PWMU.CO– Syeikh Abdul Rahman al Sudais, imam Masjidil Haram Makkah, yang menjadi favorit kaum muslimin karena bacaan Qurannya kini mendapat kecaman. Gara-garanya khotbah Jumat, 4 September 2020 lalu di Masjidil Haram.
Dia menyerukan untuk hidup berdampingan seperti yang dilakukan Nabi Muhammad saw dengan tetangga Yahudinya. Khotbah yang disiarkan Televisi Saudi itu, Sudais menyebut, bagaimana Nabi berwudhu dengan air dari kantong wanita yang tidak beriman.
Realitas perubahan politik di dunia Arab sekarang ini rupanya berimbas pula kepada pendapat Syeikh Abdul Rahman al Sudais. Saat ini Uni Emirat Arab dan Bahrain sudah menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.
Sebelumnya Mesir dan Yordania sudah lama melakukan. Negara-negara ini melupakan nasib Palestina yang berjuang bebas dari Zionis Israel.
Artikel tulisan Dr Mohammad al Misfer yang dimuat middleastmonitor.com menyoroti keberpihakan Syeikh Sudais dalam perubahan politik itu. Khotbahnya Jumat lalu sangat berbalik dengan khotbah dan pendapat dia sebelumnya.
Misfer mengingatkan, Sudais dalam doa qunut dan khotbah Jumat sebelumnya selalu menyerukan persatuan bangsa dan kekuatan demi pembebasan Palestina dan mengembalikan tanah yang diduduki kepada rakyatnya, pemiliknya yang sah.
Pada bulan Ramadhan 2014, orang-orang berdiri dalam shalat di Masjidil Haram di Makkah dan berdoa setelah serangan di Gaza dipimpin Sudais. “Ya Allah, penderitaan saudara-saudara muslim kita telah meningkat, berikan mereka kemenangan di Palestina melawan penjajah yang menyerang. Kami memohon kepadamu ya Allah, dengan segala kemuliaan dan kekuatanmu, kami memohon dengan nama dan sifatmu yang tertinggi, untuk menyelamatkan Masjid Al-Aqsa dari penodaan penjajah.”
Sudais, tulis dia, dalam khutbah Jumat pernah berkata, ada orang-orang yang tertipu normalisasi hubungan dengan Israel, mencela jihad dan menuduhnya menghasut dan anarkisme.
Khotbah Sudais Berpihak ke Israel
”Tapi Syekh Al-Sudais telah membalik semua hal itu dalam khotbah Jumatnya pada 4 September. Dia benar-benar membalikkan posisinya dan menyerukan untuk hidup berdampingan seperti yang dilakukan Nabi Muhammad dengan tetangga Yahudinya,” tulis Misfer.
Dikatakan, Sudais lupa menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi di Madinah pada saat itu bukanlah penyusup atau penjajah yang menduduki kota, melainkan berada di antara orang-orangnya dan dari dalam sukunya.
”Adapun orang-orang Yahudi di Palestina saat ini, mereka adalah penjajah yang dibawa dari seluruh dunia ke Palestina. Mereka datang dari Barat, dibekali dengan uang dan senjata, dan telah membunuh penduduk asli Palestina,” tuturnya.
Mereka merebut Palestina dan sumber dayanya, sementara rakyatnya hidup dalam diaspora. Mereka menghancurkan, menghancurkan, membunuh dan bahkan mencabut pohon zaitun di Palestina.
”Syekh Sudais, apakah Anda masih yakin bahwa mereka harus diperlakukan dengan baik ketika mereka memperlakukan orang-orang kami di Palestina dengan kebrutalan dan tirani yang lengkap?” tanya Misfer.
Dukung Normalisasi dengan Israel
Misfer yakin Sudais paham dengan sejarah Islam, paham komunitas Madinah sebelum Nabi hijrah, ternyata sekarang dia hampa demi menjaga kepentingan pribadinya dan sejalan dengan ide, keinginan dan niat penguasa.
”Saya pikir Syekh Sudais akan menggunakan kedekatannya dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammad bin Salman, dan berdoa untuknya dari mimbar Masjidil Haram dan memintanya untuk membebaskan para ahli hukum dan ulama yang ditahan yang menganjurkan moderasi,” ujarnya.
Kita tahu bahwa Mohammad bin Salman adalah pendukung normalisasi dengan Israel, musuh utama Arab dan muslim seperti yang digambarkan oleh Al-Sudais dalam khotbah-khotbah sebelumnya di Masjidil Haram.
”Oleh karena itu, tidak dibolehkan baginya untuk menjadi seorang munafik bagi putra mahkota dan mendorong perbuatan dan keputusan buruknya,” tandasnya.
”Saya akan menyimpulkan dengan mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, sekelompok orang yang kami anggap paling saleh dan takut akan Tuhan telah menjadi yang paling munafik dan mengabaikan agama kami,” ujarnya.
Sebelum ini ada Syeikh Abdul Aziz Al-Rayes yang mengatakan seseorang harus mematuhi penguasa mereka dan tidak boleh membangkang atau menasihati mereka, bahkan jika penguasa berbuat dosa dan melanggar agamanya.
”Mereka adalah ulama di akhir zaman, dan kami berkata kepada Syekh Sudais, takutlah pada Tuhan atas perkataanmu,” tegas Mohammad al-Misfer.
Akankah Arab Saudi segera umumkan normalisasi dengan Israel setelah UEA dan Bahrain? Angin politiknya sepertinya berhembus ke arah situ.
Editor Sugeng Purwanto