PWMU.CO– Shalat Jumat bagi perempuan status hukumnya dapat mempelajari dalil sebagai berikut. Firman Allah subhanahu wa ta’ala surat Jumu’ah ayat 9.
يَآأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاَةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. [الجمعة (62):(9
Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” [QS. al-Jumu’ah (62): 9]
Hadis Nabi saw
عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِي جَمَاعَةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةً عَبْدٌ مَمْلُوكٌ أَوْ امْرَأَةٌ أَوْ صَبِيٌّ أَوْ مَرِيضٌ. [رواه أبو داود
Artinya: “Diriwayatkan dari Thariq ibn Syihab, diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: Shalat Jumat wajib bagi setiap orang Muslim dengan berjamaah, kecuali empat golongan; hamba sahaya, perempuan, anak-anak dan orang sakit.” [HR. Abu Dawud]
عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِي جَمَاعَةٍ إِلاَّ أَرْبَعَةً عَبْدٌ مَمْلُوكٌ أَوْ امْرَأَةٌ أَوْ صَبِيٌّ أَوْ مَرِيضٌ. [رواه البيهقي
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Musa, diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: Shalat Jumat wajib bagi setiap orang Muslim dengan berjamaah, kecuali empat golongan; hamba sahaya, perempuan, anak-anak dan orang sakit.” [HR. al-Baihaqi]
عَنْ عُمَرَ قَالَ صَلاَةُ الْجُمُعَةِ رَكْعَتَانِ وَالْفِطْرِ رَكْعَتَانِ وَالنَّحْرِ رَكْعَتَانِ وَالسَّفَرِ رَكْعَتَانِ تَمَامٌ غَيْرُ قَصْرٍ عَلَى لِسَانِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. [رواه أبو داود و النسائي وابن ماجه)
Artinya: “Diriwayatkan dari Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Shalat Jumat itu dua rakaat, shalat Idul Fitri itu dua rakaat, shalat Idul Adhla itu dua rakaat, dan shalat safar itu dua rakaat, sempurna tanpa dipendekkan, sesuai dengan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [HR. Abu Dawud, an-Nasa’i dan Ibnu Majah]
Dua Pendapat
Pada Munas Tarjih ke-26 tersebut belum ada kesimpulan mengenai persoalan shalat Jumat bagi perempuan ini, karena muncul dua pendapat dan masing-masing mempunyai alasan yang belum bisa dipertemukan.
Pendapat pertama menyatakan bahwa shalat Jumat bagi perempuan hukumnya wajib mukhayyar, berdasarkan hadis hadis riwayat Abu Dawud dari Thariq ibn Syihab dan hadis riwayat al-Baihaqi dari Abu Musa al-Asy‘ari.
Pendapat kedua, menyatakan wajib ‘ain, berdasarkan keumuman surat Al-Jumu’ah ayat 9 dan hadis riwayat Abu Dawud, Abu Ya’la, an-Nasai, dan Ibnu Majah dari Shahabat Umar ibn Al-Khathab tentang bilangan rakaat shalat Jumat dua rakaat (yang dipahami sebagai tidak ada shalat Duhur pada hari Jumat) serta kedaifan hadis tentang pengecualian shalat Jumat atas perempuan.
Menurut hemat kami, persoalan ini dan yang berkaitan dengannya tidak perlu diperuncing apalagi sampai timbul perpecahan.
Bagi orang yang tetap memegang hadis riwayat Thariq ibn Syihab dan hadis riwayat Abu Musa al-Asy’ari yang dipandang sebagai takhsis (pengkhususan) ayat ke-9 surat al-Jumu’ah, maka tidak ada kewajiban bagi perempuan.
Shalat yang pokok bagi perempuan adalah shalat Duhur 4 rakaat. Tetapi bagi orang yang berpendapat bahwa kedua hadis tersebut lemah dan berpegang kepada hadis riwayat Umar radhiyallahu ‘anhu, maka pada waktu siang hari Jumat (waktu Duhur), yang pokok bagi mukallaf baik laki-laki maupun perempuan adalah shalat Jumat 2 rakaat, bukan shalat Duhur 4 rakaat.
Hal ini karena hadis riwayat Umar radhiyallahu ‘anhu yang bernilai sahih tersebut dapat menjadi takhsis ayat ke-9 surat al-Jumu’ah. (*)
Pembahasan masalah ini dapat juga dibaca di tarjih.or.id
Editor Sugeng Purwanto