PWMU.CO-Istana Hindu ternyata juga ada di Mesir. Bukan hanya punya ikon piramid, makam para Firaun. Istana Hindu ini menjadi ikon distrik Heliopolis Kota Kairo. Tapi istana ini bukan peninggalan peradaban Hindu. Karena Hindu tidak pernah sampai ke Mesir.
Bangunan Istana Hindu ini sampai ke Mesir dibangun oleh pengusaha properti asal Belgia Baron Edouard Empain. Di sebelah istana ini berdiri Baron Hotel sebagai pusat bisnisnya.
Salwa Samir wartawan dari middleeasteye.net melaporkan, istana ini dibangun antara 1907-1911 sebagai tempat tinggalnya. Dibangun dengan perpaduan arsitektur Beaux-Arts. Yaitu tradisi arsitektur Eropa digabung dengan desain India dan Khmer.
Dirancang oleh arsitek Prancis Antoine Martin Garnaud (1796-1861). Modelnya menyerupai Kuil Angkor Wat di Kamboja dan kuil Hindu India di Odisha. Istana ini menjadi landmark di kawasan Heliopolis alias Kota Matahari.
Istana Baron Empain sekaligus menjadi museum yang memamerkan sejarah Heliopolis. Ada trem tua dipajang di taman serta dua mobil dari tahun 1940-an dan 1950-an.
Edouard Empain berkelana dari India hingga ke Mesir. Lalu memutuskan menetap di Kairo Mesir dengan membuka bisnis real estate dan hotel di Heliopolisnya. Empain dianugerahi gelar baron oleh Raja Belgia Leopold II untuk menghargai prestasinya.
Istana Baron Empain ini lama telantar dan rusak. Pemerintah Mesir mengambil alih bangunan ini menjadi warisan lokal. Mulai pertengahan 2017 direnovasi dengan dana 10,9 juta dollar. Tahun ini renovasi tuntas dan dibuka sebagai objek wisata sejak 30 Juni 2020 lalu.
Istana Mewah dan Modern
Direktur Istana Baron Empain, Basma Selem, menjelaskan, istana ini menggunakan beton bertulang. Ada lift listrik. ”Zaman itu merupakan hal yang baru,” kata Basma Selem.
Lantai dasar terdiri dari tiga ruang resepsi. Ornamen langit-langit dekoratifnya terinspirasi oleh mitologi Yunani-Romawi. Empat kamar di lantai atas dirancang dalam gaya arsitektur Rococo, Baroque dan Islam. Masing-masing dilengkapi kamar mandi.
”Empain sering mengadakan pesta mewah di atap, sementara ruang bawah tanah itu menampung dapur dan tempat tinggal pelayan,” cerita dia lagi.
Istana ini seluas 12.500 meter persegi. Dijual oleh keluarga Empain tahun 1950-an. Pada tahun 2005, pemerintah Mesir membelinya dari pemilik baru dengan ruilslag atau tukar guling dengan sebidang tanah di Kairo Baru.
Basma Selem mengatakan, bangunan itu tidak pernah dirawat. Banyak dekorasi dan ornamen pintu yang rontok. Tangga marmer di dalam dan di luar istana rusak dan bagian langit-langit juga ada yang rusak. Banyak barang berharga telah hilang, termasuk pintu tembaga bagian dalam yang berat.
Beberapa patung bergaya Eropa di dalam taman istana juga rusak. ”Jendela kaca istana hancur. Merpati dan burung lainnya bersarang di setiap sudut istana,” tambah Selem.
Di halaman istana terdapat patung marmer bergaya Eropa dari mitologi Yunani dan Romawi, termasuk yang menggambarkan Narcissus.
Cerita Horor
Istana kuno ini juga tak luput dari cerita horror yang dipercaya oleh masyarakat sekitarnya. Ada yang bercerita, istana ini berhantu. Berupa saudara perempuan Empain yang dikabarkan mati jatuh dari balkon.
”Masyarakat sekitar katanya mendengar jeritan setiap malam. Kisah-kisah ini tentu saja tahayul. Cerita lainnya, istana ini pernah kebakaran pada suatu malam di salah satu kamarnya tapi dipadamkan oleh tangan misterius,” ujarnya.
Empain juga membangun jaringan trem publik pertama di Kairo pada tahun 1894. Trem ini sebagai transportasi untuk proyek real estatnya yang besar di Heliopolis, 10 km timur Kairo.
Pada tahun 1905, Empain dan rekan bisnisnya Boghos Nubar (1851-1930), putra Perdana Menteri pertama Mesir Nubar Pasha, membeli 2.500 hektare gurun untuk membangun Heliopolis. Empain mengubah gurun itu sebagai kota taman yang rimbun di tengah tanah gersang.
Kisah Heliopolis
Gamal Abdel-Rehim, profesor Arkeologi dan Seni Islam di Universitas Kairo, mengatakan, kisah pendirian Heliopolis sebenarnya dimulai pada tahun 1860-an. Khudaiwi (Gubernur) Ismail Pasha yang memerintah Mesir antara 1863 dan 1879 terpesona oleh kota Paris saat berkunjung ke sana. Dia ingin mengubah Kairo menjadi Paris di Sungai Nil.
”Pada 1900, Khudaiwi berhasil mengubah Kairo yang kuno menjadi pusat kota bergaya Barat dengan membangun gedung opera, hotel, bank, dan department store,” kata Abdel-Rehim.
Ketika Kairo menjadi modern dan berkembang, harga tanahnya menjadi lebih mahal daripada di Brussels dan Paris. ”Karena alasan itu, Empain harus membeli tanah murah di gurun tandus untuk membangun Helopolis,” tambahnya.
Arsitek Belgia Ernest Jaspar (1876-1940) merancang Heliopolis dalam sintesis arsitektur Islam, Eropa, Persia, dan Moor. ”Dia mendesain distrik di jalan yang luas dan melengkapinya dengan semua kenyamanan dan infrastruktur seperti air, saluran air, listrik, fasilitas hotel dan bahkan beberapa fasilitas rekreasi seperti lapangan golf, arena pacuan kuda dan taman hiburan,” kata Abdel-Rehim.
Pada tahun 1929 meninggal. Dia dimakamkan di Gereja Basilika Heliopolis, dekat istananya. ”Baron Empain mencintai Mesir. Sekarang masyarakat bisa menikmati hasil karyanya,” ujar Abdel Rehim. (*)
Editor Sugeng Purwanto