Puasa Asyura Hapus Dosa Setahun ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Puasa Asyura Hapus Dosa Setahun ini berangkat dari hadits riwayat Muslim sebagai berikut:
عن أبي قتادة الأنصاري قال : وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ » (رواه مسلم)
Dari Abu Qatadah Al Ansari berkata: “Nabi SAW ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”
Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.”
Termasuk Bulan Haram
Asyuuraa adalah huwal yaumul ‘aasyiru min syahrillahil muharram. Yakni hari ke sepuluh dari bulan Allah yaitu bulan Muharam. Bulan Muharam termasuk arba’atul hurum (empat bulan haram), sebagaimana Allah berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.
Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (at-Taubah: 36)
Beda Arafah dengan Asyura
Dalam hadits di atas Rasulullah ditanya tentang keutamaan puasa di hari Arafah dan hari Asyura. Keduanya memiliki keutamaan jika kita berpuasa di dalamnya.
Hari Arafah dapat menghapus dosa-dosa kecil selama dua tahun yaitu tahun lalu dan tahun setelahnya. Sedangkan puasa di hari Asyura dapat menghapus dosa-dosa kecil selama setahun yang telah lalu.
Dalam hal ini terdapat perbedaan keutamaan dalam rangka menghapus dosa. Puasa hari Arafah memiliki keistimewaan lebih karena hari Arafah merupakan hari di mana para jamaah haji sedang melakukan puncak ritual dalam ibadah haji, wukuf di Arafah.
Sedangkan puasa Asyura merupakan ibadah yang diwariskan oleh Nabi Musa alaihissalam.
Tradisi sejak Nabi Musa
Dalam riwayat yang lain tentang puasa Asyura ini bersumber dari Aisyah RA berkata: “Orang-orang Quraisy berpuasa pada hari Asyura di masa jahiliyyah, dan Rasulullah juga berpuasa pula di hari itu.
Dan ketika telah hijrah ke Madinah, Rasulullah tetap berpuasa dan memerintahkannya untuk berpuasa. Dan ketika turun perintah berpuasa wajib di bulan Ramadlan, maka Rasulullah bersabda: ‘Man syaa a shamahu, waman syaa a tarakahu. Barangsiapa yang suka silahkan berpuasa dan barangsiapa yang tidak ingin berpuasa maka tinggalkanlah.'”
Dan dalam suatu riwayat Imam Bukhari yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa ketika Rasulullah sampai di Kota Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi sedang berpuasa. Maka beliau bertanya: ‘Hari apakah ini?’ Mereka menjawab, ‘Hari ini adalah yaumun shaalihun.’
Dalam riwayat Imam Muslim disebut yaumun ‘adhiimun—pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Isral dari musuh-musuhnya maka Nabi Musa berpuasa pada hari ini.
Dalam riwayat Imam Muslim ada tambahan syukran lillahi ta’laa wanahnu nashumuhu, Sebagai wujud syukur kepada Allah dan kami berpuasa di dalamnya. Rasulullah bersabda: Aku lebih berhak dari (mengikuti) Nabi Musa dari pada kalian, maka Rasulullah berpuasa dan memerintahkan untuk berpuasa.
Dalam hal ini Rasulullah mengajak kepada kaum muslimin untuk tetap mempertahankan aktivitas ibadah yang dijalankan oleh Nabi-nabi terdahulu.
Maka ibadah pada masa Rasulullah adalah merupakan napak tilas dari nabi-nabi terdahulu. Akan tetapi telah mengalami perubahan secara kaifiyah-nya. Begitulah agama ini merupakan rangkaian peristiwa yang terus berlangsung sebagai i’tibar bagi umat yang di hidup di akhir zaman ini.
Menyelisihi Yahudi
Sedangkan berpuasa di hari ke sembilan atau sebelum puasa Asyura telah juga sampai riwayat sebagai berikut:
“Dari Ibnu Abbas berkata, ketika Rasulullah SAW berpuasa yaumu ‘asyura dan mementahkan untuk berpuasa, para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani.’
Lantas beliau mengatakan, ‘Apabila tiba tahun depan—insyaallah (jika Allah menghendaki)—kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.’.”
Ibnu Abbas mengatakan, “Belum sampai tahun depan, Nabi SAW sudah meninggal dunia.” (HR. Muslim).
Dalam rangka perintah Rasulullah untuk mukhalifah atau menyelisihi orang Yahudi yang berpuasa di hari Asyura saja maka para ulama juga berpendapat boleh berpuasa sebelum dan sesudahnya yakni berpuasa tanggal 9 sampai tanggal 11 Muharam.
Selamat menunaikan ibadah puasa Asyura. Semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah SAW. Amin. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 52 Tahun ke-XXIV, 28 Agustus 2020/9 Muharam 1442 H.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.