PWMU.CO– Kristen Muhammadiyah, disertasi yang dijadikan buku tulisan Dr Abdul Mu’ti menjadi pembahasan dalam diskusi virtual yang digelar Al-Wasat Institute dan genial.id, Selasa (1/9/2020).
Tampil sebagai narasumber Zakiyuddin Baidhawy (Rektor IAIN Surakarta), A. Sonny Keraf (Dosen Unika Atmajaya), Jacky Manuputty (Sekjen PGI) dan Diyah Puspitarini ( Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiah).
Diskusi virtual diikuti oleh ratusan peserta dari seluruh Indonesia dimoderatori oleh Neni Nur Hayati (Direktur DEEP). Acara ini menyambut pengukuhan gelar profesor kepada Dr Abdul Mu’ti yang diadakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (2/9/2020).
Diskusi dengan topik Jalan Panjang Mewujudkan Pendidikan yang Pluralistis membahas isi disertasi yang menyoroti misi dakwah sekolah Muhammadiyah di masyarakat Kristen Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Barat.
Menurut Zakiyuddin Baidhawy, disertasi Prof. Abdul Mu’ti adalah karya fenomenal. Menerangkan dengan baik betapa pentingnya toleransi dalam dunia pendidikan di Indonesia.
”Karena toleransi adalah fondasi keadaban publik dan toleransi merupakan cara kita dalam membangun perdamaian. Dari buku Mas Mu’ti, kita bisa melihat dengan nyata kehidupan masyarakat yang plural dalam dunia pendidikan,” katanya.
Sonny Keraf mengaku senang dengan apa yang sedang dikembangkan oleh Muhammadiyah di seluruh Indonesia dalam visi pendidikan pluralistis inklusif ini.
”Sebagaimana yang diteliti oleh Pak Mu’ti di Ende, Serui, dan Putusibau. Pendidikan Muhammadiyah bisa dijadikan sarana dakwah, namun tidak hanya dakwah Islam. Tapi adalah dakwah value nilai-nilai universal. Karena Muhammadiyah memuliakan, memajukan dan memberdayakan seluruh umat manusia, tanpa membedakan SARA,” ujarnya.
Non Muslim Jadi Dekat
Sementara Jacky Manuputy menyatakan, karya Mas Mu’ti memperluas horizon kemajemukan di republik ini. ”Riset yang dilakukan menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting dalam memperkuat nilai-nilai toleransi. Kami non-muslim diajak mengenal lebih dekat tentang Muhammadiyah. Jejak historis pendidikan Muhammadiyah memiliki kontribusi besar dalam perjalanan bangsa ini,” tuturnya mengomentari buku Kristen Muhammadiyah itu.
Sedangkan Dyah Puspitarini berpendapat, senior dan mentornya ini sangat layak memperoleh gelar guru besar. ”Mas Mu’ti sangat senang berbagi ilmu kepada kaum muda-mudi, selalu gelisah dan memikirkan pentingnya regenerasi kaum muda yang berkhidmat dalam dialog-dialog antar umat beragama, lintas iman dan memiliki jejaring nasional maupun internasional,” katanya.
Abdul Mu’ti yang hadir di penghujung acara mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukungnya selama ini dan memberikan ucapan atas pengukuhanya sebagai guru besar.
Menurutnya, harmoni meniscayakan perbedaan, namun perbedaan itu harus diorkestrasi dengan baik. ” Ini bukan titik kulminasi, tapi titik awal agar saya lebih produktif, tolong doakan agar saya selalu sehat dan tidak pikun, karena katanya kalau profesor cepet pikun,” ujarnya disambut gelak tawa peserta. (*)
Penulis Faozan Amar Editor Sugeng Purwanto