PWMU.CO– Mati ketawa demo Omnibus Law bertebaran di media sosial. Aksi menolak UU Cipta kerja yang disahkan DPR tak semuanya lewat demonstrasi yang berujung kerusuhan sejak Senin hingga Kamis (5-8/10/10/2020).
Ada yang menulis lelucon, karikatur dan video untuk mengungkap ketakpuasan kepada pemerintah dan DPR. Mulai sindiran halus hingga sarkasme. Inilah rangkuman mati ketawa demo Omnibus Law.
Sebuah karikatur. Orang sambil tiduran mikir. ”Kenapa setiap kali ada masalah besar dia kabur?” Netizen mengomentari: karena dia bukan orang besar.
Karikatur ini disandingkan dengan judul-judul berita Marak Demo UU Cipta Kerja, Jokowi Pulang Kampung ke Solo.
Sebuah foto demonstran di depan Gedung DPRD membawa papan pengumuman diletakkan di tengah jalan. ”Maaf perjalanan Anda terganggu, sedang ada perbaikan negara.”
Sampul Majalah Time edisi beberapa tahun lalu yang memuat foto Presiden Jokowi pun tak luput diotak-atik dijadikan meme hingga berbunyi: Time to Lengser. A False Hope.
Insiden Matikan Mikrofon
Insiden Ketua DPR Puan Maharani mematikan mikrofon anggota dewan yang sedang protes, banyak jadi guyonan. Salah satunya sebuah meme bergambar foto Puan ada tulisan: ”Apa liat-liat mau guwe matiin mic lo.”
Komentar-komentar berita soal insiden mematikan mikrofon oleh Ketua DPR bermunculan di medsos. Antara lain berbunyi begini: Bicara lewat mic dimatiin. Bicara di jalan digebukin. Bicara lewat media dipenjarain. Ini memang demokrasi dhalim.
Komentar lain mengatakan: Ketua DPR itu dalam Bahasa Inggris disebut The Speaker. Banyak bicara. Kalo yang ini (Puan Maharani) The Killer. Pembunuh mikrofon maksudnya.
Ada yang berupa video. Layar terdiri dua gambar. Pertama, anak muda berjoget diiringi lagu Kopi Dangdut. Gambar kedua di kanannya, Ketua DPR Puan Maharani di meja pimpinan sidang. Lagi asyik-asyik anak muda joget, tangan Puan mematikan tombol mikrofon. Musik terhenti. Orang berjoget langsung protes kepada Puan.
Demo Anak STM
Lagi sebuah karikatur. Anak-anak STM demo tolak Omnibus Law. Dua anggota DPR menghadang sambil mengumpat. ”Gak ngerti apa-apa kok demo!”
Anak STM marah melempar sepatu ke anggota DPR sambil menjawab,”Nggak ngerti apa-apa kok jadi presiden.”
Masih anak STM datang ke demonstrasi Omnibus Law dalam sebuah meme bertuliskan: ”Kakak-kakak mahasiswa silakan orasi, kami datang yang hadapi polisi.”
Ini lain lagi. Dialog anak STM sama emaknya.
Ibu: Mau kemana, Nak?
Anak: Manasik haji, Mak, ke gedung DPR
Ibu: Mak lihat di TV kok pada lempar batu?
Anak: Iya Mak, lagi lempar jumroh.
Ibu: Emang DPR banyak setannya?
Anak: Buanyak Mak!
Ngerjai DPR
Sebuah bus rombongan DPR tergelincir masuk jurang. Warga desa berdatangan dengan cekatan mengubur semuanya di tempat. Tak lama kemudian polisi datang mengusut. ”Apakah bapak-bapak yakin mereka sudah mati kok langsung dikubur semua?”
Warga desa serempak menjawab,”Sebenarnya tadi ada yang teriak-teriak ngaku hidup, Pak. Tapi bapak tahu sendiri kan omongan mereka gak bisa dipercaya?”
Jika itu masih kurang lucu bisa lihat foto demonstran ini. Sebuah pamflet demonstran dipegang mahasiswi cantik berkerudung . Tulisannya: Pak Dewan saya siap jadi istri ke-2 asal cabut UU Omnibus Law.
Sindiran ini juga banyak beredar di mana-mana.
”Rakyat mau kaya, kami sudah wakili.”
”Rakyat mau gaji tinggi, kami sudah wakili.”
“Rakyat mau mobil mewah, kami sudah wakili.”
“Rakyat mau rumah mewah, kami sudah wakili.”
“Rakyat mau pelesiran ke luar negeri, kami sudah wakili.”
Sebuah meme lagi. Seseorang mengangkat pamflet berisi pengumuman: ”Buat para buruh kalo pas demo dihadang, bilang aja mau demo Anies pasti diizini lewat.”
Beda Demo dan Karnaval
Menanggapi marahnya Walikota Surabaya yang banyak tanaman dan taman rusak akibat demonstrasi, ada netizen berkomentar: demo ada kerusakan itu biasa, kalau gak ada kerusakan itu namanya karnaval.
Meme lainnya yang mengundang senyum berbunyi demikian: Sampek dino iki undang-undang sing nguntungno wong cilik mek undang-undang kenduren. (Hingga hari ini undang-undang yang menguntungkan rakyat kecil cuma undangan kenduri).
Beda lagi komentar ini: Kita jadi tahu sekelas apa kualitas uu omnibus law yang disahkan malam hari, bareng maling berangkat kerja.
Kalau ini respon sangat prihatin: Omnibus law disahno disik, baru diedit, alhamdulillah. Gak sampek kedaden: disahno disik sakdurunge diketik. Artinya, Omnibus Law disahkan dulu, baru diedit, alhamdulillah. Gak sampai terjadi disahkan dulu sebelum diketik. (*)
Editor Sugeng Purwanto