Ahmad Dahlan dan Spirit Surat Al-Ashr, ditulis oleh M. Anwar Djaelani, peminat masalah sosial-keagamaan, tinggal di Kabupaten Sidoarjo.
PWMU.CO – Seandainya Allah tidak menurunkan kepada makhluk-Nya hujjah kecuali surat ini, niscaya Surat Al-Ashr ini telah mencukupi untuk memberi petunjuk.”
Demikian ucapan Imam Syafi’i, yang dikutip oleh Muhammad Abduh di dalam kitab Risalah Tauhid, karangannya. Sementara, Muhammad Abduh adalah salah satu pemikir Islam yang kajian-kajiannya banyak memengaruhi KH Ahmad Dahlan.
Saat KH Ahmad Dahlan memulai dakwahnya, Surat al-Ashr adalah salah satu materi kajian yang menjadi pusat perhatiannya.
Mari, kita resapi Surat al-Asrh: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” Surat ini meski pendek, hanya tiga ayat, tapi memiliki kandungan yang luar biasa.
Pentingnya Surat Al-Ashr
Bagi Ahmad Dahlan, al-Ashr sangat penting untuk dibahas secara mendalam. Maka, Ahmad Dahlan sampai mengulang-ulang pembahasannya lebih dari tujuh bulan. Waktu yang panjang itu digunakannya untuk memahamkan makna yang terkandung di dalamnya.
Fakta di atas, boleh jadi bertolak belakang dengan sebagian dari kita, yang tidak terlalu memandang penting makna surat itu. Ironisnya, di dalam keseharian, kita sering membacanya bahkan dalam sehari bisa berulang-ulang. Misalnya, dibaca ketika shalat.
Disebutkan, kajian tentang al-Ashr disampaikan Ahmad Dahlan kepada kaum dewasa laki-laki setiap pukul tujuh pagi. Disampaikan juga kepada kaum perempuan setiap pukul delapan pagi.
Hal yang sama, juga disampaikan kepada remaja bakda Dzuhur. Sementara, khusus kepada remaja ini, diperintahkan pula untuk menulis dan menghafalkannya.
Dalam menjelaskan Surat Al-‘Ashr, Ahmad Dahlan merincinya menjadi beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut adalah mengenai keimanan, amal shalih, nasihat-menasihati dalam kebenaran, dan nasihat-menasihati dalam kesabaran.
Kelompok yang Dikecualikan
Pada pernyataan di ayat kedua, seakan-akan manusia semuanya berada dalam keadaan merugi. Hanya saja, seharusnya pembacaan kita atas surat itu harus langsung disambungkan dengan ayat selanjutnya.
Di sana, ditegaskan bahwa ada beberapa sikap atau perilaku yang bisa menjadikan seseorang terhindar dari kemungkinan menjadi kelompok manusia yang merugi. Jadi, ada pengecualian.
Agar menjadi pihak yang termasuk dalam pengecualian inilah yang selalu ditekankan oleh Ahmad Dahlan di setiap kesempatan.
Oleh karena itu, kepada para santri dan peserta pengajian, selalu diingatkan oleh Ahmad Dahlan agar bisa mengamalkan kandungan al-‘Ashr itu. Ditekankan, supaya kita serius mengamalkan empat pegangan berharga di surat itu.
Sungguh, manusia dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, berpegang teguh pada yang benar dan saling menasihati dalam menjalankan kebenaran, serta sabar dan kuat hatinya.
Tafsir Al-Ashr
Pertama, siapa yang beriman? Perhatikan al-Quran Surat al-Hujurat 15: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.”
Cermati juga al-Anfal 2–4: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
(Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.”
Tentang iman, di dalam hadits juga ada, antara lain: “Tidaklah iman itu dengan keinginan keinginan, akan tetapi iman itu sesuatu yang tertanam dalam hati dan dinyatakan dalam amal perbuatan (HR An-Nasa’i).
“Iman itu ialah percaya dengan hati dan diikrarkan dengan lisan dan dikerjakan dengan anggota badan” (HR Ibnu Majah).
Berkata Ahmad Dahlan, “Orang-orang mukmin ialah orang-orang yang percaya, membenarkan kepada adanya pokok-pokok perbedaan barang kebaikan dan keutamaan.” (Hadjid, 2005: 85).
Kedua, bagaimana dengan amal shalih? Ahmad Dahlan mengatakan, “Sangat banyak orang yang meninggalkan amal shalih seperti yang tersebut dalam al-Quran karena mereka mementingkan beberapa kesenangan.
Banyak juga umat Islam yang menjalankan amal shalih tetapi mereka mementingkan amal yang sunnah, tidak memperhatikan amal yang wajib seperti berjihad mengorbankan harta-benda dan jiwa dalam fisabilillah.
Mestinya, wajib didahulukan yang wajib daripada yang sunnah. Ada juga orang beramal jihad tidak karena Allah. Amal shalih yang pokok timbul dari iman yang hakiki dan rasa beribadah kepada Allah. Maka, di sini masih banyak di antara kita yang belum bangun jiwanya untuk mendapatkan hikmah ibadah ikhlas kepada Allah, masih seperti orang tidur.”
Masih kata Ahmad Dahlan, “Manusia semua mati (seperti orang tidur) kecuali para ulama (yang selalu ingat bahaya siksa di akhirat). Ulama-ulama itu sama bingung (takut menghawatirkan dirinya sendiri kalau nanti akan disiksa masuk neraka) kecuali orang yang telah beramal.
Tetapi orang yang telah beramal (orang yang beramal pun masih takut) kecuali orang yang beramal dengan niat ibadah ikhlas karena Allah (Hadjid, 2005: 98-97).
Ketiga, bagaimana dengan aktivitas saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran? Tentang ini, bisa dalam kombinasi amaliah “jihad dan sabar”. Bahwa, umat Islam harus saling memberi nasihat dalam semangat dakwah. Sementara, tidak ada dakwah jika tidak ada jihad dan sabar. Selanjutnya, tidak ada jihad serta sabar kecuali dengan iman.
Sang Teladan
Sampai di mana pengaruh Surat Al-‘Ashr terhadap KH Ahmad Dahlan? Dalam hal ini, kita dapat melihat bukti keberanian Ahmad Dahlan dalam berdakwah. Tekadnya kuat untuk mengubah keadaan.
Untuk mengubah keadaan perlu jihad dan kesabaran. Atas hal itu, Ahmad Dahlan sering mengutip Surat Ali Imran 142:
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.”
Berjihadlah dan bersabarlah! Maka, dalam dakwahnya, Ahmad Dahlan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Sebaliknya, pendiri Muhammadiyah itu cakap dalam memberikan pengaruh kepada orang lain.
Beliau selalu ingatkan kepada umat, tentang kewajiban terhadap agamanya: Islam. Alhasil, agar sukses dakwah, perlu kerja keras. Padukanlah, spirit jihad dengan kesabaran. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.
Artikel Perdebatan Adam dan Musa ini adalah versi online Buletin Jumat Hanif Edisi 6 Tahun ke-XXV, 9 Oktober 2020/22 Safar 1442 H.
Hanif versi cetak sejak 17 April 2020 tidak terbit karena pandemi Covid-19 masih membahayakan mobilitas fisik.