Kursi Kosong Menteri Kesehatan tulisan Ali Murtadlo, jurnalis di Surabaya.
PWMU.CO-Saya memahami jengkelnya Najwa Shihab. Berkali-kali mengundang Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto tapi tetap tak kunjung datang. Bahkan sampai curhat kepada Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
”Pak Luhut bisa menyampaikan kepada Pak Menkes, diundang berkali-kali di Mata Najwa, kok beliau tidak datang,” kata Najwa saat mewawancarai LBP di Mata Najwa.
Nana, panggilan Najwa Shihab, betul jika dia ingin mengetahui perkembangan penanganan covid langsung dari pejabat yang paling punya otoritatif. Yakni Menteri Kesehatan. Dan sudah selayaknyalah publik mengetahui update penanganan covid di negeri ini.
Itulah salah satu kewajiban pejabat tinggi untuk memenuhi people right to know. Hak publik untuk mengetahui kebijakan negara. ”Tak ada sosok yang paling cocok untuk menjelaskan kecuali Menteri Kesehatan. Karena itulah, kami tidak lelah, setiap minggu mengundangnya,” katanya.
Tapi di undangan terakhir pun, Menteri Terawan tetap tak muncul. Begitu jengkelnya, meski tak ada orangnya, Najwa tetap melangsungkan wawancaranya. Menkes diwakili kursi kosong yang disiapkan untuknya. Inilah di antara nukilan wawancara unik yang viral dan kemudian kontroversial ini.
Dialog dengan Kursi Kosong
Nana: Mengapa menghilang Pak? Anda minim sekali muncul di publik menjelaskan tentang pandemi. Mungkin Anda adalah menteri kesehatan paling low profile di seluruh dunia. Apakah Anda merasa kehadiran menteri kesehatan di depan publik, Anda anggap kurang penting?
Menkes (diwakili kursing kosong): diam saja (mana ada kursi bisa bicara).
Nana: Sejak awal pandemi Anda menganggap bahwa virus ini bukan ancaman yang berbahaya? Apakah kini Anda mengakui kita kecolongan di awal kemunculan pandemi? Saya ingin klarifikasi apakah justru Anda, Menteri Kesehatan, yang mengatakan kita tidak perlu karantina wilayah?
Menkes (diwakili kursi kosongnya): …(hening)
Nana: Hingga kini pandemi belum terkendali. Data dan angka menunjukkan itu. Di saat negara lain, bisa berangsung-angsur memperlonggar situasi, Pak, kenapa kita tertinggal?
Menkes (lewat kursi kosongnya): ….(senyap)
Nana: Presiden Jokowi secara terbuka berkali-kali menegur kinerja Anda. Saya persilakan Anda menjelaskan satu persatu: mengapa tes kita belum mencapai target, lalu mengapa resapan anggaran masih rendah?
Tentu saja Menkes yang diwakili kursi kosongnya diam saja. Tapi, Nana berhasil. Wawancara kursi kosongnya viral. Gara-gara itu petisi kepada Presiden Jokowi agar mencopot Menkes ramai.
Akhirnya Menkes buka suara. Tapi sangat terbatas. Tidak menjawab semua yang ditanyakan Mata Najwa di atas. Hanya seperti curhat saja. ”Saya menyayangkan. Media mestinya menjadi pahlawan membantu penanganan covid seperti di beberapa negara lainnya. Jangan memperkeruh suasana,” kata Terawan tetap tanpa memberikan alasan mengapa tidak mau memenuhi undangan Mata Najwa.
Itulah konsekuensi menjadi pejabat publik. Harus mau menjelaskan kebijakannya. Agar publik mengetahuinya. Jangan hanya menerima jabatannya, tapi diam saja. Salam!
Editor Sugeng Purwanto