Empat Bulan Haram ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Empat Bulan Haram ini berangkat dari hadits Bukhari-Muslim:
عَنْ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الزَّمَانُ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَةِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ ذُو الْحِجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ بَلَدٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ
سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ الْبَلْدَةَ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ يَوْمٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا وَسَتَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ فَسَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ أَلَا فَلَا تَرْجِعُوا بَعْدِي ضُلَّالًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلَا لِيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يُبَلَّغُهُ أَنْ يَكُونَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ فَكَانَ مُحَمَّدٌ إِذَا ذَكَرَهُ يَقُولُ صَدَقَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ مَرَّتَيْنِ. متفق عليه
Arti Hadits
Dari Abu Bakrah dari Nabi SAW, berkata: “Waktu berputar sebagaimana keadaannya semula ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Tahun terdiri dari dua belas bulan. Empat di antaranya adalah bulan suci, tiga berurutan. Yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, dan Muharram. Dan yang ke empat adalah Rajab yang dinamai sebagai penghormatan terhadap suku Mudlar, teletak di antara bulan Jumadah (al-Tsaniyah) dan Sya’ban.”
Kemudian Nabi SAW berkata, “Bulan yang mana ini?” Kami berkata; “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Mendengar jawaban itu Nabi terdiam agak lama sehingga sempat berpikir bahwa Nabi akan memberi nama yang lain.
Lalu Nabi SAW berkata; “Bukankah sekarang bulan Dzulhijjah?” Kami menjawab; “Ya.” Kemudian Nabi berkata: “Kota apa ini?” Kami menjawab; “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu?”
Mendengar hal itu, Nabi termenung agak lama sehingga kami sempat berpikir bahwa Nabi akan memberinya nama lain. Lalu Nabi berkata: “Bukankah ini Kota Makkah.” Kami menjawab; “Ya” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Hari apa ini?” Kami menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Nabi termenung agak lama sehingga kami sempat berfikir bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan memberinya nama lain. Lalu Nabi berkata,: “Bukankah hari ini hari Nahr (kurban)?”
Kami menjawab; “Ya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Maka darahmu, hartamu, kehormatanmu adalah suci satu sama lain seperti sucinya hari milikmu ini, di kotamu ini, di bulanmu ini; dan sesungguhnya, kalian akan berjumpa dengan Tuhan kalian dan Dia akan menanyakan perbuatan-perbuatan kalian.
Hati-hatilah! Jangan kembali menjadi orang-orang sesat sepeninggalku, saling memenggal leher satu sama lain. Sudah menjadi kewajiban mereka yang hadir (di sini hari ini) untuk menyampaikan pesanku ini kepada mereka yang tidak hadir. Mungkin mereka yang tidak hadir akan lebih memahami (pesan ini) dari pada mereka yang hadir pada saat ini. –
Muhammad (perawi) ketika menyebutkan Hadis ini selalu berkata; ‘Sungguh benar Nabi SAW. Nabi kemudian berkata dua kali: “Ketahuilah! Bukankah telah kusampaikan (pesan Allah) kepadamu?”
Waktu Terus Berputar
Waktu terus berputar dan tidak pernah berhenti sejenak pun. Semenjak penciptaan dunia ini yang dimulai dari penciptaan langit dan bumi. Matahari dan bulan masing-masing bergerak dalam garis edarnya.
Begitulah waktu terus berjalan yang kita lalui—entah kita sadari atau tidak—dari detik ke menit, dari menit ke jam, dari ke jam ke hari, dari hari ke bulan dari bulan ke tahun dan seterusnya.
Sudah berapa tahunkah kita jalani kehidupan ini di dunia? Dan apa yang sudah kita perbuat dalam kehidupan ini demi sumbangsih kita demi agama ini?
Sederet pertanyaan yang seharusnya menjadi bahan perenungan kita, untuk kemudian kita introspeksi. Kita bermanfaat untuk agama ini ataukah agama ini yang justru kita manfaatkan untuk kehidupan kita sendiri?
Allah Bersumpah dengan Waktu
Dalam banyak surat—khususnya di juz 30—Allah bersumpah dengan menggunakan waktu seperti surah al-Ashr, adh-Dhuha, al-Lail dan lain sebagainya.
Hal ini menunjukkan betapa berharganya waktu. Kita manfaatkan atau kita biarkan sia-sia waktupun akan terus berjalan. Dan suata saat waktu yang kita miliki akan habis sesuai dengan kadar yang telah Allah tentukan.
Tentu karena takdir kematian itu tidak diketahui oleh siapapun, maka selalu berikhtiar menjaga kesehatan merupakan kewajiban setiap manusia. Karena kita sangat dilarang menjatuhkan diri dalam kebinasaan. Termasuk dalam kondisi wabah Covid-19 yang belum ada tanda-tanda berakhir ini.
Di samping itu Allah juga bersumpah dengan benda-benda yang diciptakan-Nya, yang manusia tidak akan sanggup menandinginya. Semisal matahari, bulan, bintang, dan lain sebagainya.
Tanda-tanda kekuasaan Allah telah ditunjukkan dengan mata telanjang agar manusia selalu mau berpikir dan memahami fenomena kehidupannya. Sembari terus berusaha memahami surat-surat cinta-Nya kepada setiap hambanya melalui al-Quran.
Empa Bulan Haram
Rentang waktu telah ditentukan oleh Allah dengan sedemikian cermatnya. Dalam setahun ada dua belas bulan. Di antara dua belas bulan itu ada yang termasuk arba’atun hurum yakni empat yang dimulian. Tiga berurutan yaitu Dzul qa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, serta di tengah tahun ada bulan Rajab.
Arba’atun hurum merupakan bulan yang umat Muslim hendaknya selalu mawas diri lebih ditekankan, termasuk larangan berperang pada saat itu. Karena berperang pada bangsa Arab sering kali terjadi dan tidak mengenal waktu. Maka waktu-waktu adalah masa gencatan senjata agar tidak terus-menerus bertikai.
Di antara hikmah dengan arba’atun hurum itu adalah dimulai dengan bulan Muharram sebagai awal tahun agar dimulai dengan kebaikan. Dan juga di akhiri dengan bulan Dzulqa’dah dan Dzulhijjah.
Sehingga awal tahun dan akhir tahun juga dalam kebaikan, selalu introspeksi diri. Demikian pula di tengah tahun yaitu bulan Rajab, sebagai bulan untuk persiapan memasuki bulan Ramadhan yang sebelumnya didahului bulan Sya’ban.
Manfaatkan Waktu
Waktu adalah amanah, maka sudah seharusnya waktu yang sedang dijalani ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, yaitu dalam kerangka beribada kepada Allah SWT.
Dan Ibadah yang utama adalah menuntut ilmu, di mana orang-orang yang menuntut ilmu itu sejak berangkat sampai kembali pulang selalu mendapatkan penghormatan dari para malaikat. Yang digambarkan dengan para malaikat membentangkan sayapnya. Dan dalam masa menuntut ilmu itu jika saatnya meninggal dunia dihitung sebagai syahid.
Di samping itu menjaga kualitas dan kuantitas ibadah makhdhah merupakan keniscayaan. Hal itu secara otomatis bagian dari dampak menuntut ilmu. Maka jadilah penuntut ilmu di mana saja kita berada dan kepada siapa saja. Pelajarilah al-Quran dan al-Hadits. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel Empat Bulan Haram ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 1 Tahun ke-XXV, 4 September 2020/16 Muharam 1442 H.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.