PWMU.CO – Muhammadiyah bahas resesi ekonomi dalam Webinar Ekonomi Muhammadiyah yang digelar secara daring oleh Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Senin (28/9/20).
Dalam webinar bertema Resesi Ekonomi Meretas Jalan Keluar itu Sekretaris MEK PP Muhammadiyah Mukhaer Pakkana menyampaikan pekan lalu Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati seolah-olah sudah hands-up atau angkat tangan. Dan mendeklarasikan sebentar lagi Indonesia memasuki resesi ekonomi.
“Karena diprediksi bahwa untuk triwulan ketiga ini kita juga akan mengalami krisis atau kontraksi ekonomi. Menurut teori yang berkembang kalau sudah dua kali kontraksi ekonomi maka akan memasuki sebuah resesi,” ujarnya.
Periode pertama, lanjutnya, Indonesia sudah kontraksi pada kuartal II yakni minus 5,32 persen. Kuartal III yang dimulai Juli hingga September ini diperkirakan masih di bawah 0 persen atau mengalami kontraksi lagi.
“Jadi kalau diakumulasi dua kuartal ini disebut sebagai resesi. Ini sebuah kesepakatan teori secara internasional kalau sudah dua kali kontraksi disebut resesi,” ungkapnya.
Great Depression
Kalau tidak bisa terkendali, sambungnya, misalkan resesi dalam setahun maka boleh jadi Indonesia depresi ekonomi. Great depression secara masif secara internasional karena beberapa negara juga resesi.
“Singapura yang mengandalkan jasa terpental minus 40 persen. Beberapa negara maju juga minus. Kalau berjamaah minus atau berjamaah kontraksi maka lama-kelamaan mengalami sebuah depresi. Bisa juga disebut great depression,” jelasnya.
Great depression, ujarnya, pernah terjadi pada tahun 1930-an. Dan itu proses recovery atau pemulihannya cukup lama. Baru satu dekake bisa untuk mengatasi krisis.
“Tapi yang unik pada tahun 1930-an
disebut menang kalah. Justru di akhir 1930-an pemenang great depression itu Amerika. Saat itulah mereka menjadi kampiun atau pemenang perdagangan global dan menjadi menjadikan US Dollar sebagai panglima mata uang internasional,” paparnya.
“Kita tidak tahu pada saat great depression saat ini apakah ada pemenang atau tidak. Fakta menunjukkan ada beberapa negara yang telah siap mungkin sudah mengalami proses recovery,” imbuhnya.
Indonesia, ungkapnya, sering disebut oleh Menteri Keuangan atau BPS akan mengumumkan besar kemungkinan akan negatif. Beberapa teori-teori yang sudah disampaikan bermodel U atau V. Ataukah bermodal seperti merek sepatu Nike. Turun kemudian sulit untuk naik.
“Kalau U itu jatuh kemudian proses recovery lama dan naik lagi. Kita tidak tahu. Boleh jadi kita Nike, bisa juga U. Tergantung sejauh mana kemampuan kita mencarikan solusi solusi. Dan Ini bukan saja tanggung jawab negara, tetapi juga tanggung jawab bersama. Maka Muhammadiyah ikut bertanggung jawab. Pelaku usaha juga ikut bertanggung jawab,” terangnya.
Jangan Menangisi Kegelapan
Dengan tema ini Muhammadiyah tidak ingin menangisi resesi yang terjadi, tetapi mencari jalan keluar. Kata pepatah lebih baik menyalakan lilin dari pada menyumpahi kegelapan.
“Forum MEK ini ingin menyalakan lilin dan tidak mau menyumpahi keadaan resesi yang terjadi. Sebagai umat manusia tentu punya pikiran, hati dan tindakan untuk mencari jalan keluar. Mari kita diskusikan dengan jernih apa yang akan kita lakukan ke depan,” pesannya.
“Solusinya apa terutama untuk komunitas kita di Muhammadiyah. Mari saling mencerahkan, menyalakan lilin dan jangan ditakut-takuti. Kita tetap optimis di tengah pandemi ini,” tuturnya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.