PWMU.CO – Kiprah dokter Anang Imam Massa, Ketua PDM Tulungagung tiga periode. Pensiun dini dari Dinas Kesehatan Tulungagung dan berkiprah total untuk Persyarikatan.
Nama lengkapnya dr Anang Imam Massa Arief MKes. Di rumah biasa dipanggil Pak Dokter. Di kalangan Muhammadiyah Tulungagung, bapak enam anak itu akrab disapa Pak Anang. Pria berusia 67 tahun tersebut, menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tulungagung selama tiga periode.
Panitia Muktamar Ke-40
Tiga periode kepemimpinannya yaitu pada 2000-2005, 2005-2010, dan 2015-2020. “Tahun 1978, saat menjadi panitia Muktamar Muhammadiyah ke-40 di Surabaya,” ujar Anang saat menceritakan masa-masa awal kiprahnya di Muhammadiyah.
Sejak Muktamar ke-40 dan terpilih AR Fakhruddin sebagai Ketua (Umum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah tersebut, dia lalu akrab dengan dengan KH Anwar Zein, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim saat itu. ”Sebelumnya, saya hanya aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Kedokteran Universitas Airlangga (Unair),” ungkap Anang.
Keakrabannya dengan Anwar Zein, tampak saat akikah anak pertamanya. “Akikah anak pertama saya di rumah kontrakan di Surabaya, sebagai penceramahnya saat itu adalah Anwar Zein,” tuturnya sambil mengingat, saat menikah dulu dirinya masih kuliah dan tinggal di rumah kontrakan.
Pascalulus dari Fakultas Kedokteran Unair, dia lalu ditugaskan di Puskesmas Kecamatan Pucanglaban, Tulungagung. “Pada saat itu belum ada warga Muhammadiyah di sana. Setelah pindah ke Kalidawir tahun 1984, saya bertemu Pak Maksum, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kalidawir. Dari sinilah kemudian kiprah Bermuhammadiyah saya dimulai,” kisahnya.
Dari perkenalannya dengan Maksum, dia kemudian dikenalkan dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah yang lain. “Ada Supardi kakak Pak Ichsan. Juga ada Pak Mardjuni dan lain-lain,” paparnya.
Pada suatu waktu, tokoh-tokoh Muhammadiyah dan NU Kalidawir mengadakan pertemuan bersama. Pertemuan itu membahas pendirian madrash tsanawiyah (MTs). “Kita bersepakat untuk kerukunan umat diberi nama Al-Muslihun. Saat itu saya ditunjuk sebagai kepala sekolahnya,” ujar dia yang menyebut pada saat itu belum ada aturan ketat seperti rangkap jabatan dan lain-lain.
Sampai akhirnya dia pindah rumah dan dinas di Kecamatan Kedungwaru. “Karena sudah kenal tokoh Muhammadiyah Kalidawir, dengan mudah saya bertemu warga Muhammadiyah di Kedungwaru. Bahkan saya kenal sampai jajaran PDM-nya, diantaranya Pak Sanusi, Pak Masrun, dan lain-lain,” kenangnya.
Hingga suatu hari dia pernah diberi amanah untuk mengelola Rumah Bersalin Muhammadiyah. “Saya tidak mengelolanya sendiri, saya mencari rekan kerja yaitu Bu Puguh,” ujar Anang.
Pensiun Dini dari Dinas Kesehatan
Tidak lama setelah itu, Anang mendapat beasiswa S-2 dari WHO. Setelah lulus, dia langsung diangkat menjadi Kepala Dinas Kesehatan Tulungagung mulai tahun 1996. “Ketika Musyawarah Daerah (Musyda) tahun 2000 saya terpilih sebagai ketua. Tahun 2003 saya lepas jabatan kepala dinas kesehatan sekaligus mengajukan pensiun dini. Tujuannya agar bisa berkonsetrasi dan total berkiprah di Muhammadiyah,” terang dia.
Pada Musyda 2005-2010 dia kembali diberi amanah untuk memimpin Muhammadiyah. “Memimpin Muhammadiyah lebih mengasyikan dan lebih heterogen dibandingkan saat di Dinas Kesehatan. Itu yang membuat saya bersedia kembali diajukan dalam Musyda tahun 2015,” ungkapnya.
Di sisa amanah pada 2015-2020 ini, Anang menyampaikan beberapa hal yang perlu diperbaiki bersama. “Selain ukhuwah jam’iyah sesama warga Muhammadiyah, juga antara Muhammadiyah dengan organisasi massa lainnya. Tujuannya untuk menumbuhkan kebersamaan,” kata dia.
Selama mengemban amanah sebagai Ketua PDM Tulungagung, banyak kiprah yang telah ditorehkannya. Selain pendirian SD Muhammadiyah, juga pencanangan Program Posyandu Lansia di setiap masjid di Tulungagung. (*)
Penulis Hendra Pornama. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.