PWMU.CO – Almarhum Yudi Prianto di Mata Koleganya. Dia kader ikhlas dan tanpa batas waktu. Seperti yang diungkapkan banyak orang dari sosok humoris dan low profile itu.
Sejak Rabu dini hari lini masa grup-grup WhatsApp (WA) ramai dengan kabar berpulangnya Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Sidoarjo itu. Yudi meninggal di RS Siti Khodijah, Sepanjang, Sidoarjo pada Rabu (14/10/20) pukul 01.00 WIB.
Pukul 06.50, kedatangan jenazah dari RS Siti Khodijah ditunggu untuk dishalatkan di pelataran parkir Auditorium SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo (Smamda). Sebelum dikebumikan di Ngoro, Mojokerto, mobil ambulance yang membawa almarhum Yudi dimampirkan di Smamda.
Ambulance RS Siti Khodijah yang ditunggu akhirnya datang sekitar pukul 07.00 WIB. Ambulance yang membawa jenazah Yudi Prianto beriringan dengan Kokam dan kader Pemuda Muhammadiyah. Kedatangannya disambut semprotan disinfektan petugas. Sterilisasi mobil dan pengantar tersebut dilakukan sebelum shalat jenazah dilangsungkan. Shalat jenazah digelar di halaman parkir Auditorium Smamda.
Ulet dan Komunikatif
Imam shalat jenazah tersebut adalah Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PWPM) Jawa Timur Dikky Syadqumulloh. Dikky mendapat kabar duka langsung dari Burhanuddin, Ketua Majelis Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo dan Wakil Sekretaris Bidang Dakwah dan Pengkajian Agama PWPM Jatim.
Dikky mengenal sosok almarhum Yudi Prianto sudah lama, bahkan sebelum sama-sama menjadi ketua di Pemuda Muhammadiyah. “Almarhum Yudi seorang pemuda yang tangguh, ulet, dan komunikatif. Semenjak kenal di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Yudi anak yang gigih dalam berorganisasi dan bersosial. Dulu sampai ikut aksi di Indrapura terkait RUU Pornografi dan Pornoaksi,” ujar Dikky.
Kebersamaan dalam berorganisasi begitu kentara antara Yudi dan Dikky. Salah satu momen yang berkesan dari sosok Yudi adalah saat koordinasi pemberangkatan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam).
“Mendiang Yudi selalu siap untuk membantu kelangsungan organisasi, demi terwujudnya dakwah Islam yang berkemajuan. Contoh ketika pemberangkatan Kokam, Yudi menyatakan siap untuk mem-back up kegiatan tersebut,” ungkap dia.
Dianggap Anak Sendiri
Selain Dikky, orang yang paling kehilangan dari sosok Yudi Prianto adalah Wigatiningsih, Kepala Smamda Sidoarjo. Wigati, sapaannya, bahkan tidak sanggup untuk memberi sambutan usai shalat jenazah dilangsungkan. Dia menangis di belakang jamaah sambil duduk di bawah. “Saya salah satu orang yang sangat terpukul atas kepergian Pak Yudi selain keluarganya,” ujar Kepala Smamda dua periode tersebut.
Wigati sengaja minta tolong kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Dr Hidayatullah untuk memberi sambutan, karena dia tak kuasa bicara. Yudi sudah dianggap seperti anak sendiri.
“Almarhum itu tidak hanya kader amal usaha Muhammadiyah (AUM), tapi juga kader persyarikatan. Sejak kecil ayahnya menyekolahkan di sekolah Muhammadiyah. Yudi alumnus SMP Muhammadiyah Ngoro, Smamda Sidoarjo, dan Umsida. Didikan ayahnya sangat keras,” ungkapnya.
Bagi Wigati, kinerja Yudi Prianto tidak diragukan untuk Smamda. “Dia sosok yang bekerja tidak pernah menghitung waktu, tenaga, pikiran, kemudian akan mendapatkan apa atau gaji berapa. Keikhlasan itulah yang membuat saya memintanya untuk ber-partner kedua kalinya dalam kepemimpinan saya di Smamda,” tutur dia.
Sebagai partner, lanjut Wigati, sosok almarhum Yudi terbilang cepat kinerjanya di lapangan. “Dia memahami apa yang menjadi pikiran dan konsep saya di bidang kesiswaan. Dia bukan konseptor, tapi sangat mampu menerjemahkan konsep saya dan menjadi kerja nyata,” kata Wigati.
Dekat dengan Siswa
Ruang kerja yang menjadi satu dengan Yudi membuat Wigati tahu karakter almarhum. “Dia sangat suka makan masakan saya, kalau saya bawa ke sekolah. Bahkan tidak jarang request masakan kesukaannya dan saya yang memasak. Sudah seperti anak saya sendiri,” kisahnya.
Wigati terkesan dengan karakter almarhum Yudi yang dikenal low profile, humoris, ringan tangan, dan tidak pilih-pilih pekerjaan. “Kalau ada bidang lain yang belum selesai pekerjaannya, dia selalu bantu sesuai kemampuannya. Dia juga sangat dekat dengan siswa dan responsif,” paparnya.
Lama berkecimpung di organisasi, membuat Yudi dikenang banyak ketua Pemuda Muhammadiyah. Salah satunya adalah Jasmuri, Ketua PDPM Sidoarjo periode 2010-2014. Menurut Mas Jas, sapaannya, sosok almarhum dikenal cepat dan tuntas dalam bekerja. “Almarhum jika bekerja tidak banyak bicara,” tutur entrepreneur asli Nganjuk tersebut.
Dipaksa Menjadi Waka
Menurut Mas Jas, mendiang Yudi selalu menyempatkan bila diajak bicara organisasi. Dia juga selalu berpikir mencari solusi. “Dia sering silaturahim ke rumah dan betah berlama-lama ngobrol bersama,” kata dia.
Selama menjabat Ketua PDPM Sidoarjo, Jasmuri tidak lupa untuk mendistribusikan para kader di amal usaha Muhammadiyah. Dia melihat potensi luar biasa yang dimiliki kader-kader Muhammadiyah di Sidoarjo. “Mendiang Yudi saat masuk Smamda dan menjadi wakil kepala bagian kesiswaan harus dipaksa. Karena sifat beliau tidak pernah berharap apalagi meminta,” kenangnya.
Selain Jasmuri, sosok yang mengenal almarhum Yudi adalah Ketua PDPM Sidoarjo 2014-2018 Samsul Hadi. Samsul mengaku mengenal almarhum tidak cukup setahun dua tahun. “Saat masih di IMM, baik di pimpinan cabang maupun komisariat, Yudi sosok yang luar biasa dalam berorganisasi,” ujar Samsul.
Menurut Dosen Fakultas Bisnis Ekonomi dan Manajemen Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya tersebut, Yudi merupakan sosok yang memahami dan mengerti kader.
“Saat menjadi sekretaris dalam kepemimpinan saya selama empat tahun, sosok almarhum sering menjadi bagian dalam memutuskan kebijakan yang dilakukan. Dia partner organisasi yang baik,” kata Samsul. (*)
In memoriam Yudi Prianto, Penulis Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni