa yang dimiliki Yayasan Sultan Mehmet II yang dibentuk sejak tahun 1453 untuk menjaga masjid itu.
Dewan Negara Turki setuju dengan petisi itu dan menyimpulkan bahwa akta asli menyebutkan Sultan Mehmet II menetapkan bangunan itu sebagai masjid. Penggunaan di luar itu dianggap ilegal.
Dokumen lain adalah Tapu Senedi atau Pendaftaran Tanah. Dokumen itu menunjukkan hak kepemilikan tanah atau properti. Menyebutkan pemilik Aya Sofya adalah Ebulfetih Sultan Mehmet Vakfı. Artinya Yayasan Abul Fatih Sultan Mehmet.
Sementara klaim bahwa Sultan Mehmet II membeli Aya Sofya seperti diberitakan hingga kini belum ada dokumennya yang membuktikan itu.
Menurut sejarahnya, Gereja Aya Sofya pertama kali dibangun oleh Kaisar Konstantinus, pendiri Konstantinopel, pada tahun 325 Masehi di bekas reruntuhan kuil animisme. Dibangun dari kayu dengan arsitektur sederhana.
Beberapa kali rusak dan diperbaiki oleh kaisar berikutnya. Seperti tahun 404 M yang rusak akibat kerusuhan. Kaisar Theodosios II pada tahun 415 membangun kembali berupa basilika gereja.
Tahun 532 M, Hagia Sophia hancur lagi akibat kerusuhan Nika. KaisarJustinianus I membangun besar-besaran seperti bentuknya yang sekarang. Arsiteknya juga ahli fisika Isidoros Milet dan Anthemios Tralles dari Yunani. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto