PWMU.CO – Pendidikan kredibel perlu perhatikan lima komponen ini: provider, konten, aktivitas provider, resiver our student, dan relation activities.
Demikian pernyataan Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dra Arbaiyah Yusuf MA dalam Webinar Majelis Dikdasmen dan Forum Silaturahim Kepala Sekolah Muhammadiyah (Foskam) Jatim, Kamis (17/9/20).
Bertema Rekonstruksi Kurikulum Sekolah Muhammadiyah di Masa Pandemi, Education Webinar seri kedua tersebut digelar via Zoom dan streaming YouTube.
Lima Komponen Pendidikan Kredibel
Dalam sambutannya, Arbaiyah Yusuf mengatakan, kegiatan pendidikan dikatakan kredibel apabila terdapat lima komponen yang terjadi. “Pertama, terdapat provider, dalam hal ini Muhammadiyah diwakili sekolah. Provider ini dapat dikerucutkan menjadi seorang guru,” ujar dosen UINSA Surabaya tersebut di hadapan 500 lebih peserta.
Kedua, adanya konten. Jika tidak ada konten, maka tidak ada proses pendidikan dan pembelajaran. “Demikian juga adanya aktivitas provider pada komponen ketiga lalu resiver our stundent untuk yang keempat,” ungkapnya. Sementara Relation activities between provider and reciver merupakan komponen kelima agar pembelajaran kredibel.
Menurut Arbaiyah, provider membantu reciver untuk menerima, mengolah, dan mengembangkan ilmu pengetahuan agar menjadi sebuah keterampilan dan keahlian. “Maka harus didasari lima hal tersebut yang tentu menjadi penting bagi amal usaha Muhammadiyah (AUM) agar terus maju,” paparnya sambil mengatakan perlunya ke depan melihat kurikulum Muhammadiyah bersifat padat materi atau padat makna.
Kurikulum, kata Arbaiyah, bisa menjadi program of education and learning, program utuh yang dimulai dari visi, misi, core value, tujuan, sampai aktivitas pembelajaran. “Selain itu bisa dijadikan curriculum structure. Hal-hal tersebut bisa dijadikan pilihan untuk merekonstruksi kurikulum pada musim pandemi ini,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan, era merdeka belajar seperti saat ini sekolah harus memiliki kurikulum yang smart, sehingga pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) bisa efektif. “Maka kita punya kurikulum khas Muhammadiyah, yaitu smart curriculum of Muhammadiyah school sebagai ciri khasnya,” ujar dia.
Antisipasi Perubahan Kurikulum
Di kesempatan yang sama, Wakil Ketua PWM Jatim Prof Dr Achmad Jainuri MA mengatakan, secara teoritis sekolah-sekolah Muhammadiyah memiliki landasan seperti yang dikemukakan Arbaiyah Yusuf. “Landasan tersebut dapat digunakan untuk melakukan perubahan, pengembangan, dan penyempurnaan kurikulum,” ujar mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) tersebut.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sambung Jainuri, harus diperhatikan menjadi pertimbangan dan bahan utama untuk merumuskan kurikulum. Selain itu, perubahan dan pengembangan kurikulum juga didasarkan atas perkembangan sosial, politik, budaya, ekonomi, dan lainnya.
“Sekolah-sekolah Muhammadiyah harus mengantisipasi atas perubahan-perubahan persoalan yang ditimbulkan dari beragam hal tersebut. Seperti situasi ketidaknormalan akibat pandemi ini, juga harus dibicarakan,” ungkap dia.
Selain menghadirkan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd, dalam webinar ini para kepala SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK Muhammadiyah mengemukakan perspektifnya terkait PJJ.
Untuk SD hingga SMA masing-masing diwakili SD Muhammadiyah 1 GKB Gresik, SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, dan SMA Muhammadiyah 2 Surabaya. Sedangkan untuk jenjang SMK diwakili SMK Muhammadiyah 1 Kepanjen. (*)
Penulis Masitha Gemilang. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni