PWMU.CO– Berguguran lagi orang baik di negeri ini karena covid-19. Profesor-profesor gugur, dokter-dokter spesialis gugur, wali kota yang dicintai warganya gugur, bupati juga menyusul gugur, kepala Bappeda gugur. Kisah berguguran masih berlanjut hingga kemarin.
Pada 18 Agustus lalu, dr Sulis Bayusentono MKes SpOT (K) juga meninggal dunia. Dokter yang dikenal sebagai spesialis orthopedi dan pengajar FK Unair meninggal pada usia yang relatif muda, 43 tahun.
Satu dari sepuluh dokter orthopedi sub spesialis anak yang dimiliki Indonesia ini, dikenal sangat aktif menyosialisasikan betapa bahayanya covid-19. Di mana pun, dia selalu ingatkan betapa bahayanya covid karena masih belum ada vaksin yang bisa dipakai sebagai penjinaknya.
”Sebelum sakit, beliau terjun ke pesantren-pesantren di Jatim. Beliau sangat prihatin karena pesantren termasuk klaster yang rawan penyebaran covid. Apalagi setelah Gontor pun juga terkena,” kata wartawan yang dekat dengan dokter Sulis.
Bupari Sidoarjo
Dan Sabtu kemarin, Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin juga wafat karena covid 19. ”Hasil diagnosis menunjukkan terpapar covid,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman.
Menurut Syaf, saat mengetahui atasannya sakit, dia sudah menawari untuk tes swab, tapi dia belum bersedia. Ketika dibawa ke RS dan kemudian dites, hasilnya terkonfirmasi.
Nur, Maret lalu, mengirim video yang kemudian viral, karena pada pukul 2 dini hari, dia masih merayu petugas pemakaman untuk segera melakukan pemakaman warga Sidoarjo yang meninggal. ”Agar petugas mau, kami yakinkan bahwa setelah mengenakan pakaian APD, dijamin aman. Akhirnya, kami sendiri ikut turun tangan untuk mendampingi mereka,” katanya dalam postingan itu.
Tentang kebiasaan Nur yang rajin turun tangan ke lapangan itu juga diakui oleh Gubernur Khofifah. ”Di mana pun, jam berapa pun, kalau kami sidak Kampung Tangguh, beliau tiba-tiba sudah ada di situ. Padahal kami tidak memberi tahu, supaya tidak mengganggu tugasnya,” kata Khofifah.
Bagaimana ke depan? Menurut saya masih rawan. Sebab semua orang sudah tidak tahan karena sudah berbulan-bulan dikekang.
Lihatlah, libur Tahun Baru Hijriyah ini. Malang dan Batu macet. Tempat-tempat wisata seperti Cimory di Pandaan penuh sesak. Kolam renangnya tak hanya penuh dengan air, tapi juga anak-anak kecil.
Kamis, Jumat, Sabtu, Ahad ini banyak yang pamer telah berwisata ke mana. Ada yang mem-posting ke Yogya, ada yang ke Batu, ada yang nge-mall. Lupa kalau covid masih ada di kanan-kiri kita.
Covid belum pergi. Dia masih berada di kanan kiri kita. Masih siap hinggap kepada saja yang lengah. Termasuk kepada pejabatnya. Kepada para dokter dan tenaga medisnya.
Semoga tidak berguguran lagi orang baik di negeri ini. Aamiin!
Penulis Ali Murtadlo Editor Sugeng Purwanto