Doa Penutup Majelis Bisa Hapus Dosa ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Kajian Doa Penutup Majelis Bisa Hapus Dosa ini berangkat dari hadits riwayat Tirmizi.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « مَنْ جَلَسَ في مَجْلس فَكثُرَ فيهِ لَغطُهُ فقال قَبْلَ أنْ يَقُومَ منْ مجلْسه ذلك : سبْحانَك اللَّهُمّ وبحَمْدكَ أشْهدُ أنْ لا إله إلا أنْت أسْتغْفِركَ وَأتَوبُ إليْك : إلا غُفِرَ لَهُ ماَ كان َ في مجلسه ذلكَ » رواه الترمذي .
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda: “Siapa yang duduk di satu majelis dan ia banyak melakukan kekeliruan di dalamnya lalu ia berdoa sebelum berdiri dari majelisnya itu: ‘Mahasuci Engkau Ya Allah dan dengan memuji-Mu, Aku bersaksi tiada tuhan (yang berhak diibadahi) kecuali Engkau, aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.’ Kecuali akan diampuni kekeliruannya di dalam majelisnya tersebut.”
Pembersih Dosa
Doa kaffaratul majelis dibaca sebelum beranjak dari majelis (pertemuan, rapat, dan sebagainya) yang diikuti. Sebagaimana namanya, doa ini adalah kafarah atau pembersih dosa. Sebab kemungkinan saja terjadi kesalahan atau perbuatan doa dalam majelis tersebut, maka perlu doa mudah-mudahan Allah SWT mengampuninya.
Akan tetapi bukan berarti dalam majelis tersebut boleh secara sengaja melakukan kekeliruan. Tentu konteks doa itu adalah kekeliruan yang tidak disengaja, terutama menebar kebencian kepada sesama Muslim.
Hadits di atas secara umum memberikan tuntunan etika dalam suatu majelis. Agar semata-mata majelis tersebut di dalamnya hanya dalam rangka kepentingan izzah addien ini yaitu kemuliaan Islam.
Dan bukan terjebak pada sikap ta’ashshub atau fanatisme yang menyebakan umat semakin bercerai berai dan bahkan saling membenci satu sama lainnya. Harus dijaga sikap saling menghargai dan menghormati sehingga bibit permusuhan tidak tumbuh dan berkembang.
Maka majelis tersebut diharapkan akan semakin membawa ke arah nilai ketakwaan kepada Allah dengan segala yang melingkupinya. Yakni nilai tawakal dan sabar dalam setiap aktivitas dan keadaan yang dijalaninya. Dan selalu tetap bersandar kepada Allah SWT.
Majelis yang dapat menguatkan setiap jiwa untuk istikamah di jalan Allah SWT dengan segala konsekwensinya di tengah godaan yang terus mempengaruhinya dari berbagai penjuru.
Jaga Ukhuwah
Dengan demikian majelis itu landasannya adalah keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Tidak ada ghibah atau membicarakan keburukan orang lain. Atau mencela dengan kebencian pada seseorang atau suatu kaum yang menyebebkan timbulnya permusuhan antara satu dengan lainnya.
Karena setiap kita adalah ikhwah yang harus bersatu-padu dalam menjaga izzah atau kemuliaan dien ini.
Allah memrintahkan kita untuk mendamaikan saudara kita yang sedang bertikai, untuk dikembalikan pada nilai kebenaran. Tentu muatan kebenaran itu adalah keadilan bagi siapa saja.
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah.
Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (al-Hujuraat 9).
Dan kita dilarang untuk saling merendahkan. Yang besar jangan merendahkan yang kecil. Yang kuat jangan merendahkan yang lemah dan begitu seterusnya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.
Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (al-Hujuraat 11).
Memahami Teks Doa
Dalam teks doa penutup majelis tersebut yang pertama adalah membaca tasbih yakni memahasucikan-Nya. Allah Maha Suci dari segala keburukan dan kejahatan pikiran manusia. Dia suci dari segala sekutu dan kekurangan.
Selanjutkan memuji kepada-Nya dengan meniadakan pujian kepada selain-Nya. Hal ini sangat penting sebagai ajaran yang diharapkan kita tidak terjebak pada memuji bahkan sangat berlebihan kepada selain Allah SWT.
Mengulang persaksian merupakan penguat dalam jiwa untuk tetap bertauhid. Dengan mengucapakan kalimat syahadah menjadikan kita selalu ingat akan komitmen hidup kita yaitu pengabdian kepada Allah sebesar-besarnya. Itulah hal yang paling prinsip dalam hidup ini.
Kemudian pengakuan dosa dalam setiap kesempatan yang terselip khilaf, baik sengaja atau tidak sengaja. Sehingga permohonan maaf atau ampunan dan menyatakan selalu bertaubat menjadi hal yang harus menjadi kesadaran dalam jiwa ini. Dengan demikian bimbingan-Nya akan selalu menyertai dalam setiap saat dan waktu.
Semoga! Amin! [*]
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 5 Tahun ke-XXV, 2 Oktober 2020/15 Safar 1442 H.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.