Aidit Salahkan Bung Karno dan Cina atas Kegagalan G30S. Dalam pelariannya dia berusaha membangkitkan operasi partainya di Jawa Tengah.
PWMU.CO-Ketua PKI DN Aidit menyalahkan Presiden Sukarno atas kegagalan Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). Hal itu terungkap dalam tulisan dia saat lari dari Lapangan Halim ketika melihat operasi G30S berantakan tak sesuai tujuan.
Victor M. Fic dalam bukunya Kudeta 1 Oktober 1965 halaman 254 mengulas surat-surat Aidit yang dibuat dalam pelarian ke Jawa Tengah. Pimpinan PKI ini ditangkap 22 November 1965 di Solo, kemudian ditembak mati di Boyolali pada 23 November 1965.
Dalam suratnya, dia mengatakan, G30S merupakan persoalan internal Angkatan Darat yang telah membawa kehancuran luar biasa kepada partai. ”Kesalahan harus diletakkan di pundak presiden dan Cina karena mereka tidak memberikan bukti-bukti mengenai solidaritas dan mereka ingkar janji,” katanya.
Presiden, sambung dia, tidak mendukung pembentukan Dewan Revolusi dan membentuk Kabinet Gotong Royong setelah pembersihan para jenderal. Yaitu ketika pertemuan di Pusat Komando di Halim dan rapat kabinet di Istana Bogor, 8 Agustus 1965.
DN Aidit juga menyalahkan Peking karena tidak memenuhi permintaan Aidit bantuan senjata hingga dia lari ke Yogyakarta 2 Oktober 1965 untuk membentuk Pemerintahan Sementara.
”Seandainya bantuan dikirim ke Jawa setelah dimintanya, dan ia sudah berada di Jawa selama sembilan hari saat itu, dengan semua lapangan udara militer di bawah kendali Omar Dhani sehingga mudah dapat dicapai dari luar, kekuatan- kekuatan perlawanan PKI dan para perwira menengah AD yang berpikiran maju akan memperoleh dorongan yang sangat penting untuk merebut kekuasaan dan menggulingkan sistem lama pada hari-hari itu,” ujarnya.
Minta Penyelesaian Politik
Untuk menghentikan pengejaran terhadap orang-orang PKI, dia mengusulkan kepada presiden untuk menyelesaikan persoalan G30S itu secara politik. Dia berharap setelah pengejaran berakhir dapat membentuk kekuatan kembali.
Suratnya kepada presiden tertanggal 6 Oktober 1965. Salinan surat juga dikirim kepada semua komite provinsi partai. Dia dan CC PKI yakin bahwa Presiden dan Subandrio mengupayakan dengan segala daya agar kabinet mau menerima usul Aidit tentang penyelesaian politik.
Aidit juga berusaha mencari perlindungan ke Cina dengan dalih bertemu dengan Mao. Lalu tinggal di sana untuk sementara.
Dia juga menyebutkan, Omar Dhani setuju mengirim sebuah helikopter untuk melarikan Presiden diam-diam pada malam hari dari wilayah yang dikontrol oleh Komandan Kostrad Mayjen Suharto.
Seandainya evakuasi ini berhasil, kata Aidit, landasan untuk perjuangan jangka panjang sudah diletakkan karena sekarang Presiden akan selalu diingatkan mengenai kesepakatannya dengan Mao.
Setelah Bung Karno kembali di bawah kendali PKI, kalau Bung Karno tidak memenuhi kesepakatannya dengan Mao dan Aidit, maka Presiden juga akan dikorbankan jika perlu, karena partai sudah banyak berkorban untuk mewujudkan pikirannya dan cita-citanya bagi masa depan.
”Tapi harus diingat kekuatan kita sekarang hanya satu: perjanjian politik antara Sosro dengan tetangga kita. Bila Sosro meninggalkan kita, berarti hukum karma berlaku. Senjata terakhir dari kita dan negara tetangga adalah ini juga; oleh sebab itu, yakinlah kawan-kawan, mudah-mudahan Sosro dan Tjeweng tidak akan mengkhianati kita. Tetapi bila mereka berkhianat, maka, dari negara tetangga, perjanjian-perjanjian pasal yang telah kami sampaikan secara /R pada bulan Agustus yang lalu terpaksa diumumkan, dan ini adalah berarti lonceng kematian dan kehancuran bagi Sosro/Tjeweng,” tulis Aidit.
Sosro adalah nama sandi untuk Presiden Sukarno. Tjeweng nama sandi untuk Menlu Subandrio. Negara tetangga maksunya Cina.
Rencana Aidit ke Peking itu sudah direncanakan matang. Dia sudah menghubungi konsulat Cina di Jawa atau melalui jalur komunikasinya sendiri dengan Peking.
Instruksi Aidit
Dia juga menulis surat berisi daftar sepuluh instruksi tentang apa yang harus dilakukan selama ia tidak berada di tempat. Salah satu instruksi itu adalah tindakan pengamanan, menyandera, teror dan sabotase sebagai metode perang urat syaraf, harus dilaksanakan secara sistematis agar efektif.
Dia akhir surat dia meminta orang-orangnya menyiapkan semua fakta-fakta dan dokumen untuk buku putih tentang khianat Dewan Jenderal.
Aidit mengakhiri pelariannya setelah digerebek di sebuah rumah anggota PKI di belakang Stasiun Balapan Solo. Dia bersembunyi di ruang yang tertutup lemari.
Awalnya tentara yang menggerebek kamar itu tampak kosong. Tapi di atas meja ada cangkir kopi panas dan ada sandal di bawah kursi. Ini menunjukkan Aidit masih ada di kamar dan bersembunyi.
Lemari dibuka kemudian digeser dari dinding. Di situ Aidit ditemukan bersembunyi di celah dinding itu. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto