PWMU.CO – Kuliah gratis 30 calon guru PAUD Aisyiyah. Program kerja sama dari PW Aisyiyah Jawa Timur, Umsida, dan beasiswa KIP pemerintah.
Hal tersebut seperti yang disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur Siti Dalilah Candrawati. Dia mengatakan, dalam program tersebut, PWA Jatim bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). “Termasuk akses beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari Pemerintah,” ujarnya, Kamis (1/10/20).
Salah satu syarat utamanya, sambung dia, pengakses beasiswa tersebut berasal dari kategori ekonomi tidak mampu. “Bukti verifikasi yang ditunjukkan bisa berupa KIP, PKH (Program Keluarga Harapan), atau bisa juga dengan surat keterangan dari kepala desa,” ujar Siti Dalilah.
Dia juga menerangkan, salah satu tujuan program tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini. “Maka PWA Jatim membuat terobosan dengan membuka akses kuliah gratis bagi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Aisyiyah. Guru-guru PAUD Aisyiyah yang masih belum menempuh pendidikan S1 PAUD dan masih kategori fresh graduate, mendapat kesempatan untuk bisa mengakses perkuliahan tersebut dengan jumlah kuota 40 orang,” paparnya.
Dari terobosan tersebut, kata dia, disambut dengan baik jajaran Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) se-Jatim. “Banyak yang mengirimkan pengajuan calon mahasiswa ke kantor sekretariat PWA. Berkas kelengkapan yang dikirim berupa dokumen persyaratan kuliah,” tuturnya.
Selain itu, juga dilengkapi dengan surat pernyataan bertandatangan di atas materei para calon mahasiswa. “Mereka harus siap menyelesaikan kuliah dan mengabdi di PAUD Aisyiyah minimal 5 tahun. Selain itu, ada juga surat pernyataan tandatangan izin kuliah dari orangtua,” terang dia.
Biaya Hidup 700 ribu per Bulan
Hal tersebut juga ditegaskan Sekretaris PWA Jatim Dra Nelly Asnifati. Dia mengatakan, apabila status mahasiswa diterima, maka tidak ada pengeluaran biaya kuliah sepeser pun. “Bahkan mereka akan mendapat uang saku Rp 700 ribu per bulan,” ungkap Nelly. Pada era pandemi seperti saat ini, sambung dia, kuliah masih dilakukan secara online. Sehingga tidak membutuhkan biaya hidup dan bisa tercukupi dari uang saku tersebut.
Bila kondisi normal kembali, lalu uang saku tersebut tidak mencukupi untuk biaya hidup, maka PDA yang mengakses program ini dapat memberi dukungannya pada mahasiswa tersebut. “Karena sejatinya, mereka dari golongan dhuafa yang perlu dibantu,” terang dia.
Dari 14 PDA yang mengirimkan berkas, kata dia, ada 35 pendaftar yang tercatat. Namun, hanya 30 orang yang dapat melanjutkan proses tersebut. “Dua orang mengundurkan diri karena tidak mendapat izin dari keluarga. Tiga lainnya tidak bisa memproses pendaftaran di laman KIP Kemendikbud, karena Nomor Induk Siswa Nasional (NISN)-nya tidak terdeteksi di web KIP tersebut. Hal tersebut dikarenakan kesalahan input nomor yang dilakukan sekolah asal calon mahasiswa. (*)
Penulis Nur Ainy. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni