PWMU.CO – SD Mugeb Ber-HW Ria secara Virtual; mengajak siswa untuk lebih mengenal HW (Hizbul Wathan) secara gembira dalam acara Get Closer with Hizbul Wathan, Jumat (21/8/2020).
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik Siti Latifah SPd mengatakan acara ini diikuti oleh siswa kelas I, II, dan III.
“Kegiatan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan mengenal HW lebih jauh lagi. Mengajak mereka mengenal HW sejak dini dan bangga menjadi pandu HW serta termotivasi untuk mengikuti kegiatan HW,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Kwartir Cabang Kepanduan Hizbul Wathan GKB Gresik sekaligus pemateri Yugo Triawanto MSi memberikan materi. Mulai dari sejarah HW, atribut, lagu mars HW, dan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh HW.
Padvinder Muhammadiyah
Yugo Triawanto menjelaskan pada tahun 1916 HW merupakan nama sekolah Muhammadiyah. Sedangkan Muhammadiyah sendiri lahir pada tahun 1912 yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan.
“Pada tahun 1918 KH Ahmad Dahlan melihat pemuda Belanda yang memakai seragam lengkap dan melakukan kegiatan baris-berbaris dengan rapi,” jelasnya.
Dari sinilah, lanjurnya, muncul pemikiran alangkah baiknya jika pemuda Muhammadiyah memiliki pandu sehingga pada tahun 1918 berdirilah pandu yang bernama Padvinder Muhammadiyah. Seiring berjalannya waktu, sambungnya, Padvinder Muhammadiyah berubah nama menjadi Hizbul Wathan (HW) yang berarti pembela tanah air.
Dia mengungkapkan pada tahun 1945, saat Indonesia masih dalam penjajahan Belanda, HW berperan aktif dalam melakukan perjuangan untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Saat itu, tuturnya, tokoh HW adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yaitu Jendral Soedirman.
“Saat itu HW diubah namanya menjadi Pandu Rakyat Indonesia. Pada tahun 1950, HW bangkit lagi. Namun pada tahun 1961, HW dilebur menjadi Pramuka (Praja Muda Karana). Saat tahun 1999 diubah lagi menjadi HW hingga sekarang ini.”
Siap Belajar Mandiri
Di akhir materi, Yugo Triawanto menceritakan pengalaman saat mengikuti acara perkemahan HW. Dari cerita tersebut membuat salah satu peserta, Afino Maulana Zabir kelas III Smart, mengacungkan tangan.
“Aku ingin ikut kemah dengan Ramanda Yugo,” katanya. Yugo dengan senang hati menanggapi pernyataan yang dilontarkan Zabbir.
“Boleh sekali Zabir, tapi nanti harus masak sendiri, tidur sendiri, cuci baju sendiri, dan kita jadi mandiri. Bagaimana siap Mas Zabir?” tanyanya.
“Siap Ramanda,” jawab Zabir dengan tegas.
Seorang pandu HW, pesannya, harus memiliki prinsip fastabiqul khairat yang artinya berlomba-lomba dalam kebaikan. “Orang yang berharga adalah orang yang memberi kebaikan bagi orang lain,” tandasnya.
Penulis Viki Safitri. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.