Milad 111 Tahun: Muhammadiyah Harus Berkecukupan. Pesan itu disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir di milad ormas yang lahir 8 Dzulhijah 1330 atau 18 November 1912.
PWMU.CO – Dalam milad 111 tahun Hijriah, Muhammadiyah alhamdulillah telah mengukir kisah sukses berupa kemajuan dalam bidang garapannya yang bermanfaat bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta.
Dalam masa pandemi Covid-19 kiprah Muhammadiyah melalui MCCC (Muhammadiyah Covid-19 Command Center) pusat hingga ke bawah. Termasuk di dalamnya Aisyiyah, sangatkah proaktif sampai menghabiskan dana ratusan miliar untuk kemanusiaan.
Semua dilakukan Muhammadiyah karena sejatinya gerakan Islam ini relatif telah berkecukupan. Meski kita merasakannya masih banyak kurang yang harus ditingkatkan.
Inilah salah satu kekuatan Muhammadiyah karena kemandiriaanya, dengan tetap bersinergi dan memerlukan hubungan dan kerja sama dengan semua pihak dalam gerakannya.
Berkecukupan Spiritual
Muhammadiyah jika ingin kuat memang harus mandiri. Muhammadiyah disebut mandiri jika dirinya berkecukupan, baik secara ruhani maupun jasmani.
Berkecukupan secara ruhani ialah memiliki kekuatan moral dan integritas diri yang kokoh. Sehingga dipercaya pihak lain, yang menjadikan dirinya terhormat dan bermartabat.
Orang tidak akan menghargai, mempercayai, dan kemudian mau bekerja sama dengan Muhammadiyah manakala gerakan Islam ini melalui para pelakunya banyak bicara minus konsistensi diri, kata tak sejalan perbuatan, tidak amanah, tidak jujur, tidak cerdas, dan tidak memiliki komitmen.
Sebaliknya pihak mana pun akan percaya, hormat, dan mau kerjasama dengan Muhammadiyah jika gerakan Islam ini benar-benar memiliki kredibilitas moral-spiritual yang tinggi.
Kekuatan ruhani Muhammadiyah yang terpercaya sangat penting dan mahal yang harus terus dijaga, ditumbuhsuburkan, dan dioptimalkan sehingga menjadi kelebihan atau keutamaan gerakan Islam ini di hadapan pihak lain.
Muhammadiyah selama ini dihormati pihak lain karena memiliki memiliki integritas diri yang tinggi dan teruji baik. Banyak kasus menunjukkan pihak luar tidak hormat dan tidak percaya, apalagi mau bekerja sama, manakala orang atau organisasinya tidak memiliki integritas moral, spiritual, dan ruhaniah yang jelas.
Jika pihak lain mau kerja sama dengan Muhammadiyah karena nama besar dan integritas moral organisasi Islam ini yang terawat baik. Di belahan bumi manapun integritas moral itu penting dan mahal.
Berkecukupan Finansial
Bagaimana dengan kecukupan secara fisik-materi? Muhammadiyah alhamdulillah makin tahun menjunjukkan kemandiriannya karena memiliki amal usaha yang membuat dirinya rekatif mampu memenuhi kebutuhan pokok yang diperlukan.
Muktamar setiap periode mampu diselenggarakan dengan dana sendiri, meskipun tidak kenutup diri dari bantuan pihak lain yang halal dan tidak mengikat.
Secara umum kemandirian secara dana itu mampu menjadikan Muhammadiyah relatif memiliki posisi ‘tangan di atas’ dan tidak ‘tangan di bawah’. Secara umum untuk memenuhi kebutuhan rutin dan pembangunan internal relatif memadai.
Namun kemandirian dana Muhammadiyah tersebut terus terang masih belum mencukupi dan belum berlebih jika dikaitkan dengan semakin banyaknya kegiatan-kegiatan dakwah dan gerakan yang memerlukan dana lebih besar dan luas.
Menurut pengamat dari Korea Selatan, terutama manakala ukurannya di tingkat Cabang dan Ranting, Muhammadiyah itu belumlah termasuk organisasi yang kaya secara finansial. Apalagi jika dikaitkan dengan perusahaan-perusahaan besar di negeri tercinta ini.
Banyak kegiatan-kegiatan di berbagai tingkatan yang belum terlaksana karena masih kekurangan dana, semakin ke daerah yang minus tentu semakin berkekurangan. Dengan tetap bersyukur atas apa yang dimiliki selama ini, sesungguhnya Muhammadiyah secara finansial masih belum berkecukupan.
Gerakkan Ekonomi
Karenanya penting untuk menggerakkan seluruh unit organisasi agar Muhammadiyah sukses dalam kegiatan amal usaha dan pengembangan ekonomi atau bisnis agar berkecukupan secara finansial.
Muhammadiyah perlu memobilisasi seluruh potensi dan mengembangkan kapasitas dirinya dalam menggali sumber-sumber dana yang besar, halal, dan baik.
Amal usaha yang besar dan menengah perlu mengembangkan unit-unit bisnisnya secara optimal. Usaha-usaha bisnis yang selama ini telah dirintis langsung oleh Persyarikatan harus terus dipacu dan dikembangkan secara serius dan meluas disertai kemampuan bersinergi yang kuat.
Namun sebagai catatan, dalam mengembangkan bisnis dan mengusahakan dana besar tidak perlu main spekulasi, salah kaprah, dan serba ingin gampang yang akhirnya merugikan diri sendiri seperti pengalaman pahit di masa lalu.
Dalam menjadikan Muhammadiyah berkecukupan wajib bekerja keras, profesional, dan memiliki integritas amanah yang tinggi. Jangan ingin instan atau sekali jadi seperti main sulap simsalabim.
Dalam peribahasa, tidak ada kambing jantan langsung bertanduk, semuanya memerlukan proses bertahap. Perkuatlah diri sendiri agar bermanfaat bagi orang lain.
Jihad Fisabilillah lil Muwajahah
Sebelum banyak membantu orang lain, bantulah diri sendiri agar menjadi kuat secara finansial di samping moral, sehingga dapat berbagi rezeki dengan sesama tanpa kekurangan sesuatu apapun.
Mana mungkin mampu memberdayakan sesama jika diri belum berdaya. Jangan bicara kemandirian jika Muhamamdiyah tidak berkecukupan.
Karenanya jika ingin mandiri dan kuat, maka terus membangun pusat-pusat kemajuan atau keunggulan. Jangan sibukkan diri dengan sikap-sikap reaktif yang tidak produktif.
Membangun kemajuan dan keungggulan untuk menjadikan umat Islam dan bangsa Indonesia maju, sama nilainya dan merupakan wujud dari dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid Muhammadiyah.
Bahkan dapat mewariskan sesuatu yang sangat berharga bagi generasi ke depan. Kerja-kerja membangun keunggulan itu merupakan wujud jihad fisabilillah yang bersifat lil-muwajahah (proaktif-konstruktif).
Meskipun mungkin tidak terkesan ‘heroik’ dari aksi lil-mu’aradlah (reaktif-konfrontatif) sebagaimana spirit pernyataan pikiran Muhammadiyah abad kedua.
Bukankah Muhammadiyah bercita-cita mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sebagai kaira Ummah?
Jika ingin mewujudkan cita-cita luhur itu, Muhammadiyah harus berkecukupan lahir dan batin, pikiran dan perbuatan, duniawi dan ukhrawi. Berarti Muhammadiyah harus unggul berkemajuan! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.