HM Khanan: Rendah Hati dan Memberi Solusi, ditulis oleh Nadjib Hamid, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
PWMU.CO – Salah satu sumber kekuatan Muhammadiyah adalah orang-orang tulus dan rendah hati. Mereka bekerja tanpa pamrih membesarkan gerakan Islam bersimbol matahari. Ketika ada masalah organisasi, selalu memberikan solusi.
Orang-orang seperti itu jumlahnya banyak sekali. HM Khanan termasuk dari barisan ini. Pria berpenampilan kalem itu dikenal sebagai pribadi yang peduli, yang sukses menerapkan spirit al-Ma’un dalam dunia usaha dan berorganisasi.
Bagi HM Khanan, kepentingan dakwah Muhammadiyah harus didahulukan. Sehingga, sekalipun dirinya tidak pernah menjadi Ketua PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah), hampir semua mengakui bahwa pria kelahiran 10 Februari 1946 itu tulang punggung dakwah di Magetan, terutama dalam soal dana.
Seperti yang dia yakini, “Kalau sering bersedekah pasti Allah akan mengganti.”
“Sering-seringlah membantu agama Allah, nanti kita pasti dibantu oleh Allah SWT,” ujar Harmiyati, istrinya, menirukan pesan sang suami.
Keterlibatan di Muhammadiyah
Wakil Ketua PDM Magetan Hariadi Suprabawa menceritakan, keterlibatan HM Khanan sudah dimulai sejak era 1960-an, ketika masih di Pemuda Muhammadiyah.
“Beliau bersama Pak Sukirmani dan kawan-kawan seperjuangannya, merintis shalat id di lapangan; mengirim kader-kader mubaligh ke masjid/mushalla untuk ceramah tarwih,” ungkap mantan Sekretaris PDM tersebut.
Ketika Idul Adha, lanjut Hariadi, beliau mendirikan beberapa pos untuk menghimpun, menyembelih, dan mendistribusikan hewan kurban di tiap-tiap masjid/mushala sebagai jejaring para aktivis muda.
Di Muhammadiyah, ayah enam anak ini lebih sering ditunjuk sebagai sekretaris, yang bertugas mengoordinasikan kegiatan, lantaran kawan-kawan lain yang PNS kurang berani muncul.
Yakni, pada saat Ketua PDM dijabat Sukirmani (1980-1985), Koesnaini (1990-1995), Padi Soemarsono (1995-2000), dan Kusman (2000-2005). “Baru pada periode Thoyieb Abdullah Rantiono (2005-2010), dan Nur Salim (2010-2015), beliau menjadi wakil ketua,” imbuh Hariadi.
Banyak Ukir Prestasi
Selama menjadi sekretaris, banyak prestasi diukir HM Khanan. Misalnya, semasa Sukirmani, berhasil mendirikan perguruan Muhammadiyah di Jalan Tamrin. Kemudian meluruskan AUM (amal usaha Muhammadiyah) yang dikuasai perorangan atau yayasan lain. Masjid “Ashabul Yamin” di komplek SMPM 1 dan Ponpes Muhammadiyah Salimul Umah Panekan, juga dibangun beliau pribadi.
Sebelum PDM memiliki kantor, rumahnya di Jalan Pasar Baru Timur 8-B, dan 22-B Magetan, menjadi markas kegiatan Persyarikatan dan Ortom. Seperti untuk tempat rapat, perkaderan, pengajian, rihlah dakwah, dan penginapan tamu dari pusat atau wilayah.
Radio Baghaskara 101,1 FM Magetan yang dirintis tahun 1998 juga menempati salah satu ruang di rumah tersebut. Tidak hanya itu, ketika pada 2009 Majelis Ekonomi PDM Magetan merintis swalayan Surya Mart, beliau relakan salah satu rumahnya untuk swalayan Surya Mart dimaksud.
“Ibaratnya, mulai bondo, bahu, pikir dan jiwanya untuk kemajuan dakwah Muham-madiyah,” Hariadi memberikan kesaksian.
Ketua Lazismu PWM Jatim yang Drh Zainul Muslimin, mengaku sudah sejak kecil mengenal beliau menyatakan, “Lokomotif dalam urusan pendanaan, ya beliau.”
Terkait kedermawanan putra dari pasangan Muhammad Umar dan Siti Maryam itu, Zainul punya pengalaman mengesankan. “Ketika rombongan Muhammadiyah Sidoarjo sebanyak dua bis berkunjung ke Magetan, dijamu makan siang di rumah beliau. Walau dalam keadaan sakit, tapi seperti tidak merasa sakit.”
Menyediakan Panggung
Dalam penilaian kader biologis dari mantan Ketua PDM Magetan Mohammad Amien tersebut, Pak Khanan contoh kader yang istikamah, punya komitmen dan tidak begitu mengacuhkan dapat panggung. “Justru lebih banyak menyediakan panggung bagi orang lain. Sejak muda sangat jarang pidato dipanggung. Juga tidak gila jabatan,” ungkapnya.
Terbukti, sebagai pendiri dan Ketua DPD PAN Magetan, beliau berkesempatan menjadi anggota dewan. Tapi diserahkan pada anak-anak muda. Sempat menjadi anggota dewan hanya dua bulan, itu pun terpaksa dijalani karena pergantian antar waktu.
Wakil Ketua PWM Jatim, Noer Cholis Huda, menyebut Pak Khanan sebagai tokoh yang bekerja dalam diam, bukan mencari jabatan. “Pak Khanan telah membuktikan, dakwah bil-hal jauh lebih mengena dibanding hanya pidato.”
Kaderisasi Keluarga
Sedangkan istrinya, menjadi Wakil Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Magetan. Tentu mereka terpilih bukan lantaran nepotisme. Tapi karena kiprah dan prestasinya. Mengingat sistem pemilihan di Muhammadiyah dan Aisyiyah dilakukan terbuka dan melalui proses yang panjang.
Yakub mengakui, dirinya dikenalkan Muhammadiyah sejak usia dini. Awalnya diajak menemani rapat, merintis pengajian, merintis pembangunan sekolahan, dan kegiatan sosial kemanusiaan lainnya. “Bermula dari keterlibatan yang terpaksa itulah, akhirnya saya bisa merasakan nikmat dan manfaat berorganisasi,” ujarnya.
Dalam dunia usaha pun demikian. “Sejak kecil saya sudah diajari praktik berdagang, mulai dari pembelian barang dagangan sampai melayani pembeli di toko. Sehingga sejak kecil sudah bulat keinginan saya melakukan apa yang dicontohkan.”
Cerita sukses Pak Khanan, tentu tidak bisa dilepaskan dari peran sang isteri. Seperti kata pepatah, di balik suami sukses pasti ada istri hebat. Dialah Harmiyati. Perempuan yang dinikahi pada 1979 itulah yang diserahi mengurus keluarga dan usaha. “Soal keluarga dan usaha diserahkan pada saya. Tapi beliau tetap memantau.”
Bapak Idaman
Di mata anak-anaknya—Yusuf Eka Punta Kaharuddin ST, Yahya Dwibrata Kaharuddin SIP, Yakub Trijuna Kaharuddin SE, Luthfi Kaharuddin SE, Muhammad Isa Kaharuddin dan Shabrina Sitoresmi—Khanan adalah bapak idaman.
“Sosok ayah pendiam, tapi tegas. Terutama dalam menjalankan prinsip agama. Dalam setiap aktivitas apa pun, yang selalu ditanyakan kepada kami adalah tentang shalat,” kata Yakub, yang juga Wakil Ketua PDM Magetan.
“Jadi inget dulu. Bapak kalau pagi-pagi bangunin aku, sama Mas Isa untuk shalat Subuh. Suka pakai es batu, terus dimasukkan ke dalam kaos. Kalau tidak begitu, dituntun sampai kamar mandi,” kata si bungsu, Shabrina Sitoresmi, alumni Keperawatan Unair.
Dalam mendidik anak, prinsipnya harus disekolahkan ke sekalah Islami, dan masuk Taman Pendidikan al-Quran (TPQ). Pesan beliau kepada anak-anaknya: Jangan sampai merepotkan teman. Kalau bisa, kita yang direpotkan. “Insyaallah itulah, yang saya pedomani dan jalankan sampai sekarang,” tutur sang isteri, Harmiyati.
Merintis Usaha
Sejak 1977, Pak Khanan merintis usaha percetakan Atmajaya dengan modal Rp 1 juta, yang diperoleh dari dana insentif Ikatan Dinas Sekolah Guru (PGSLP), di Magetan. Lazimnya dalam setiap usaha, tentu ada pasang surutnya.
Pada 1990, Harmiyati membuka usaha katering, di bawah Koperasi Aisyiyah: BUEKA Katering, yang terus berkembang hingga sekarang. Dengan mengelola percetakan dan katering, serta aktif di Muhammadiyah, Pak Khanan lebih menikmati hidup. Pada setiap acara Persyarikatan, beliau tak pernah absen membantu.
Kendati belakangan kondisi fisiknya terus menurun akibat penyakit gula yang menderanya sejak 1992, bahkan pada 2010 diketahui sudah menyerang organ jantung dan paru. Tahun 2012 mengalami gagal ginjal hingga harus menjalani cuci darah lima hari sekali di RS Soedono Madiun sampai awal 2014. Kemudian pindah ke RSUD Sayidiman Magetan tiga hari sekali, toh tetap tampak ceria melayani tamu-tamu Muhammadiyah.
Alumni PII (Pelajar Islam Indonesia) itu tidak pernah mengeluhkan penyakitnya. “Jangankan orang lain, kami sekeluarga tidak pernah mendengar keluhan tentang sakit yang diderita. Malah kerap menjadikan bahan lelucon terkait penyakitnya dengan mengatakan untuk selalu memperbanyak sahabat dari mana pun, siapa pun dan apa pun itu,” kata Yakub.
Itu pula yang penulis rasakan ketika ketemu terakhir pada 20 Juli 2017. Dalam kondisi fisik yang lemah itu, masih bergairah membicangkan banyak hal mengenai perkembangan Muhammadiyah. Pun tidak lupa menyiapkan sarapan untuk saya.
Pemimpin sejati, memang pantang mengeluh di depan umatnya. Karena hal itu bisa meruntuhkan moral perjuangan anggotanya. Dalam kondisi sesusah apa pun pemimpin harus tetap menggerakkan dan memberikan keteladanan, terutama dalam hal berderma. Sifat itulah yang nampak pada pribadi Pak Khanan.
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah memang tidak bisa bergerak hanya oleh satu orang. Tapi banyak orang pun, jika tanpa ada yang mau mengerahkan dana, tenaga dan fikirannya secara terus menerus, bisa dipastikan gerakan tidak akan jalan. Itulah gambaran peran Pak Khanan dalam Persyarikatan.
Pada Jumat pagi, tanggal 17 November 2017, saat hendak melaksanakan shalat shubuh, lelaki sederhana dan berjiwa mulia itu dipanggil untuk menghadap Yang Maha Kuasa. Semoga semua yang dilakukan, memudahkan jalan menuju ridha-Nya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.