Gus Baha’ Sentil Umat yang Malas tulisan Ali Murtadlo, jurnalis senior di Surabaya.
PWMU.CO-Malas itu masuk daftar hitamnya nabi. Makanya sampai di-isti’adzahi. Mohon perlindungan agar dijaga dari sifat malas. Allahumma inni ‘audzubika minal ‘ajzi wal kasal. Aku berlindung kepada Allah dari sifat lemah dan malas.
Itulah penggalan ceramah Gus Baha’. Kiai muda NU yang bernama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini mengatakan, penyebab kemunduran umat dikarenakan sifat malas ini.
Pimpinan Pondok Pesantren Tahfidhul Quran LP3IA Narukan, Kragan, Rembang ini, memberikan resep rahasia sukses dalam bisnis apa pun.
”Cara wong kuna, esuk-esuk lunga nang pasar, selak rejekine dipangan pitik (Kata orang kuno dulu, pagi-pagi cepat pergi ke pasar, agar rezekinya tak kedahuluan dimakan ayam),” kata kiai yang videonya viral ini.
Ulama yang menggemari baju putih di setiap ceramahnya ini mengibaratkan tafsirnya seperti ini. Kalau kita malas menguasai pasar, maka pasar sudah kedahuluan dikuasai yang lain.
”Sekarang sudah kelihatan ratusan bahkan ribuan triliun dikuasai oleh pengusaha Tionghoa. Orang Islam jadi kaum buruh, kaum pengemis,” katanya.
Kalah Jurus Menang Nuduh
Apa penyebabnya? ”Dari dosa yang tak besar-besar amat, yaitu malas. Makanya Nabi sampai memasukkan ke dalam daftar hitam. Kita ini kalau disuruh kukur-kukur (garuk-garuk), disuruh kongkow-kongkow betahnya luar biasa,” katanya.
”Kata ulama dulu,” lanjut kiai kelahiran Sarang, Rembang, 15 Maret 1970 ini, ”perusak dari segala perusak adalah sifat menganggur.”
Gus Baha’ mengaku senang ketika partai Islam seperti PKS muncul dan langsung berkembang. ”Itu bagus untuk membangunkan partai-partai Islam yang malas melakukan penggalangan, melakukan dinamika dan seterusnya. Tapi anehnya, setelah PKS besar dituduh Wahabi. Itu namanya kalah jurus, menang nuduh. Tak peduli bener atau tidak, yang penting pokoke,” katanya.
Persis seperti yang dilakukan kepada pengusaha Tionghoa. ”Setelah ekonominya kalah. Ramai-ramai bilang revolusi anti China. Tak perlu revolusi, kalau kita rajin, tidak malas, kita pasti bisa,” katanya.
”Kalau ingin maju buang jauh sifat malas. Bikin sentra-sentra poduksi di kampung-kampung. Dulu kita bikin minyak kelapa sendiri. Bikin sentra kopra sendiri. Lah, sekarang kita kok malas marut kelapa. Akibatnya, ya kita tergantung dengan industri minyak yang dikuasai pengusaha Tionghoa.”
”Begitu juga tepungn. Dulu, ketika kita mau bikin tepung, ndeplok (menumbuk) sendiri dari beras. Lha sekarang malas, ya tepungnya dikuasai pengusaha Tionghoa. Mau bikin pisang goreng atau jajanan apa pun, tepungnya beli,” katanya.
Tak hanya Gus Baha’ yang mengingatkan penyakit malas ini. Juga Syekh Syakib Arsalan dalam bukunya Limadza ta akharal muslimun, walimadza taqoddama ghoiruhum (Mengapa Umat Islam Mundur, dan Umat Selain Islam Maju).
Ulama Libanon itu mengatakan, kelemahan umat Islam tidak mempraktikkan kitab sucinya. ”Quran surat al Mukminun ayat 3 memerintahkan kita agar tidak melakukan perbuatan dan perkataan yang sia-sia. Jika kita amalkan mestinya kita sangat tinggi etos kerjanya. Karena hal itu diperintahkan oleh Allah lewat kitab sucinya,” katanya.
Semoga kita tidak termasuk salah satu yang disentil Gus Baha’ dan Syekh Syakib Arsalan. Aamiin.
Editor Sugeng Purwanto