Asal Usul Kota Makkah ditulis oleh Bahrus Surur-Iyunk, Dosen STIT Pondok Modern Muhammadiyah Paciran Lamongan; Guru SMA Muhammadiyah I Sumenep.
PWMU.CO – Bulan Dzulqadah dan Dzulhijjah adalah bulan Nabi Ibrahim bersama keluarganya. Pada bulan ini, tradisi kehidupan kelarga ini ‘diamalkan’ ulang oleh umat Islam. Seperti, thawaf, sai, lempar jumrah, atau berkurban yang menjadi bagian ritual haji.
Negeri Saba’
Adapun yang menjadi titik sentrum ibadah haji adalah Makkah. Terbentuknya kota suci tersebut tidak bisa dilepaskan dari Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Dalam Surat Saba’ 15, Allah menjelaskan, “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.
(Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”
Dulu, di negeri Saba, atau Yaman kin, ada dua bendungan di timur dan di barat—dalam bahasa al-Quran di kiri dan di kanan. Namanya bendungan Ma’rib.
Dua bendungan inilah yang menjadikan Saba’ menjadi negeri yang subur. Makanan dan buah-buahan melimpah. Semua jenis sayuran ada. Perkebunan, pertanian, peternakan, dan perdagangan negeri Saba’ sangat maju dan kaya raya.
Namun, pada saat itu, mereka kufur atas nikmat Allah tersebut. Karena kekufuran mereka, dua bendungan itu akhirnya disapu banjir dan diganti oleh Allah dengan pepohonan berduri. Sebagaimana lanjutan ayat di atas.
“Tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl (sejenis pohon cemara) dan sedikit dari pohon Sidr (sejenis pohon berduri). (Saba 16)
Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (Saba 17)
Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkah kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman.” (Saba 18).
Negeri yang Diberkahi
Yang dimaksud dengan negeri yang Kami limpahkan berkah kepadanya ialah negeri berada di Syam, karena kesuburannya. Dan negeri-negeri yang berdekatan ialah negeri-negeri antara Yaman dan Syam, yaitu gurun pasir Makkah yang tandus.
Saat itu, Hajar dan Ismail sudah diberkahi mata air Zamzam. Karena mata air itu, orang-orang dapat berjalan dengan aman siang dan malam tanpa terpaksa berhenti di padang pasir dan tanpa mendapat kesulitan.
“Maka mereka berkata: ‘Ya Tuhan Kami jauhkanlah jarak perjalanan kami.’ Dan mereka menganiaya diri mereka sendiri; Maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi Setiap orang yang sabar lagi bersyukur.” (Saba 19)
Karena kekeringan dan tidak ada tetumbuhan dan air yang bisa mereka makan secara layak, maka semua suku-suku yang ada di Saba keluar dari negerinya.
Asal Usul Kota Makkah
Saat itu, belum ada suku Arab kecuali di Saba. Mereka pindah bermigrasi ke negeri Syam yang subur. Posisi Saba atau Yaman, jika dilihat di peta, berada di bagian selatan. Saat mereka hendak menuju negeri Syam, mereka harus melewati lembah yang berada di tengah-tengahnya.
Saat melewati lembah itulah mereka melihat burung-burung yang berputar-putar di atasnya. Kabilah dari Saba ini sebenarnya heran. Biasanya mereka tidak pernah menemukan air di sekitar daerah itu, tapi mengapa sekarang banyak burung yang berputar-putar. Kedatangan burung-burung adalah tanda bahwa di sana ada air. Mereka pun medatangi tempat itu.
Dan benar. Ternyata, ada seorang ibu dan anak yang sedang duduk di samping mata air Zamzam. Menariknya, kabilah yang sedang dalam perjalanan itu masih meminta izin kepada Hajar untuk tinggal di sana.
Luar biasa, mereka sudah punya adab. Mereka adalah sebuah suku besar dari Saba’. Belakangan, suku itu disebut sebagai Suku Jurhum. Mereka yang pernah hidup di Saba’ yang subur pada masanya. Mereka memiliki keahlian perkebunan dan peternakan.
Inilah awal terbentuknya Kota Makkah dengan mata air Zamzam yang tidak pernah kering. Suku Jurhum ini selanjutnya membangun rumah. Mereka juga sudah membawa ternak yang mereka bawa dari negeri Yaman.
Pada saat itu Ismail tumbuh besar di tengah-tengah komunitas suku Jurhum ini. Inilah awal asal usul terbentuknya kota Makkah.
Makna Nama Ibrahim
Dalam bahasa Syiria atau Aramik, Ibrahim itu artinya “Sang Penyeberang”. Ibrahim bisa berjalan kaki dari Babilonia (Irak) menuju Palestina. Dari Palestina ke Mesir. Dari Mesir kembali lagi ke Palestina. Dan dari Palestina menuju Makkah.
Ibrahim jika dilihat dari bahasa Arab berasal dari kata abun dan rahim. Abun artinya ayah, sedangkan rahim artinya penuh perhatian dan sangat sayang.
Karena teramat sayang dan perhatiannya, Ibrahim akhirnya sering menjenguk Hajar dan Ismail ke Mekkah. Ia ingin tahu siapa yang merawatnya, bergaul dengan siapa dan bagaimana keadaannya.
Nama-Nama Lain Kota Makkah
Dalam al-Quran, lembah Makkah disebut dalam berbagai istilah. Ada istilah al-balad al-amin (kota yang aman; negeri yang aman; negeri yang terlindungi).
Istilah itu dapat ditemukan dalam rangkaian firman Allah QS. A-Tiin: “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun. Dan demi bukit Sinai. Dan demi kota (Mekah) ini yang aman.”
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa Tin ialah tempat tinggal Nabi Nuh yang berada di Damaskus yang banyak pohon Tin. Dan Zaitun ialah Baitul Maqdis yang banyak tumbuh pohon Zaitun.
Makkah juga disebut dengan nama Bakkah. Istilah ini, menurut Nurcholish Madjid, ternyata juga dipakai dalam Bible, yaitu ada dalam kitab Genesis yang melukiskan tentang bagaimana Ismail diberkati oleh Tuhan yang berjalan menuju lembah bernama Bakkah. Ini sebagai suatu ilustrasi tentang sampainya Ismail ke negeri itu.
Istilah lain untuk Mekkah yang juga digunakan dalam al-Quran adalah Ummul-Qura. Istilah ini yang sekarang dijadikan nama sebuah universitas di Mekkah, yaitu Universitas Ummul-Qura.
Sama persis artinya dengan istilah dalam bahasa Yunani yang sudah menjadi bahasa Indonesia, yaitu metropolitan. Metro artinya umm (ibu), dan politan artinya qura (kota, polis). Jadi, metropolitan atau ummul-qura adalah sama dengan ibukota. Sebab, Mekkah itu ibukota spiritual umat manusia.
Dulu Mekkah juga disebut dengan nama Macoraba. Kata ini berasal dari bahasa Arab, yaitu maqrabah yang artinya tempat melaksanakan kurban.
Dalam sejarahnya, tempat ini memang dianggap tempat suci dalam melaksanakan kurban. Menurut sumber-sumber agama yang tercampur legenda, Makkah itu sudah ada dan dikenal sejak Nabi Adam. Jadi bukan seak zaman Nabi Ibrahim.
Dengan demikian, keberadaan dan terbentuknya keadaban kota Makkah itu dihidupkan kembali oleh Nabi Ibrahim dan keluarganya atas perintah dan wahyu yang disampaikan Allah kepadanya.
Sekali lagi, semua ini bukanlah sesuatu yang kebetulan terjadi karena proses alamaiah yang dilakukan oleh manusia. Tetapi, semua ini terjadi atas kehendak Allah Yang Maha Kuasa. Wallahu a’lamu bi al-shawab. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Bahrus Surur-Iyunk adalah penulis buku Teologi Amal Saleh (2006), Agar Imanku Semanis Madu (2017), Nikmatnya Bersyukur (2018), Indahnya Bersabar (2019) dan 10 Langkah Menembus Batas Meraih Mimpi (2020).