Kata Malik Fadjar, Mahasiswa Tak Serius Kuliah Lebih Baik Angon Kambing tulisan Prof Dr Tobroni, Dekan Fakultas Agama Islam UMM.
PWMU.CO-Banyak otang merasa kehilangan dengan wafatnya Prof H Abdul Malik Fadjar MSc. Dia adalah guru bangsa yang memberi inspirasi pemikiran dan perilaku di dunia pendidikan.
Sosoknya itu ibarat sumur dalam yang airnya jernih dan melimpah. Pikirannya segar dan mencerahkan. Selain seorang intelektual juga praktisi, birokrat, dan teknokrat.
Saya lebih dari 30 tahun berkenalan dengannya. Sejak menjadi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tahun 1984 sampai menjadi dosen dan dekan sekarang ini.
Tahun 1984, mengenal Pak Malik, panggilan akrabnya, sebagai dosen mata kuliah Kependidikan Islam. Pak Malik menjadi dosen favorit mahasiswa terutama di jurusan Pendidikan Agama (PA).
Cara mengajarnya tidak sekadar menyampaikan materi. Tapi dibumbui analisis dan contoh-contoh. Ada mahasiswa yang inginnya semua mata kuliah diajar Pak Malik. Pernah kelas kami melobi dekan agar mengganti dosen lain dengan Pak Malik.
Kalimat motivasi yang sering diucapkan seperti, perkara yang baik dan mulia yang tidak dilakukan dengan kesungguhan hanya akan mendapatkan kesia-siaan.
Kata Malik Fadjar, mahasiswa yang tidak serius kuliah, sekadar memburu nilai C disarankan pulang kampung saja. Lebih realistis piara ternak, angon kambing, bertani daripada capai kuliah dan keluarkan duit.
Saat mengajar, dia memperhatikan suasana kelas. Kalau ada mahasiswa yang mengantuk di kelas disuruh berwudlu. Bila ada mahasiswa tidak konsentrasi mendengar kuliah langsung ditegur. Diberi nasihat atau menyuruh mahasiswa itu pindah tempat duduk.
Orangnya memang perfeksionis. Sebelum mengajar materinya disiapkan dan dibaca lebih dulu. Perkuliahannya dialogis. Pernyataannya boleh dibantah.
Mengorangkan Orang
Waktu menulis tugas akhir, saya meneliti kepemimpinan dia menginovasi UMM. Judulnya Rekayasa Inovasi Sistem Pendidikan Tinggi Islam Studi Kasus Universitas Muhammadiyah Malang.
Selesai kuliah saya diterima menjadi dosen. Pertama kali menjadi asistennya mengajar di IAIN Sunan Ampel di Malang mulai tahun 1990 sampai tahun 2000.
Waktu itu jabatannya sudah banyak sehingga banyak kegiatan. Selain Rektor UMM juga merangkap Rektor Universitas Muhammadiyah Solo, pengurus Majelis Pendidikan Tinggi dan Litbang PP Muhammadiyah, serta Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama. Kemudian sebagai Menteri Agama di era Presiden BJ Habibie.
Kalimat mengorangkan orang sering dilontarkan Pak Malik. Kata Malik Fadjar, setiap manusia itu memiliki kehormatan, harga diri dan kelebihan. Menghormati dan tawadhu’ kepada yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, seperti mahasiswanya.
Bahkan kepada petugas cleaning service pun dia menghormati dan menghargai. Pikirannya selalu husnudhon atau positive thinking. Lewat cara itu dibangun relasi dan kepercayaan.
Dia memandang mahasiswa sebagai kader, generasi penerus dan pemimpin masa depan. Karena itulah banyak mahasiswa yang merasa dikader atau dibesarkan olehnya. Banyak yang menganggap dia sebagai bapak ideologis, leadership, mentor, trendsetter dan transformer ilmu dan perilaku.
Tiga Komitmen Mahasiswa
Dia berpesan, mahasiswa harus memiliki tiga Komitmen. Yaitu komitmen keislaman, komitmen kemanusiaan dan komitmen kesarjanaan.
Komitmen keislaman adalah memiliki kepedulian dan keberpihakan kepada Islam sebagai risalah yang haq yang membawa misi peradaban adiluhung (akhlakul karimah) dan rahmatan lil alamin.
Komitmen kemanusiaan bahwa manusia itu ya manusia dengan segala kelebihan dan kelemahan serta kebutuhannya. Manusia itu memerlukan pekerjaan yang layak, berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Komitmen kesarjanaan maksudnya, harus memiliki kepedulian, komitmen, sikap dan perilaku sebagai seorang sarjana intelektual, berperilaku baik, dan memberikan pengabdian kepada masyarakat. Selamat jalan Pak Malik. (*)
Editor Sugeng Purwanto