PWMU.CO – Ubah berkas berserakan jadi buku laris manis. Wakil Ketua PWM Jatim Nadjib Hamid menyampaikannya pada Pengajian Khairu Ummah yang deigelar Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Bubutan Surabaya dengan tema Membangkitkan Ekonomi Umat di Tengah Pandemi via Zoom, Ahad (27/9/2020).
Setiap Makhluk Dijamin Rezekinya
Menurut Nadjib Hamid setiap orang pasti punya pengalaman hidup khususnya di bidang ekonomi secara berbeda-beda.
“Saya sebenarnya kaget diberikan tema ini karena bukan pengusaha. Apa dipercaya kalau bicara tentang ekonomi. Tetapi tidak masalah, kita berbagi pengalaman saja,” ujarnya.
Setiap Muslim, lanjutnya, harus meyakini jika Allah telah menitahkan dalam al-Quran bahwa setiap makhluk hidup akan diberikan rezeki oleh Allah. Itu harus betul-betul diyakini.
“Kita bisa cek aneka ragam binatang. Dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Semua tidak ada yang kelaparan. Dan semua bisa makan. Apalagi manusia. Ini prinsip untuk kita bahwa kita semua manusia ada rezekinya,” ungkapnya.
Persoalannya, ujarnya, bagaimana kita menjemput rezeki itu. Masing-masing orang punya cara dan strategi yang berbeda. Termasuk yang penting adalah aspek teologisnya. Bagaimana pemahaman kita tentang takdir, rezeki, dan lainnya.
“Dalam konteks usaha maka sebenarnya apapun yang dilakukan di persyarikatan bisa menjadi sumber rezeki. Saya contohkan hal yang sederhana,” jelasnya.
Berkas Penting Diabaikan
Dulu di Muhammadiyah Jatim dalam manajemen perkantoran sangat lemah. Karena sebagian pimpinan itu pegawai dan kadang datangnya di saat rapat. Yang menekuni harian tidak ada.
“Contoh kasusnya yang saya alami sendiri agar tidak menyinggung orang lain. Saya ditunjuk sebagai Kepala Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim tahun 1996. Karena diketahui sebelumnya saya aktif di ortom, baik Pemuda Muhammadiyah maupun IPM,” jelasnya.
Saat awal hadir di kantor PWM, sambungnya, bukan saja gedungnya tidak menarik, tetapi isinya juga sama sekali membuat orang tidak bergairah. Pertama gedungnya jelek, kedua ruangannya tidak berisi yang membuat orang lain tertarik untuk ada di situ.
“Berserakan dokumen fotokopian di mana-mana. Setelah saya lihat-lihat berkas itu, ternyata bukan berkas sembarangan. Waktu itu saya masuk habis musyawarah wilayah (musywil), berarti juga usai muktamar. Di kantor banyak berkas muktamar dan berkas musywil. Saat menghadirkan PDM se-Jatim berkas-berkas itu difotokopi dan dibagikan kepada peserta rapat,” paparnya.
“Tetapi saat mereka pulang berkas-berkas tidak dibawa sehingga berserakan di mana mereka duduk. Berkas itu ditinggal begitu saja. Padahal muktamar dan musywil itu biayanya besar. Kenapa kok tidak menarik produk dari kegiatan yang mahal itu,” tambahnya.
Berebut Agenda Muhammadiyah Jatim
Lalu Nadjib Hamid menghimpun dokumen-dokumen itu. Dilengkapi dengan tambahan data. Kemudian menerbitkan dalam wujud buku agenda Muhammadiyah Jawa Timur. Pertama terbit dicetak seribu eksemplar.
“Bandingkan ketika difotokopi disuruh bawa pulang tidak mau. Ketika saya terbitkan dalam manajemen yang berbeda, menjadi agenda berisi AD-ART, putusan muktamar, susunan pengurus hasil muktamar dan musywil, plus alamat-alamat pimpinan, ditambah pedoman administrasi lantas saya jual. Ternyata seribu eksemplar masih kurang,” ungkapnya.
“Saya kemudian menyaksikan kawan-kawan cabang atau daerah saat ke kantor PWM berkegiatan selalu membawa agenda itu. Itu persis yang saya impikan bahwa kenapa kalo non-Muslim itu ke gereja juga membawa al-Kitab diletakkan di dadanya. Kita tidak ada yang membawa al-Quran,” imbuhnya.
Setidaknya, menurutnya, di organisasi Muhammadiyah yang hadir di kegiatan membawa dokumen organisasi. Dan itu ternyata bisa terealisasi ketika dokumen-dokumen itu dibukukan dengan format yang bagus.
“Orang ingin tahu AD-ART tinggal buka. Pedoman organisasi tinggal buka. Saya merasa hasil kerja dan keringat saya mau mengumpulkan dokumen dan menerbitkan buku itu terlunasi oleh hasil penjualan buku tersebut. Bagi saya menyenangkan dan orang lain juga mendapatkan manfaat,” urainya.
Niat Mulia Berefek Ekonomi
Jadi, menurut Nadjib, ini soal manajemen. Peluang apapun kalau bisa memanajemen dengan baik mana bisa jadi sumber ekonomi. Tergantung caranya memanajemen. Seperti ini akhirnya ditiru di daerah bahkan di PWM lain. Mencetak buku yang sama.
“Sejak itu tidak ada orang melihat buku agenda ditinggal pulang. Spirit saya sebenarnya bukan pada aspek ekonomi tetapi bagaimana organisasi ini diselamatkan jejaknya oleh ikhtiar kita merawat dokumentasi. Tetapi niat mulia itu ternyata berdampak pada ekonomi,” tuturnya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.