10 Hari yang Dicintai Allah ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian 10 Hari yang Dicintai Allah ini dimulai dari hadits riwayat Tirmidzi.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ. رواه الترميذى
Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada hari-hari untuk berbuat amal shalih yang lebih Allah cintai kecuali sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.
Para shahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sekalipun Jihad fi sabilillah?’
Rasulullah SAW menjawab: ‘Sekalipun jihad fi sabilillah, kecuali seorang lelaki yang pergi berjihad dengan harta dan jiwanya lalu tidak kembali sedikitpun dari keduanya.’
Sepuluh Hari Itu
Sepuluh hari yang yang dimaksud dalam hadits di atas adalah 10 hari mulai awal bulan Dzulhijah. Ada sepuluh hari yang juga sangat dianjurkan oleh Rasulullah kepada umatnya adalah sepuluh hari terakhir di bulan suci Ramadhan.
Akan tetapi sepuluh terakhir pada bulan suci Ramadhan tersebut terutama adalah pada malam harinya, karena berkenaan dengan lailatul qadar.
Sedangkan sepuluh hari di awal bulan Dzulhijjah ini adalah baik siang maupun malamnya. Dalam hal ini sebagai dorongan kepada kita sebagai umat Rasulullah untuk melaksanakan berbagai amalan atau ibadah baik yang bersifat vertikal atau horizontal, khususnya yang sunnah agar ditambah intensitasnya.
Wujud Kasih Sayang Allah
Demikianlah Allah Dzat Yang Maha Rahman dan Rahim, selalu memberikan fasilitas istimewa kepada hambanya, yaitu dengan menganugrahkan baik berupa tempat yang istimewa misalnya Masjid al-Haram di al-Makkah al Mukarramah atau Masjid Nabawi di al-Madinah al-Munawwarah.
Demikina pula dengan waktu-waktu khusus yang diistimewakan oleh Allah, misalnya hari Jumat, bulan suci Ramadhan dan juga sepuluh di awal bulan suci Dzulhijah ini.
Allah berfirman:
وَٱلۡفَجۡرِ وَلَيَالٍ عَشۡرٖ
Demi fajar dan malam yang sepuluh. (al Faj 1-2)
Menurut Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya di antaranya yang dimaksud pada ayat di atas adalah sepuluh di awal bulan Dzulhijjah.
Keutamaan Bulan Dzulhijah
Bulan ini di dalamnya dilaksanakan ibadah haji, sebagai pelaksanaan rukun Islam pamungkas. Begitulah rukun Islam itu telah didesain sedemikian rupa, dimulai dengan penancapan kekuatan akidah sebagai pondasinya yang kokoh tiada tanding, ditancapkan tiang-tiang shalat dan dibentengi dengan dinding puasa, lalu dipasang pintu dan jendela zakat dan sedekah, kemudian sebagai penyempurnanya adalah haji ke Baitullah.
Haji ini merupakan wujud kepasrahan secara totalitas sebagai hamba kepada tuhannya. Dengan sebagian besar menapak-tilas perjalanan khalilullah Ibrahim alaihissalam beserta keluarganya.
Beliau sebagai utusan Allah yang telah gemilang menuntaskan ujian demi ujian tanpa sedikitpun bersuudhdhan kepada Allah. Sehingga beliau berhak mendapatkan gelar yang sangat tinggi di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala. Di samping sebagai khalilullah atau kekasih Allah, beliau juga mendapat gelar bapaknya para nabi dan rasul.
۞وَإِذِ ٱبۡتَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٖ فَأَتَمَّهُنَّۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامٗاۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِيۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهۡدِي ٱلظَّٰلِمِينَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia’. Ibrahim berkata: ‘(Dan saya mohon juga) dari keturunanku’. Allah berfirman: ‘Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim.’ (al Baqarah 124).
Fa atammahunna bermakna sangat sempurna. Beliau menyelesaikan ujian itu dengan sangat sempurna baik dalam tingkat kesabarannya dan juga tawakkalnya kepada Allah secara 100 persen.
Demikianlah pelajaran yang dapat diambil dari napak tilas Nabi Ibrahim bersama keluarganya—yang seharusnya hal itu juga menjalar pada jamaah haji sebagai rangkaian sekaligus penyempurna dari kehambaan seorang hamba kepada Allah SWT.
Puasa Arafah dan Kerkurban
Termasuk di awal sepuluh bulan Dzulhijah itu pada tanggal 9, saat jamaah haji sedang wukuf di Arafah. Bagi yang tidak sedang berhaji diperintahkan untuk berpuasa.
‘Iming-‘iming dari puasa ini adalah diampuninya dosa-dosanya yang telah lalu dan yang sedang berjalan, yakni dua tahun dosanya diampuni. Sungguh merupakan fasilitas yang sangat luar biasa bagi umat Rasulullah SAW ini.
Sekaligus pada tanggal berikutnya khususnya dimulai tanggal 10 Dzulhijah kaum muslimin diperintahkan untuk berkurban.
Berkurban ini merupakan panggilan takwa, sekalipun berlangsung setiap tahunnya jangan sampai kemudian kita terjebak pada seolah budaya semata. Akan tetapi yang terpenting panggilan ini adalah panggilan ketakwaan kepada Allah. Hal ini juga berarti harus berupaya memberikan yang terbaik dan selalu menjaga keikhlasannya dalam berkurban.
Tentu dampak sosial demi kepentingan dakwah juga harus mendapatkan perhatian. Sehingga semua orang merasa diperhatikan dan merasakan kasih sayang dengan syariat agama ini.
Termasuk di dalamnya jika hendak membagikan daging kurban kepada ghairul islam juga diperkenankan sebagaimana pendapat para ulama. Hal ini berlandaskan pada firman Allah:
لَّا يَنۡهَىٰكُمُ ٱللَّهُ عَنِ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُقَٰتِلُوكُمۡ فِي ٱلدِّينِ وَلَمۡ يُخۡرِجُوكُم مِّن دِيَٰرِكُمۡ أَن تَبَرُّوهُمۡ وَتُقۡسِطُوٓاْ إِلَيۡهِمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُقۡسِطِينَ
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. (al-Mumtahanah 8).
Melebihi Pahala Jihad
Amal shalih di awal bulan Dzulhijah dinilai lebih berat dari jihad fii sabilillah. Hal ini menunjukkan betapa besar dan agungnya Allah memberikan balasan kepada hamba-Nya yang berusaha dengan sekuat kemampuannya untuk beramal shalih pada hari-hari itu.
Digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits di atas, kecuali jika kemudian ia berjihad dengan seluruh harta dan nyawanya yang tanpa kembali sedikitpun.
Semoga kita dapat memanfaatkan momentum sepuluh di awal bulan Dzulhijjan tahun ini dengan sebaik-baiknya demi peningkatan kualitas kehambaan diri kepada Allah SWT. Amin! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.