PWMU.CO – Pimpinan harus kober, pinter, dan bener. Hal itu diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah Dra Hj Shoimah Kastolani.
Shoimah Kastolani mengungkapkannya saat memberikan sambutan pada Konsolidasi Nasional Regional 1 Majelis Kesejahteraan Sosial (MKS) PP Aisyiyah via aplikasi Zoom pada Sabtu (22/8/2020).
Regional 1 ini terdiri MKS Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel, Riau, Kepri, Bengkulu, dan Bangka Belitung.
Refresh Program
Menurut Shoimah konsolidasi nasional ini merupakan ajang silaturahim untuk merefresh kembali program-program MKS.
“Meski kita mundur dua tahun tetapi juga harus tetap bekerja dan tetap semangat untuk menyelesaikan tugas atau program yang belum selesai. Selama pandemi memang kita bisa melakukan kegiatan dengan daring,” ujarnya.
“Tetapi mau tidak mau mungkin terbatas, karena wilayah memperluas hingga daerah dan daerah memperluas hingga cabang. Oleh karena itu perlu dilakukan inovasi program misalkan offline tapi dalam jumlah sedikit,” tambahnya.
Advokasi Lingkungan
PP Aisyiyah, lanjutnya, sudah berkirim surat ke wilayah dan daerah. “Sehubungan dengan pandemi maka kita menjadi orang yang advokasi lingkungan sosial kita tetapi dalam kerangka yang kecil. Misalkan lima sampai 10 rumah di sekeliling kita,” ungkapnya.
Mungkin ada, sambungnya, yang perlu bantuan atau mungkin perlu advokasi maka harus dijalankan. Termasuk mengadvokasi kebijakan-kebijakan pemerintah.
“Apakah yang harusnya menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) tetapi tidak dapat. Harusnya mendapat bantuan sosial selama pandemi tetapi ternyata tidak dapat. Maka harusnya MKS mengadvokasi mereka,” jelasnya.
Bertanam Sayuran
Program lain bisa bertanam bersama. Misalkan di cabang di bagi berkelompok lima sampai tujuh orang. Ada ruang atau lahan yang kosong kita manfaatkan. Menyiapkan medianya benihnya dan sebagainya.
“Terutama bertanam sayuran yang sering dikonsumsi. Seperti bayam, kangkung dan sawi. Meski terbatas tetapi harus tetap menerapkan protokol kesehatan. Tetap memakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan,” ajaknya.
Menurutnya pengajian atau pertemuan silaturahim tetap bisa jalan. Misalkan terbatas ibu-ibu pengurus MKS. Sekitar lima sampai tujuh orang di cabang mereka bertemu.
“Atau dengan WhatsApp group me-refresh kembali idiologi kita, Islam berkemajuan dan tentang keagamaan kita perkuat lagi. Sehingga di masa pandemi kita tidak diam tetapi tetap ada kegiatan,” paparnya.
Karakter Aisyiyah
Shoimah mengingatkan agar tetap mempertahankan karakter Aisyiyah sekaligus sebagai warga Muhammadiyah.
“Kita harus tetap menjadi pribadi yang cerdas dan berilmu karena pimpinan itu dituntut kober, pinter dan bener. Artinya punya waktu tetapi juga pandai cerdas dan juga tepat mengambil waktu atau keputusan,” tuturnya.
Cerdas berilmu itu, sambungnya, harus berpikiran luas, wawasan yang luas dan jernih. Bisa menangkap isu-isu yang terjadi di masyarakat karena tugas MKS fokusnya pada social protection.
“Kepribadian yang lain seperti etos kerja dan kedisiplinan juga harus ditingkatkan. Misalkan kalau Zoom jam satu siang ya sudah online sebelum jam satu sehingga bisa tepat waktu memulainya. Dalam bekerja juga demikian harus disiplin bersama apalagi pimpinan menjadi contoh bagi yang dipimpinnya,” urainya.
Jiwa Al-Maun
Terakhir Shoimah menegaskan warga Aisyiyah itu punya jiwa al-Maun. Kita harus menemukan bahwa keberadaan warga Aisyiyah itu ada manfaatnya.
“Sehingga kehadiran kita itu diharapkan oleh masyarakat. Didengar oleh masyarakat dan diharapkan ada kemajuan atau perubahan ke arah yang lebih baik ketika Aisyiyah itu ada,” ungkapnya.
Apalagi, lanjutnya, MKS yang selalu dekat dengan rakyat. “Harus selalu mendengarkan apa yang dirasakan oleh masyarakat sehingga kita bisa menjadi problem solver di masyarakat,” pesannya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.