• Redaksi
  • Iklan
  • JarMed
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
Advertisement
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Tekstualis Neo Salafisme

Minggu 26 Juli 2020 | 06:13
in Kabar
0
550
SHARES
561
VIEWS
Tekstualis Neo Salafisme ditulis oleh Syafiq A. Mughni, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah; Guru Besar UINSA Surabaya.
Prof Syafiq A. Mughni, penulis Tekstualis Neo Salafisme. (Sketsa ulang foto oleh Atho’ Khoironi/PWMU.CO)

Tekstualis Neo Salafisme ditulis oleh Syafiq A. Mughni, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah; Guru Besar UINSA Surabaya.

PWMU.CO – Keyakinan bahwa hanya ada satu al-Quran telah menjadi anutan bagi seluruh umat Islam. Bahkan Syiah pun hampir seluruhnya mengaku meyakini hal yang sama. Apa yang mereka baca adalah al-Qur’an yang sama, tidak ada lainnya.

Ada kelompok yang sangat kecil berpendapat semestinya ada versi lain tetapi mereka tidak bisa menunjukkan mana versi yang berbeda itu. Dalam al-Quran sendiri Allah telah menjamin bahwa al-Quran (al-dzikr) akan terjaga dari perubahan.

Dalam sejarah disebutkan ada beberapa orang yang telah mencoba memalsukan atau merubah sebagian ayat tetapi usaha itu selalu gagal untuk mengelabuhi umat. Perubahan tidak pernah bisa disembunyikan.

Aliran Tekstualis

Sementara teks (nashsh) al-Quran tetap terjaga, pemahaman terhadapnya bisa berubah atau berbeda-beda. Ada aliran tekstualis yang sangat berpegang teguh pada teks (nashsh).

Kelompok ini berpendapat pemahaman yang benar adalah pemahaman yang tidak bergeser dari teks. Menurutnya, tidak boleh ada pemahaman yang berdasar takwil, yakni penggeseran dari makna lahir.

Pemahaman tekstualis seperti itu berlaku juga terhadap teks hadits-hadits Nabi. Apa yang diucapkan oleh Nabi haruslah dimaknai apa adanya tanpa takwil.

Berbeda dari tekstualis, aliran kontekstualis berpendapat banyak ayat atau sabda Nabi yang harus dipahami sesuai dengan konteksnya karena nashsh lahir dalam situasi tertentu atau budaya tertentu.

Baca Juga:  Syafiq Gantikan Busyro pada Kajian Terorisme di Surabaya

Tekstualisme Akidah

Cikal-bakal aliran tekstualis diletakkan oleh Ahmad bin Hanbal. Ia menolak pendapat yang mengatakan bahwa al-Quran itu makhluk karena Allah SWT tidak pernah menyebutnya makhluk.

Ahmad bin Hanbal juga menolak menyebut al-Quran itu bukan makhluk (ghayru makhluq) karena Allah SWT tidak menyebutnya demikian. Menurut Ahmad bin Hanbal, al-Quran adalah kalamullah (firman Allah).

Sepanjang data yang ada, sesungguhnya tekstualisme Ahmad bin Hanbal itu hanya berlaku dalam persoalan akidah. Dalam persoalan hukum (fikih) Ahmad bin Hanbal tidak selalu tekstualis. Statemen-statemen Ahmad bin Hanbal yang menjadi bukti tekstualisme berada pada wilayah akidah dan bukan pada wilayah fikih.

Tekstualisme dalam persoalan akidah itu diikuti oleh Ibn Taymiyyah. Dari tulisan-tulisannya dapat diketahui bahwa Ibn Taymiyyah menolak takwil dan pemahaman metaforik terhadap nashsh-nashsh akidah.

Ketika ayat menyebut tangan dan kursi Allah, kata Ibn Taymiyyah, harus dipahami bahwa itu betul-betul tangan dan kursi, bukan di-takwil-kan ke makna kekuasaan. Di luar wilayah akidah, Ibn Taymiyyah sering kali berfikir kontekstual, seperti ketika berbicara tentang politik umat Islam.

Misalnya, teks al-Quran yang melarang umat Islam mengangkat non-Muslim sebagai pemimpin tidak selamanya harus berlaku. Kata Ibn Taymiyyah, ada kalanya dalam situasi tertentu umat Islam boleh memilih pemimpin non-Muslim.

Baca Juga:  Akidah Wasathiyyah

Tektualisme dalam soal akidah itulah yang disebut aliran salaf sejak masa Ahmad bin Hanbal sampai dengan Ibn Taymiyyah. Muhammad bin Abd al-Wahhab pun berpendirian seperti itu.

Tekstualisme Fikih

Tetapi, kelompok yang menisbatkan diri pada pendirian tiga tokoh tersebut telah memperluas tekstualismenya pada persoalan fikih. Pemahaman mereka tentang ru’yah (melihat) bulan untuk memulai dan mengakhiri puasa menjadi bukti perluasan itu.

Mereka berpendapat bahwa karena nashsh (teks) hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi, ”Puasalah karena melihat bulan………,” maka tidak ada pilihan lain kecuali melihat dengan mata telanjang.

Salafiyah seperti itu, mungkin bisa disebut neo-salafisme, menjadi aliran dominan di Saudi Arabia dan juga dianut oleh organisasi-organisasi Islam di Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh negara itu dalam menentukan awal dan akhir puasa di bulan Ramadlan.

Hubungan ini bisa menjelaskan mengapa DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) menggunakan rukyah. Sebabnya ialah dominasi para tokohnya yang merupakan alumni pendidikan di Saudi Arabia.

Persis (Persatuan Islam) yang punya hubungan dekat dengan DDII memiliki Dewan Hisbah yang tampaknya didominasi oleh lulusan Saudi Arabia.

Paradigma tajdid yang menjadi slogan gerakan mereka diwujudkan dalam perjuangan untuk memberantas bidah dan khurafat serta kembali kepada al-Quran dan Sunnah yang berhenti pada tekstualisme. Kelompok-kelompok neo-salafi lainnya kurang lebih memiliki pendirian yang sama.

Baca Juga:  Alasan Umat Islam Harus Jadi Mercusuar Ilmu Pengetahuan

Sikap Muhammadiyah

Menurut saya, tidak semua masalah bisa dipahami dengan tekstualisme. Dalam al-Quran (al-Mu’minun:5-7), misalnya, disebutkan seorang Muslim bisa melakukan hubungan seksual dengan budak-budak perempuannya.

Praktik itu berlangsung sejak zaman Nabi sampai dengan masa pra-modern. Jika para tekstualis konsisten, maka pada masa sekarang pun kita seharusnya boleh memiliki budak tanpa batas jumlahnya dan bisa berhubungan seksual dengan mereka.

Jika negara melarang, maka itu berarti melanggar syariat Islam. Terhadap persoalan ini, dalam situasi yang sudah berubah seperti sekarang, tentunya banyak ulama yang lebih memilihi pemahaman kontekstual daripada tekstual.

Berbeda dengan neo-salafisme itu, Muhammadiyah merupakan gerakan tajdid yang tidak terbelenggu oleh tekstualisme. Pemahaman keagamaannya terus dinamis, khususnya dalam soal-soal keduniayaan seperti metode menentukan awal bulan.

Bagi Muhammadiyah, Islam harus dipahami secara komperhensif. Pada kasus tertentu, Muhammadiyah bisa memahaminya secara tekstual, dan pada kasus lainnya, bisa kontekstual. Pendekatan seperti itu bisa dilihat pada putusan-putusan Majelis Tarjih sejak awal sampai sekarang. (*)

Editor Mohammad Nurfatoni.

Atas izin penerbit Hikmah Press Surabaya, tulisan berjudul asli Tekstualis dalam buku Mendekati Agama: Memahami dan Mengamalkan Islam dalam Ruang dan Waktu (2014) ini dimuat ulang oleh PWMU.CO dengan judul Tekstualis Neo Salafisme.

Tags: Neo SalafismePerbedaan Muhammadiyah dan SalafiSalafiSalafisme dalam MuhammadiyahSyafiq A. MughniTekstualis
Share220SendTweet138

Related Posts

Atasi Pandemi dengan llmu, Ulama Pernah Tulis 20 Buku soal Itu
Kabar

Atasi Pandemi dengan llmu, Ulama Pernah Tulis 20 Buku soal Itu

Minggu 17 Januari 2021 | 06:02
1.4k
Mitos bangsa Yahudi
Kabar

Mitos Bangsa Yahudi yang Disebut Unggul, Faktanya Begini

Rabu 23 Desember 2020 | 07:01
6.1k
Salafi Tak Identik Salaful Ummah
Kabar

Salafi Tak Identik Salaful Ummah

Minggu 18 Oktober 2020 | 11:53
821
Muhammadiyah Rasa Salafi
Kolom

Muhammadiyah Rasa Salafi

Jumat 9 Oktober 2020 | 09:50
1.5k
Syafaat, Pandangan Intelektual Muhammadiyah
Kajian

Syafaat, Pandangan Intelektual Muhammadiyah

Selasa 6 Oktober 2020 | 19:39
523
Muhammadiyah Wahabi? Kolom ditulis oleh Syafiq A. Mughni, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah; Guru Besar UINSA Surabaya.
Kolom

Muhammadiyah Wahabi?

Minggu 9 Agustus 2020 | 16:39
2.2k
Next Post
Jadikan Masjid Pusat Jamaah Sosial Substansial

Jadikan Masjid Pusat Jamaah Sosial Substansial

Imron Manan, sang Penjaga Akidah

Imron Manan, sang Penjaga Akidah

Dua burung gagak dalam kisah persembahan kurban Qabil dan Habil.

Persembahan Kurban Qabil dan Habil, Begini Tafsir Sosiologi Syariati

Haedar Nashir: Pak Arifin Sudah Siap Bekal Akhirat

Haedar Nashir: Pak Arifin Sudah Siap Bekal Akhirat

Menteri Nadiem dan Monster Liberal ditulis oleh Dhimam Abror Djuraid, wartawan senior tinggal di Surabaya.

Menteri Nadiem dan Monster Liberal

Discussion about this post

Ngaji Hadist

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu
Ngaji Hadits

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu

Jumat 15 Januari 2021 | 11:14
727

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu. Syekh Ali Jaber salah satu ulama Indonesia yang telah wafat (Foto detik.com) Wafatnya Ulama,...

Read more
Semua Penyakit Ada Obatnya
Ngaji Hadits

Semua Penyakit Ada Obatnya

Jumat 8 Januari 2021 | 09:43
209

Semua Penyakit Ada Obatnya (ilustras freepik.com) Semua Penyakit Ada Obatnya ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more
Larangan Mencela Waktu
Ngaji Hadits

Larangan Mencela Waktu

Jumat 1 Januari 2021 | 09:43
382

Larangan Mencela Waktu (ilustrasi ilounge.com) Larangan Mencela Waktu ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid...

Read more
Keutamaan Amalan Nabi Daud
Ngaji Hadits

Keutamaan Amalan Nabi Daud

Jumat 25 Desember 2020 | 06:26
467

Keutamaan Amalan Nabi Daud (Ilustrasi freepik.com) Keutamaan Amalan Nabi Daud ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more

Berita Terkini

Perpres

Perpres Berbahaya Mengadu Rakyat

Kamis 21 Januari 2021 | 06:31
Menko PMK

Menko PMK Kunjungi Korban Banjir Bogor

Rabu 20 Januari 2021 | 21:06
10 Hari sebelum Wafat, Ahmad Zainuri Masih Diskusi Buku ‘Banjir Darah’

10 Hari sebelum Wafat, Ahmad Zainuri Masih Diskusi Buku ‘Banjir Darah’

Rabu 20 Januari 2021 | 20:05
Lomba Daring Milad Ke-6 Smamio, Ini Juaranya

Lomba Daring Milad Ke-6 Smamio, Ini Juaranya

Rabu 20 Januari 2021 | 19:52
Smamsatu Gresik Siap Hijrah ke Gedung Baru

Smamsatu Gresik Siap Hijrah ke Gedung Baru

Rabu 20 Januari 2021 | 11:31
Hari Pertama di Mamuju, Tim Medis Muhammadiyah Lakukan Dua Operasi Bedah

Hari Pertama di Mamuju, Tim Medis Muhammadiyah Lakukan Dua Operasi Bedah

Rabu 20 Januari 2021 | 10:48
Wartawan Komari Wafat, Berpesan agar Anaknya Hafal Quran

Wartawan Komari Wafat, Berpesan agar Anaknya Hafal Quran

Rabu 20 Januari 2021 | 09:46
Tragedi KM 50

Tragedi KM 50, Ungkap Aktor Intelektual

Rabu 20 Januari 2021 | 08:57
Sekolah berbudaya inklusif merupakan bagian dari sekolah ramah anak yang telah menjadi satu kesatuan tak terpisahkan.

Sekolah Berbudaya Inklusif, Tantangan dan Keuntungannya

Rabu 20 Januari 2021 | 05:29
HUT Brebes, Forum Guru Besar Beri Strategi Bangun SDM

HUT Brebes, Forum Guru Besar Beri Strategi Bangun SDM

Rabu 20 Januari 2021 | 05:23

Berita Populer Hari Ini

  • Tragedi KM 50

    Tragedi KM 50, Ungkap Aktor Intelektual

    14669 shares
    Share 5868 Tweet 3667
  • Wartawan Komari Wafat, Berpesan agar Anaknya Hafal Quran

    743 shares
    Share 297 Tweet 186
  • Smamsatu Gresik Siap Hijrah ke Gedung Baru

    649 shares
    Share 260 Tweet 162
  • Perpres Berbahaya Mengadu Rakyat

    614 shares
    Share 246 Tweet 154
  • Tiga Peristiwa Ini Tunjukkan Siapa Sebenarnya Syekh Ali Jaber

    23014 shares
    Share 9206 Tweet 5754
  • Warganet Tinggalkan WA, Pilih BiP

    9737 shares
    Share 3895 Tweet 2434
  • 10 Hari sebelum Wafat, Ahmad Zainuri Masih Diskusi Buku ‘Banjir Darah’

    469 shares
    Share 188 Tweet 117
  • Lomba Daring Milad Ke-6 Smamio, Ini Juaranya

    255 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Dua Arus Pemikiran di Muhammadiyah

    1801 shares
    Share 720 Tweet 450
  • Hari Pertama di Mamuju, Tim Medis Muhammadiyah Lakukan Dua Operasi Bedah

    150 shares
    Share 60 Tweet 38
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co Portal Berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama.

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com

Follow Us

  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama