PWMU.CO– Negeri Habasyah atau Ethiopia sekarang merupakan negeri hijrah pertama di zaman Nabi Muhammad sekitar tahun 612 M. Raja Najasyi saat itu memberi suaka politik kepada muhajirin Jakfar bin Abi Thalib dan umat Islam lainnya dengan ramah di Ibukota Axum.
Kini kondisi umat Islam di Axum berbeda dengan zaman itu. Sekarang Axum tidak menjadi ibukota lagi karena ibukota Ethiopia pindah ke Addis Ababa. Axum menjadi kota bersejarah di zaman Kerajaan Abesinia.
Umat Islam di kota Axum sekarang ini dilarang membangun masjid oleh pemerintahnya dan umat Kristen Ortodoks yang mayoritas. Bagi umat Kristen Ortodoks Ethiopia, Axum adalah tempat suci.
Mereka yakin Ratu Syeba berangkat dari kota ini berkunjung ke Raja Sulaiman di Palestina untuk mengambil Tabut, kotak Taurat yang disucikan. Tabut itu kini disimpan di Gereja Santa Maria atau Bete Maryam di Axum.
”Axum adalah Mekkah kami,” kata pendeta senior Godefa Merha. Di Mekkah, kata dia, gereja dilarang dibangun. Maka masjid tidak bisa dibangun di Axum. ”Axum adalah tempat suci. Kota ini adalah biara,” kata wakil kepala Gereja Bete Maryam ini kepada BBC.
Godefa mengatakan, kedua komunitas telah hidup dengan damai. Kepercayaan Abrahamik punya banyak kesamaan. Sahabatnya juga muslim. Mereka pergi bersama ke pernikahan, pemakaman, dan acara-acara lain.
Menurut dia, tuntutan membangun masjid di Axum ini dipengaruhi muslim dari kota lainnya. Tapi ia menegaskan, pemeluk Kristen Ortodoks mempertahankan janji ayah dan kakek mereka untuk menjaga kesucian Axum.
”Jika ada yang membangun masjid, kami akan mati. Itu tidak pernah diizinkan, dan kami tidak akan mengizinkannya terjadi selama kami hidup. Buat kami, itu berarti mati,” tegasnya. ”Kita harus hidup saling menghormati, seperti telah kita lakukan selama berabad-abad.”
Senada disampaikan Pendeta Kristen Amsale Sibuh. Menurut dia, agama yang tidak menerima kelahiran Kristus, baptis, penyaliban, kematian, dan kebangkitannya kembali tidak bisa eksis di tempat adanya Tabut Perjanjian. ”Siapapun melanggar ini, kami akan menebusnya dengan nyawa kami,” tandasnya.
Rumah Sewa Jadi Masjid
Kelompok Keadilan bagi Muslim Axum menuntut hak membangun masjid di kota itu dan diizinkan mengumandangkan adzan dengan pengeras suara. Mereka menyayangkan ada diskriminasi padahal Najasyi di abad 7 melindungi kaum muslim dari persekusi kafir Quraisy dan memberinya masjid.
Di kota Axum populasi muslim sebanyak 10 persen dari seluruh penduduk yang hanya 73.000 orang. Seorang warga muslim, Abdu Muhammad Ali (40) mengatakan, selama beberapa generasi keluarganya menyewa rumah warga Kristen sebagai masjid.
Dijelaskan, di sini ada 13 masjid darurat menepati rumah. Shalat Jumat juga di tempat itu. ”Kalau tetangga mendengar kami menggunakan pengeras suara, mereka bilang kami menghina Bunda Maria,” tuturnya. Orang Kristen Ortodoks percaya hanya nyanyian dan doa Kristen yang boleh terdengar di dalam kota.
Seorang dokter muslim Aziz Muhammad yang telah tinggal di kota ini 20 tahun menambahkan, beberapa kaum muslim terpaksa shalat di luar ruangan karena tidak ada masjid.
”Di sini, kami muslim dan Kristen hidup bersama. Umat Kristen tidak melarang kami shalat, tapi selama bertahun-tahun kami shalat di jalan. Kami butuh masjid,” ujar Aziz yang ibunya Kristen tapi ayahnya muslim.
Masalah tuntutan masjid ini sekarang menjadi sumber ketegangan antar warga. Serasa ada saling curiga. Sekitar 50 tahun yang lalu ketika Kaisar Haile Selassie berkuasa di Ethiopia, wali kota saat itu anggota keluarga kerajaan mengizinkan warga muslim membangun masjid lokasinya 15 Km dari Axum yaitu daerah Wukiro-Maray. Sekarang ada lima masjid di sini.
Bersurban dan Kerudung
Penampilan Kristen Ortodoks Ethiopia tak beda dengan masyarakat muslim lainnya. Umatnya kalau beribadah memakai surban, wanitanya berkerudung. Pendetanya juga memakai jubah dan bersurban. Sepintas orang luar Ethiopia menyangka mereka muslim.
Kristen berkembang di negeri ini dibawa oleh Frumentius pada abad 4. Dia orang Yunani kelahiran Lebanon yang menjadi misionaris dan diangkat sebagai uskup pertama Axum. Panggilannya Abuna dan Aba Salama.
Zaman dulu pusat Kristen Ortodoks di kota Lalibela. Di kota ini terdapat 11 gereja tua. Setiap gereja dibangun dengan dipahat pada batuan gunung. Salah satunya Gereja Santo Giorgis atau Bet Giorgis. Dibangun pada abad 12 dalam waktu 20 tahun. Bangunannya membentuk salib.
Pembangunan Bet Giorgis dicetuskan Kaisar Ethiopia, Gebre Mesqel, yang ingin menciptakan tempat ziarah alternatif bagi umat Kristen Ethiopia. Sebab saat itu Kota Jerusalem dikuasai muslim. Lalibela merupakan ibu kota Ethiopia hingga abad ke-13.
Sekarang Bet Giorgis dipimpin Pendeta Wedaj. Perayaan Paskah juga diperingati di sini dengan perjalanan napak tilas mencapai gereja tersebut pada perayaan Paskah, yang jatuh pada 8 April dalam kalender Ortodoks. Kaum Kristen Ortodoks memperingati Natal pada 7 Januari.
Ini negeri Habasyah sekarang. Negeri yang dipilih tempat hijrah di zaman Nabi Muhammad karena Najasyi dikenal sebagai raja yang adil. Dalam Sirah Ibnu Hisyam disebutkan Najasyi akhirnya tertarik masuk Islam. bahkan dia yang mengislamkan Amru bin Ash dan mewakili Nabi melamar Ummu Habibah. (*)
Editor Sugeng Purwanto