Teladan idealisme diberikan oleh sosok almarhum Yudi Prianto pada orang-orang di sekitarnya, termasuk di Pemuda Muhammadiyah.
PWMU.CO – Mendung duka menyelimuti keluarga besar Muhammadiyah Kabupaten Sidoarjo. Salah seorang kader terbaiknya, Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Sidoarjo Yudi Prianto MKom, berpulang ke rahmatullah pada Rabu (14/10/20).
Kepergian almarhum Yudi Prianto dikabarkan pada pukul 01.00. Waka Kesiswaan SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo itu wafat di RS Siti Khodijah Sepanjang, Sidoarjo dengan diagnosis akhir sakit hipertensi. Sementara adanya indikasi Covid-19, pihak keluarga masih menunggu hasil tes swab PCR sekaligus keterangan resmi pihak rumah sakit.
Salah seorang yang merasa kehilangan atas kepergian Yudi Prianto adalah Adit Hananta Utama. Sekretaris PDPM Sidoarjo itu mengaku berduka. “Kami sangat kehilangan dan berduka atas berpulangnya saudara, teman, sekaligus pemimpin kami di Pemuda Muhammadiyah Sidoarjo,” tutur Adit, sapaannya.
Teladan Idealisme
Adit mengatakan, sebagai pribadi, almarhum Yudi Prianto telah mewariskan banyak hal baik bagi para kader Pemuda Muhammadiyah. Diantaranya tentang keteladanan dalam berjuang dan idealisme seorang pemuda yang kokoh. “Almarhum memiliki komitmen yang tinggi dalam berorganisasi. Selain itu juga sangat bijak dalam mengambil keputusan,” ujar dia.
Dia pun menuturkan, kenangan berjuang mendampingi almarhum Yudi terlampau banyak, sehingga sulit dilupakan. Sejak duduk di bangku kuliah, Yudi merupakan aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Dia didapuk sebagai Ketua PC IMM Sidoarjo periode 2008 – 2009. Sebelumnya, Yudi juga pernah menjabat sebagai Ketua Korkom IMM Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) tahun 2007—2008.
“Saya sendiri mengikuti proses kaderisasi yang dilakukan oleh almarhum. Kami pernah hidup dalam satu tempat tinggal. Beliau merupakan pribadi yang sangat sederhana dan sangat loyal terhadap organisasi,” kenang Adit.
Terbayang Wajah dan Suaranya
Hal senada juga disampaikan Bendahara PDPM Sdoarjo Mauludy Falaakhy. Kehilangan rekan berorganisasi sekaligus bekerja, baik di PDPM Sidoarjo maupun di Smamda membuatnya shock. “Saya masih terbayang wajah sama suaranya Mas Yudi,” ujar Mauludy.
Dia mengaku masih belum bisa menghilangkan momen terakhir berkomunikasi dengan almarhum. ”Terakhir telepon minta tolong jemput dari RS Mawaddah Medika, minta rujuk ke RS Siti Fatimah (lalu diarahkan ke RS Siti Khodijah). Katanya sudah gak kuat,” ungkapnya dengan emoticon sedih.
Keduanya sama-sama berharap, agar almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, diampunkan dosa-dosanya, dan senantiasa diteladani jejak perjuangannya. “Semoga keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberikan kesabaran,” pungkas Adit. (*)
Penulis Emil Mukhtar. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni