PWMU.CO– Delegasi Kristen Habasyah Afrika pernah mendatangi Nabi Muhammad saw sewaktu masih di Mekkah. Jumlahnya 20 orang. Mereka datang ke Mekkah, karena mendengar informasi ada orang mengaku nabi di kota ini.
Mereka menemui sewaktu Rasulullah berada di Masjidil Haram. Lalu duduk bersama di sekitar Kakbah bertanya untuk membuktikan kebenaran kabar kenabian.
Rasulullah lantas mengajak mereka ke jalan Allah. Kemudian membacakan al-Quran kepada mereka. Ketika mendengar al-Quran, mata mereka mengucurkan airmata.
Delegasi Kristen Habasyah merespon dakwah Islam, beriman kepada kerasulannya, membenarkan dan mengenali persis seperti sifat yang dijelaskan dalam kitab Injil.
Usai pertemuan yang mengharukan itu, delegasi Kristen Habasyah ditemui Abu Jahal bin Hisyam dan sejumlah orang-orang Quraisy. Abu Jahal mengecam orang-orang Habasyah ini karena terpengaruh oleh ajaran Nabi.
Dia berkata kepada orang Habasyah yang telah masuk Islam, ”Kalian dikirim kaummu untuk pulang membawa informasi tentang orang ini. Namun yang terjadi justru kalian senang duduk dengannya kemudian meninggalkan agama kalian dan membenarkan ucapannya,” kata Abu Jahal jengkel. ”Kami tidak pernah mendapati delegasi yang lebih bodoh daripada kalian.”
Delegasi Habasyah dengan sabar berkata kepada orang-orang Quraisy, ”Salam sejahtera atas kalian, kami tidak menganggap kalian bodoh. Kami bebas mengerjakan apa saja yang kami inginkan dan kalian bebas mengerjakan apa saja yang kalian inginkan. Kami tidak akan mengabaikan kebaikan bagi agama kami.”
Peristiwa kedatangan delegasi orang Habasyah ini akhirnya dikisahkan oelh Allah dalam surat al-Qashash: 52-55.
Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Alkitab sebelum al-Quran, mereka beriman kepada al-Quran. Apabila dibacakan kepada mereka, mereka berkata,”Kami beriman kepadanya, sesungguhnya al-Quran suatu kebenaran dari Tuhan kami, sesungguhnya Kami sebelumnya orang-orang yang membenarkannya. Dan seterusnya…
Sikap Orang Quraisy
Sebenarnya Abu Sufyan bin Harb, Abu Jahal bin Hisyam, dan al-Akhnas bin Syariq penasaran dengan al-Quran. Mereka ingin mendengarkan sendiri tanpa diketahui orang lain. Suatu malam diam-diam tiga orang ini keluar sendiri-sendiri mendekati rumah Nabi.
Tiap orang mengambil tempat duduk berbeda tanpa diketahui lainnya. Mereka terjaga mendengarkan bacaan ayat-ayat al-Quran dari Nabi. Hingga fajar menyingsing, mereka pulang. Baru mereka saling memergoki ketahuan sama-sama tertarik bacaan al-Quran.
Mereka saling berkata,”Jangan ulangi perbuatan kalian ini, sebab jika kalian dilihat orang pasti memalukan.” Mereka berpisah.
Ternyata malam berikutnya, tiga orang ini datang lagi ke rumah Nabi sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan al-Quran. Satu sama lain tidak tahu. Jelang fajar mereka pergi, bertemu kembali dan salin olok-olok terpengaruh Nabi Muhammad. Kejadian ini terulang hingga ketiga kali.
Eso harinya, al-Akhnas mengambil tongkatnya kemudian keluar menemui Abu Sufyan di rumahnya. ”Abu Sufyan, bagaimana pendapatmu tentang apa yang dibaca Muhammad?”
Abu Sufyan menjawab,”Demi Allah, aku mendengar sesuatu yang aku kenal dan aku mengerti maksudnya. Aku juga dengar sesuatu yang tidak aku kenal dan tidak aku pahami maksudnya.”
Al-Akhnas berkata,”Aku juga seperti itu.”
Kemudian dia meninggalkan Abu Sufyan menuju rumah Abu Jahl. Tiba di rumahnya, al-Akhnas bertanya yang sama.
Abu Jahal menjawab,”Apa yang aku dengar? Kita bersaing keras memperebutkan kehormatan dengan Bani Abdu Manaf. Mereka memberi makan, dan kita juga memberi makan. Mereka menanggung orang, dan kita pun menanggung orang. Mereka memberi, dan kita pun memberi. Hingga tiba-tiba mereka berkata, kita memiliki nabi yang mendapatkan wahyu dari langit.”
”Kapankah kita bisa mendapatkan hal seperti itu? Demi Allah, aku tidak akan beriman kepada nabi tersebut dan tidak membenarkannya,” tandas Abu Jahal. Kemudian al-Akhnas berdiri dari hadapan Abu Jahl dan meninggalkan rumahnya. (*)
Kisah ini diambil dari Sirah Ibnu Hisyam.
Editor Sugeng Purwanto