PWMU.CO – Filosofi doa naik kendaraan disampaikan Anas Tohir SAg MPd pada Kultum Pagi di Smamsatu Gresik, Jumat (4/9/20).
Dalam kultum yang diselenggarakan SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik secara online itu dia mengutip tafsir Imam Ibnu Katsir tentang doa naik kendaraan dalam az-Zukhruf 13-14: Subhanalladzi khalaqal azwaja kullaha dan subhanalladzi sakhharalana hadza, wama kunna lahu muqrinin.
“Manusia adalah ma qaddaralana. Manusia itu sebenarnya, andaikan tanpa nikmat Allah, tidak mempunyai kemampuan apa-apa. Ibaratnya, manusia itu hanya tanah yang diberi ruh. Manusia itu tidak berdaya. Berdayanya manusia itu karena nikmat Allah. Yang diberikan kepada manusia untuk bisa beraktivitas,” ujarnya.
Makanya, lanjutnya, kita harus mengakui, bahwa Maha Suci Allah yang telah memperjalankan manusia. Mulai dari tindakannya sejak bangun tidur sampai tidur lagi. “Jadi subhana itu adalah pengakuan kepada Allah bahwa kita ini lemah sekali,” ujarnya.
Tunjukan Peristiwa Besar
Menurut Anas Tohir, doa naik kendaraan menunjukkan peristiwa dahsyat. “Dalam tafsir al-Misbah, Quraish Shihab menyatakan, filosofi dari doa itu adalah. Pertama, subhanalladzi. Kata tasbih atau subhanalladzi itu digunakan Allah untuk menunjuk peristiwa-peristiwa yang besar,” jelasnya.
Mengutip Quraish Shihab, dia menjelaskan Allah itu selalu menggunakan kata tasbih pada peristiwa-peristiwa yang sangat dahsyat. “Contohnya, subhanalladi asra biabdihi lailan minal masjidil haram ilal masjidil aqsha. Ayat itu didahului dengan kalimat tasbih. Yang artinya Maha Sucia Allah yang telah memperjalankan (secepat kilat) hambanya (Muhammad SAW) dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha,” terangnya.
Kedua, lanjutnya, dalam Surat Yasin, subhanalldzi khalaqal azwaaja kullaha, Maha Suci Allah yang menjadikan manusia itu berpasang-pasangan.
”Jika kita amati dalam peristiwa kejadian manusia dalam ayat min maniyyi yumna, dari air mani yang terpancar. Itu bermakna dahsyat sekali. Karena yang digunakan subhanalladzi. Atau di Surat at-Thariq, min maain dzaafiq, dari air yang terpancar,” katanya.
Hakikat Doa Naik Kendaraan
Anas mengungkapkan, Subhanalladzi sakharalana haadza wama kunna lahu muqriniina wa inna ila rabbina lamunqalibun ini adalah menyebut manusia di dalam perjalanan panjang.
”Ketika naik kendaraan, hakikatnya wa inna ila rabbina lamun qalibuun dan kepada Allah saja kita dikembalikan.”
Menurut Imam Ibnu Katsir, lanjutnya, manusia pada hakikatnya menempuh safar yang panjang. Safar panjang itu adalah mina dunya ilal akhirah. Dari perjalanan dunia menuju perjalanan akhirat.
Maka, ingatnya, pertanyaannya bagi kita semua adalah perjalanan yang panjang itu pasti butuh bekal. Ibaratnya kalau mau menuju Jakarta, Surabaya, atau Yogyakarta kita membawa apa saja supaya sampai, karena perjanannya adalah perjalanan panjang.
Disebutkan Imam Ibnu Katsir Wa inna ila rabbina lamun qalibun, kepada Allah kita nanti dikembalikan. Artinya perjalan menuju Allah adalah perjalan yang sangat panjang.
Pertanyaan buat kita semua, sambungnya, kita punya bekal seberapa untuk bekal di akhirat. Dalam QS al-Baqarah ada perintah watazawwadu fainna khoira zaadittaqwa. Wattaquuni yaa ulil alban.”
“Watazaawadu, carilah bekal yang banyak kamu sekalian orang-orang yang beriman. Fainna khaira zaadi, karena sebaik-baaik bekal adalah. At-Takwa, takwa kepada Allah.”
Hidup adalah Perjalanan Panjang
Anas mengatakan kita ini dalam perjalanan panjang. Bukan perjalanan dari satu kota ke kota yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain. Hakikatnya hidup ini adalah perjalanan panjang. Perjalanan panjang butuh bekal banyak supaya sampai ke tempat tujuan.
“Bekal terbaik dalam perjalanan ini adalah iman dan taqwa kepada Allah SWT,” pesannya.
Penulis Estu Rahayu. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.