PWMU.CO – Pimpinan harus punya rasa krisis saat pandemi Covid-19. Yaitu memberikan keteladanan bagi masyarakat dalam konteks mitigasi.
Demikian yang disampaikan Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB)/Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah Budi Setiawan ST, dalam webinar Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) seri I, Jumat (11/9/20).
Teladan Tiga Nabi
Dalam kegiatan virtual bertema Teladan Penanganan Covid-19 dan Upaya Mitigasi Ketahanan Masyarakat tersebut, Budi mengatakan, dalam pandemi Covid-19 menjadi sangat penting memberi keteladanan kepada masyarakat.
Dalam konteks mitigasi, pimpinan harus punya sense of crisis atau rasa krisis, agar mampu mengantisipasi keadaan darurat akibat terjadinya bencana. Keteladanan dalam mitigasi bencana menjadi bagian penting.
“Kita harus belajar dari Nabi Nuh, Luth, dan Yusuf dalam melaksanakan mitigasi bencana menghadapi Covid-19. Mitigasi untuk jangka panjang penting untuk dilaksanakan karena kondisi darurat ini sudah berlangsung lebih dari enam bulan,” ujarnya.
Menjawab pertanyaan bagaimana mewujudkan keluarga tangguh dalam menghadapi Covid-19, Budi menyampaikan, bahwa keluarga tangguh adalah keluarga yang mengerti dan kemudian menyiapkan apa yang akan dihadapi.
“Keluarga tangguh adalah yang mengerti ketika kita sedang menghadapi Covid-19. Termasuk dalam hal menjaga diri dan keluarga seperti tidak melaksanakan kegiatan yang berisiko tinggi, seperti berada di kerumunan, tidak memakai masker, dan tidak cuci tangan,” jelasnya.
‘Hujan’ Virus
Di sisi lain, Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Wawan Gunawan Abdul Wachid menyampaikan, sejauh ini semua keputusan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah terkait ibadah dalam Covid-19, mengacu pada berbagai informasi yang terus berkembang. Pandemi Covid-19 merupakan kondisi darurat yang mengancam nyawa.
“Keadaan darurat itu mengubah hukum yang semula haram, itu menjadi mubah. Kalau merujuk pada alasan teologisnya dari Rasulullah itu jelas, dalam keadaan hujan lebat saja shalat Jumat itu berpindah dari masjid ke rumah, alasannya hanya hujan. Pandemi Covid-19 sekarang ‘hujannya’ bukan air tapi virus yang lebih membahayakan daripada sekadar air,” tuturnya. Maka, lanjutnya, keperluan untuk memindahkan shalat jamaah dari masjid ke rumah lebih kuat.
Kesenjangan Kemiskinan
Sementara itu, Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah Nurul Yamin dalam paparannya mengatakan, Covid-19 akan menaikkan angka kemiskinan.
“Ada tiga hal yang menyebabkan kemiskinan awet di negeri kita ini. Pertama adalah kesenjangan bukan hanya di perkotaan, tetapi juga antar penduduk kota dibandingkan daerah lain, khususnya daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar),” paparnya.
Faktor lain, sambungnya adalah pertumbuhan ekonomi yang dikejar tanpa memerhatikan pengurangan angka kemiskinan, sehingga menyebabkan kesenjangan.
Di bagian lain, Sekretaris Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Dikti Litbang) PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti dalam paparannya tentang Ketangguhan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) di Era Pandemi mengatakan bahwa, kontribusi PTMA menghadapi pandemi Covid-19 sangat besar.
“Di sisi lain juga PTMA juga mengalami berbagai tantangan. Donasi PTMA yang besar sementara daya bayar SPP juga menurun drastis. Kemudian penurunan pendaftaran mahasiswa dan income yang sangat signifikan. Termasuk subsidi untuk mahasiswa menekan simpanan PTMA dan daya hidup PTMA turun serendah-rendahnya,” ungkapnya.
Isu Sentral Ketahanan Pangan
Sebelumnya, Ketua MCCC Agus Samsudin dalam pembukaan mengatakan, pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi ketahanan psikologis dan pangan masyarakat. “Kesabaran untuk tetap bertahan menerapkan protokol yang berlaku. Dari sisi ekonomi tidak bisa dihindari, ketahanan pangan menjadi isu sentral ke depan,” katanya.
Sedangkan Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman menuturkan, bagi Muhammadiyah pencegahan Covid-19 harus diutamakan dalam rangka menjaga kesehatan. “Oleh karena itu, semua aktivitas yang membahayakan dari sisi kesehatan harus dipertimbangkan dengan serius. Menjaga seluruh warga tetap sehat, tidak terkena Covid-19 itu harus diutamakan. Sekali lagi tagline kita masih mengingatkan bahwa wabah belum berakhir dan pandemi belum usai. Karena itu kita tidak boleh abai dan lengah,” pesannya. (*)
Penulis Budi Santoso. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni