PWMU.CO – Malik Fadjar masih memikirkan umat dan generasi bangsa di saat sakit menimpanya.
Hal itu diungkapkan Norman Setiawan SE, putra Malik Fadjar saat memberikan sambutan mewakili keluarga dalam Peresmian Gedung Prof Dr Malik Fajar MSc UIN Malik Ibrahim Malang, Jumat (11/9/2020)
“Bulan Maret itu Bapak di Malang, setelah Idul Fitri masuk Rumah Sakit UMM untuk operasi tulang punggung selama dua pekan. Sekitar dua bulan setengah, setelah itu beliau ke Jakarta,” terang Norman.
Di saat sakit dan ketika pandemi terjadi, Norman menuturkan, Malik Fadjar selalu mempertanyakan nasib generasi bangsa dan umat Islam.
“Beliau itu selalu bertanya, sekolah ini terus bagaimana? Generasi ini bagaimana? Sampai saya yang sering ingatkan, ‘Mpun to Pak, Bapak istirahat mawon (sudahlah Bapak istirahat saja)’,” kata Norman.
Ketika diingatkan untuk istirahat justru Malik Fadjar selalu mengatakan, “Ora iso, aku ora iso. Bagaimana tentang pendidikan? Umat Islam ini akan seperti apa?”
“Sampai beliau tidak mau baca koran. Lihat TV itu pun yang ringan-ringan. Karena kalau berita Corona beliau emosi. Dan semangat memikirkan bangsa itu ia bawa sampai akhir hayat,” ucap Norman sambil terisak.
Ketika sang Bapak akhirnya menghembuskan nafas terakhir di RS Mayapada Jakarta ada rasa sedih yang menyelimuti hati Norman.
“Mungkin kalau berat ya rasanya berat. (Padahal) Bapak banyak menghabiskan di Kota Malang ini. Mungkin ini jalannya. Kadang berpikir kalau harus sowan Bapak juga harus ke Jakarta. Tapi itu kehendak Allah. Dan Bapak milik negara,” ucapnya.
Menurut Norman, Malik Fadjar dalah sosok bapak yang selalu melihat progres ke depan dan selalu memberi semangat.
“Beliau itu juga selalu menanyakan wes tekan ndi kowe saiki? (sudah sampai mana progresmu saat ini?”
Terima Kasih untuk UIN Malang
Kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang yang memberikan pernghargaan kepada ayahandanya, Norman mengucapkan terima kasih.
“Terima kasih Pak Rektor dan UIN malang. Kalau hari ini ayah saya mendapatkan penghargaan ini, mungkin ini balasan karena bapak memang selalu mencanangkan (memberi penghargaan tokoh) ketika jadi rektor di UMM. Terima kasih sekali atas segala doa kemarin dan hari ini,” ucap Norman.
Melihat kemajuan kampus UIN Malang yang begitu pesat hari ini mengingatkan Norman ketika Malik Fadjar dikukuhkan menjadi Guru Besar.
“Bagi yang pernah melihat kampus ini, dulu tentu tidak ada apa-apanya. Sampai bapak diberikan guru besar pun kampus ini masih sederhana sekali,” kenangnya.
Dia pun mengutarakan pesan Prof Malik agar kampus ini jangan hanya besar di gedungnya saja, tapi visinya juga harus besar, punya progres ke depan dan jangan sampai ada konflik kepentingan antar organisasi apapun.
“Bapak ini Muhammadiyah, namun Alhamdulillah yang memberi ucapan duka sangat banyak dari berbagai kalangan. Artinya bapak tidak hanya milik satu sisi tapi mengayomi untuk semua,” tuturnya.
Terakhir dia menyampaikan permohonan maaf jika selama menjadi dosen Prof Malik memiliki kesalahan.
“Kalau ada yang pernah jadi murid bapak, mungkin bapak galak mohon dimaafkan. Bapak ya seperti itu. Tapi hatinya tidak. Kalau bapak marah itu karena ingin lebih baik,” tandasnya. (*)
Penulis Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni