Jangan Ada Prasangka antara Aku, Kamu, dan Dia. Kolom ditulis oleh Ria Pusvita Sari, Guru SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik.
PWMU.CO – Suatu hari di sebuah sekolah menengah atas di pulau Jawa, seorang siswa bernama Siti mendapat tugas mengumpulkan uang guna membantu para korban gempa di Pangandaran.
Ia bertugas menjual barang bekas dengan Sulau, siswa kelas X asal Kalimantan. Namun, Siti telah mengganti Sulau dengan Lina.
Hal itu dilakukan Siti karena beberapa hari sebelumnya, ia melihat berita di televisi tentang Suku Dayak yang mengenakan rok rumput. Menurut Siti, mereka tampak sangat terbelakang. Siti khawatir Sulau tidak akan bisa menjual apa pun.
Beberapa hari kemudian, ada pengumuman pihak sekolah akan mengikuti program pertukaran pelajar internasional. Pihak sekolah akan memilih satu siswa yang dapat berbahasa Inggris dengan lancar.
Dalam program tersebut, siswa di kelas Siti tidak ada yang terpilih. Gurunya mengumumkan, siswa yang terpilih adalah Sulau, dari kelas lain.
“Ketika Sulau tinggal di Balikpapan, ayahnya sering mengundang pekerja asing ke rumahnya. Jadi Sulau punya banyak kesempatan berlatih Bahasa Inggris dengan mereka,” jelas guru.
Prasangka Cederung Salah
Dari kisah tersebut, di awal Siti berprasangka Sulau tidak mampu karena Siti belum mengetahui semua fakta tentang Sulau.
Namun setelah Sulau terpilih karena bahasa Inggrisnya sangat bagus, Siti berpikir Sulau sangat ulung dan tidak seperti yang dia pikirkan sebelumnya.
Kisah tersebut mungkin sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan, penting menghindari kecenderungan untuk berprasangka terhadap kelompok etnis lain dan berusaha keras mengenal serta menikmati perbedaan yang ada.
Allah SWT berfirman dalam al-Quran surat al-Hujurat ayat 13. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Lima tentang Perbedaan Budaya
Menurut pendiri Peace Generation Irfan Amalee, ada 5 poin penting tentang perbedaan budaya. Pertama, perbedaan budaya bukan untuk berdebat, melainkan untuk belajar memahami satu sama lain.
Kedua, setiap budaya adalah unik. Dalam setiap tradisi dan budaya, ada yang baik dan buruk.
Ketiga, semua orang sama di mata Allah. Tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah lebih baik dari yang lain, hanya begitu-begitu, atau tidak berguna untuk apa pun. ini berarti bahwa tidak ada kelompok etnis superior atau inferior.
Keempat, kadang-kadang kita memiliki “cap” untuk kelompok etnis tertentu. Misalnya, kelompok etnis A malas, kelompok B pelit.
Biasanya cap seperti ini disebabkan oleh prasangka atau karena kita tidak tahu banyak tentang kelompok etnis yang kita nilai.
Kelima, cobalah berteman dengan orang-orang dari berbagai kelompok etnis. Saat kita menjalaninya, sedikit demi sedikit, prasangka kita tentang kelompok lain akan hilang. Seperti pepatah “tak kenal maka tak cinta.”
Saling Kenal dan Menghargai
Mantan Presiden AS Ronald Reagan dalam pidatonya mengatakan, “Truthfully, there is no race that is better than another; our blood is the same color red; we have the same feelings. Our differences are only culture and skin color. Maybe, if some day the world was attacked by aliens, then we would realize that deep down, we are all the same.”
Ia mengatakan, sejujurnya tidak ada ras yang lebih baik dari yang lain; warna darah kita kembali sama; kita memiliki perasaan yang sama. Perbedaan kita hanya budaya dan warna kulit. Mungkin, jika suatu hari dunia diserang oleh alien, maka kita akan menyadari bahwa jauh di lubuk hati, kita semua sama.
Semoga kita dapat saling mengenal dan menghargai semua ciptaan Allah. Bisa juga dengan cara mencoba bentuk makanan dari etnis lain dengan seseorang dari etnis itu.
Misalnya, undang beberapa orang dari Padang untuk makan di Restoran Padang atau mendengarkan musik orang Ambon dengan orang Ambon.
Atau kita juga bisa mencoba menuliskan beragam bahasa daerah untuk kata ‘terima kasih’, ‘maaf’, dan ‘permisi’. Baik dari Jawa, Sunda, Aceh, Batak, Bali, dan lain-lain.
Jadi, jangan ada prasangka antara aku (Jawa), kamu (Aceh), dan dia (Bali); dan setererusnya.
Selamat mencoba! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.