PWMU.CO – Pondok Babussalam Socah, Bangkalan, Madura, Jawa Timur menyalurkan infak Idul Adha sejumlah Rp 36.700.000, Jumat-Ahad (31/7-2/8/2020). Selain itu ada 5 kambing yang disembelih untuk kurban.
Infak disalurkan pada 183 orang fakir miskin di Kecamatan Socah serta beberapa orang di luar kecamatan Socah.
Infak tersebut terkumpul dari jamaah dan dermawan yang mengalokasikan uang kurbannya untuk diinfakan melalui Pondok Babussalam Socah. Hal tu dilakukan setelah mereka berkonsultasi dengan Direktur Babussalam Ustadz Riq Suhadi SThI.
“Alhamdulillah, uang yang terkumpul adalah uang yang sebelumnya akan dibelikan hewan kurban. Tetapi setelah melalui konsultasi dengan pihak Babussalam, mayoritas orang memilih berinfak dalam bentuk uang. Untuk disalurkan kepada warga yang membutuhkan,” Ustad Rik—sapaannya.
Dia menjelaskan dana yang digalang adalah bentuk kepatuhan terhadap instruksi Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dalam surat Edaran PP Muhammadiyah No 06/EDR/I.0/E/2020 tentang Tuntunan Ibadah Puasa Arafah, Idul Adha, Qurban, dan Protokol Ibadah Qurban pada Masa Pandemi Covid-19.
“Donasi yang digalang adalah bentuk kepatuhan kepada intruksi PP Muhammadiyah untuk mendahulukan yang paling utama dan yang paling dibutuhkan umat. Yakni mengalokasikan uang kurban untuk sedekah demi meringankan beban ekonomi saudara kita yang semakin terhimpit,” jelasnya.
Infak Bukan Kurban
Ustad Rik, juga menegaskan bahwa menginfakkan uang tidak sama dengan ibadah kurban. “Uang yang sudah di infakkan ke Babussalam bukanlah uang kurban. Tetapi murni uang Infak. Karena ibadah kurban adalah ibadah yang tidak dapat diganti dengan uang. Hal ini yang perlu dipahami dengan seksama. Jangan sampai salah memahami,” terangnya.
Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bangkalan, mengatakan bahwa tidak ada yang salah jika tetap berkurban ketika pademi Covid-19.
“Tetapi juga tidak salah jika orang memilih tidak berkurban tahun ini dengan niat ingin membantu yang lebih prioritas. Karena setelah kami sisir di desa kami ini, orang miskin justru bertambah. Sangat memprihatinkan,” ujarnya.
Penulis Isrotul Sukma. Editor Mohammad Nurfatoni.