PWMU.CO – Imam Shamsi Ali menyampaikan semangat Ahmad Dahlan harus terus diperbarui dan diteladani sebagai modal spirit generasi muda.
Di Puncak Milad SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik dengan tema Future Inspiration Senin (7/9/20) melalui Zoom Meeting, imam Masjid Islamic Center New York itu berpesan generasi baru harus mampu memperbarui lagi perjuangan Ahmad Dahlan, Nyai Dahlan, dalam hal spiritnya, semangatnya.
“Amar makruf nahi mungkar kita perbaharui konsepnya,” ujarnya.
Dia menjelaskan cara membentuk generasi yang baru adalah membangun mentalitas baja pasca Covid-19. Salah satu penyakit umat yang dikabarkan oleh Rasulullah SAW itu berkaitan dengan mentalitas.
Suatu ketika umat ini akan seperti buih di tengah laut, yang terombang-ambing. Atau yang digambarkan oleh Rasulullah SAW, seperti daging dan diperebutkan anjing-anjing yang sedang kelaparan.
Seperti saat ini, lanjautnya, umat Islam adalah umat agama terbesar dunia. Kristiani kalau digabung Katolik dan Protestan, itu sekitar 2,2 miliar tetapi mereka tidak mau digabungkan. Jika dipisah 1,2 miliar Katolik dan sekitar 900 juta Protestan.
“Sedangkan umat Islam 1,5 sampai 1,7 miliar. Maka, secara jumlah kita sudah mayoritas. Selain itu, negara-negara yang ditinggali oleh umat Islam sekarang ini adalah negara-negara dengan sumber daya alam yang paling hebat,” jelasnya.
Dia mengungkapkan karena tidak punya posisi, maka umat Islam mudah terombang-ambing karena masalah mental, alwahn, terlalu mencintai dunia ini. Akhirnya kita pun menjadi materialistik tanpa kita sadari.
Akhirnya, sambungnya, iman umat Islam rapuh. Tidak mungkin akan kokoh dan memberikan karya-karya. Apalagi membangun peradaban seperti peradaban Madinah yang dibangun oleh Rasulullah SAW yang menyebar ke seluruh penjuru dunia.
“Oleh karenanya umat Islam sekarang harus kembali membangun mentalitas dan self confidens (percaya diri). Pepatah Arab mengatakan almaghlubu mula’u bil ittibail gholib, orang yang terkalahkan itu cenderung ikut-ikutan yang menang,” terangnya.
Fastabiqul Khairat
Dr M Shamsi Ali Lc MA mengatakan ada satu motto yang selalu kita pegang kuat yaitu fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan).
“Saya yakin apa yang disampaikan oleh Pak kepala sekolah (Ainul Muttaqin SP MPd) tentang from zero to hero itu bagian dari spirit semangat fastabiqul khairat. Di mana saja kita berada, sebagai putra-putri Muhammadiyah akan selalu terdorong semangat fastabiqul khairat itu,” ujar pemilik nama lengkap Mohammed Utteng Ali ini.
Shamsi Ali lalu berkisah tentang masa kecilnya. “Saya yang seorang anak kampung terlahir di Tanah Toa, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Sebuah kampung terpencil dan kemudian dilempar masuk ke sebuah ‘penjara suci’ bernama pesantren. Alhamdulillah bisa bertahan hingga selesai,” ujarnya.
“Salah satu penyebabnya adalah karena ada latihan silat sehingga saya memang punya black belt dan menjadi pelatih pendekar Tapak Suci mewakili Sulawesi Selatan tahun 1995 di ajang silat nasional di Bandung.”
Kompleksitas Permasalahan
Menurut Direktur Jamaica Muslim Centre Queens ini penting untuk diceritakan agar kita selalu sadar tanggung jawab untuk ber-fastabikul khairat itu sangat penting untuk kita usung kapan dan di mana saja.
Apalagi, lanjutnya, kalau kita menyadari tentang dunia kita sekarang. Maka, dunia yang kita hadapi sekarang ini ada dalam dalam dunia global. Kita hidup dalam dunia global dengan segala kompleksitas dan permasalahan yang kita hadapi.
Menurutnya, peristiwa Covid-19 menjadikan dunia kita sekarang ini menjadi dunia yang baru. Yang mungkin tidak terpikir untuk bisa menerbangkan saya ke Gresik, berbicara pada Milad SMA Muhammadiyah 1 Gresik kali ini kalau seandainya bukan karena Covid-19.
“Bisa diterbangkan dengan semangat, spirit melaui Zoom ini. Ini salah satu indikasi kita sekarang ini sudah berada dalam situasi dunia yang sangat baru.
Masalah Memprihatinkan
Presiden Nusantara Foundation ini mengatakan sebagai umat Islam, sekarang ini sedang menghadapi permasalahan-permasalahan yang sangat memprihatinkan. Umat Islam di negara-negara mayoritas Muslim juga masih jauh dari harapan. Dari segi pendidikan, perekonomian, politik dan kehidupan sosialnya terlalu semrawut.
“Islam minoritas juga demikian. Tantangan semakin berat, islamofobia semakin meninggi, rasisme semakin meninggi. Tentu tantangan yang kita hadapi semakin berat,” ucap pria kelahiran 5 Oktober 1967 ini.
Putra pasangan Ali Kadrun dan Inong Tippangrom ini menjelaskan kalau kita kembali kepada permasalahan tentang dunia global, ya tentu ada dua kemungkinan yang terjadi dalam dunia Global ini.
Boleh jadi dunia global ini akan menjadi semakin kehilangan moralitas. Dalam artian yang kuat akan semakin kuat dan yang lemah akan semakin dilemahkan.
Ini bisa kita lihat di bidang perekonomian, misalnya di masa Covid ini, teman-teman kita yang bisnisnya ‘ngos-ngosan’ itu semakin sekarat. Sementara mereka yang bisnisnya besar semakin kuat. Satu contoh misalnya toko online Amazon.
“Karena semua orang sekarang ini rata-rata belanja online, maka tentu bisnis online itu semakin hebat. Maka kita melihat bagaimana yang miskin semakin termiskinkan dan yang kaya semakin kaya,” katanya.
Penulis Estu Rahayu. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.