Ditekan PKI Soenhadji Tadjam Mundur dari Kades ditulis oleh Fathurrahim Syuhadi Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan.
PWMU.CO – Soenhadji Tadjam tercatat sebagai anggota Muhammadiyah dengan NBM (nomor baku Muhammadiyah) 177.154, yang diterbitkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tanggal 20 Juni 1963.
Soenhadji Tadjam lahir pada tanggal 17 Juli 1919, di Babat Lamongan. Dia adalah putra dari Tadjam seorang carik (sekretaris desa) di Babat.
Soenhadji Tadjam pernah nyantri di pondok Tebuireng Jombang. Setelah dari pesantren dia mengajar sebagai guru di Madrasah Attahdzibiyah Babat. Sejak berdirinya, madrasah tersebut hanya menerima murid laki-laki, sampai sekarang.
Pada usia 21 tahun Soenhadji Tadjam menikah dengan Soemidjah, tepatnya tanggal 1 Agustus 1940. Dari pernikahan ini Soenhadji Tadjam dikaruniai 9 anak, 4 anak lelaki dan 5 anak perempuan.
Kader Masyumi
Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda tahun 1948 Soenhadji Tadjam ikut menjadi bagian Lasykar Hiszbullah melawan Militer Belanda. Waktu desa Babat diduduki oleh Militer Belanda dia sekeluarga mengungsi ke Desa Kuripan
Sebelum aktif di persyarikatan Muhammadiyah Soenhadji Tadjam adalah aktifis Masyumi. Dia menjadi kader muda yang dibina dan dididik langsung oleh Ha Sarkowi Sumowihardjo, seorang tokoh Masyumi i Babat.
Pada Pemilu tahun 1955 Soenhadji Tadjam terpilih menjadi anggota DPRD Tingkat II Lamongan dari Partai Masyumi yang membawahi wilayah Babat, Kedungpring, Modo, dan Ngimbang. Babat pada saat itu merupakan Pimpinan Cabang Istimewa Masyumi selain Blimbing Paciran dan Lamongan Kota
Pemilu 1955 dikenal sepanjang sejarah sebagai ajang pertarungan ideologis yang sangat keras. Pertarungan antara Masyumi dan NU yang berbasis Islam, PKI yang berideologi komunis, dan PNI yang mengusung jiwa nasionalisme.
Perjuangan politik saat itu sangat keras dan melelahkan. Kubu PKI selalu melancarkan kebohongan dan fitnah yang agitatif terhadap masyarakat bawah. Mereka selalu menyebut bulan bintang, simbol Masyumi, ada di langit yang sulit dijangkau rakyat. Sementara PKI dengan palu arit lekat dengan kehidupan rakyat.
Soenhadji Tadjam pernah menjadi lurah (kepala desa) Babat pada tahun 19531960. Pada saat itu PKI berada di atas angin. Segala cara digunakan untuk meraih kekuasaannya. Sebagai lurah, Soenhadji Tadjam selalu mendapat tekanan dari segala penjuru. Tidak tahan dengan tekanan PKI yang sangat kuat ini, akhirnya dia mengundurkan diri sebagai pada tahun 1960.
Aktif di Muhammadiyah
Setelah Masyumi membubarkan diri pada tahun 1960, Soenhadji Tadjam aktif di Persyarikatan Muhammadiyah Babat. Soenhadji Tadjam aktif membantu membesarkan Muhammadiyah dengan ikut masuk menjadi anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat sampai tahun 1994.
Pada tahun 1962, Soenhadji Tadjam menjadi Pimpinan Daerah Muhammadiyah se-Eks Karsidenan Bojonegoro yang berdomisili di Babat. Amanat ini berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Pusat nomor 1952 tertanggal 4 Pebruari 1962, bahwa PCM Babat, meliputi Wilayah Pembantu Bupati Ngimbang (Kecamatan Babat, Kedungpring, Modo, Sugio, Ngimbang, Sambeng, dan Bluluk).
Soenhadji Tadjam dikenal sangat disiplin. Berorganisasinya sangat rapi. Dia dikenal sebagai administrator ulung dan serba bisa dalam memimpin. Cepat dan taktis dalam mengambil keputusan. Bila ada permasalahan segera diselesaikan.
Pada usia 77 tahun, tepatnya pada tanggal 14 Mei 1996, Soenhadji Tadjam meninggal dunia karena menderita sakit dan usia tua.
Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.