PWMU.CO – Alumnus Smamda Surabaya bicara bakat dan minat sebagai cara terbaik mengembangkan jati diri. Dialah Fitri Handayani SHub Int, Sabtu (17/10/20).
Alumnus SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya tahun 2014 tersebut bicara dalam talk show virtual melalui Zoom Cloud Meetings sebagai tangkaian kegiatan Smamda Virtual Edufair 2020.
“Finding who I am, itu ada di masa SMA. Hal apa yang bisa kamu lakukan dan hal apa yang paling kamu sukai,” ujarnya.
Dalam acara bertema Open the Insight to Achieve the Future Success yang dihadiri 400 peserta secara online itu, Vi—sapaan akrabnya—menceritakan perjalanan hidupnya semasa SMA hingga saat.
“Waktu yang lain sibuk mikir cari cowok, aku sibuk cari lomba,” katanya sembari tertawa.
Semasa SMA, Vi kerap mengikuti ajang lomba-lomba yang berkaitan dengan dunia presenter. Ini yang membuat dirinya mengajak para peserta talk show untuk menemukan bakat dan minat masing-masing.
Asah Softskill
Perempuan kelahiran 1996 ini menceriakan, saat menjadi siswa Smamda sering mengasah softskill di sela aktivitas belajarnya. Menurutnya, guru-urunya banyak membantu dan men-support dia untuk bisa meraih prestasi maksimal. Baik akademik maupun nonakademik. Selain mengikuti ekstrakurikuler presenter, dia juga aktif mengikuti ekstrakurikuler English Conversation Club (ECC).
“Aku cari tahu apa yang aku suka dan bisa, ternyata aku suka bahasa Inggris. Kan aku nggak bisa nih di matematika, nggak jago biologi, jadi hal yang aku bisa itu apa? Akhirnya itu yang aku kembangin,” terang Finalis Sunslik Hijab Hunt 2017 ini.
Dalam memilih jurusan, lanjutnya, dia juga memadukan hal yang disukai. Awalnya perempuan yang hobi public speaking ini memutuskan untuk kuliah di Jurusan Komunikasi. Tapi karena ingin lebih mengasah kemampuan berbahasa Inggrisnya, dia lebih pilih Jurusan Hubungan Internasional Unair melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Saat memasuki masa perkuliahan, putri sulung dari dua bersaudara ini mengaku melaluinya dengan tidak mudah. Saat semester awal pernah memperoleh IPK 2,9. Hal itu yang membuat dirinya mencari cara untuk bisa survive.
“How I survived? Ternyata dari mencoba sesuatu, alhamdulillah bisa menjadi sesuatu,” katanya.
Berbekal Membaca dan Quote
Bagi Vi, fase-fase bingung di masa perkuliahan pun datang karena waktu itu belum biasa membaca bacaan berat tentang literatur hubungan internasional. Akhirnya bisa dia lalui setelah tahu hal yang disukai dan hal yang harus dilakukan.
“Oh, aku kurang bisa politik nih, tapi aku suka ngomong. Aku harus cari cara belajar yang aku sukai,” kisahnya.
Salah satu cara yang ia tempuh, lanjutnya, dia mengikuti Model United Nation (MUN) Clubs dengan begitu bisa berperan menjadi seorang diplomat sebuah negara yang memaksanya untuk membaca, berdiskusi tentang materi hubungan internasional di antara kebudayaan negara, studi kasus politik, berita-berita internasional.
“Usaha ini berbuah manis. Tidak sekadar menaikkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dari 2,9 menjadi 3,5 saja tetapi juga terpilih sebagai delegasi Unair untuk London International Model United Nations di tahun 2017,” jelasnya.
Selain itu, sambungnya, dia juga berbekal quote Doing things that you love and should do you will find a way to survive . Yakni mengerjakan sesuatu yang kamu cintai dan seharusnya dilakukan, kamu akan menemukan jalan untuk bertahan hidup. Dengan prestasi tersebut, alumnus Jurusan HI Unair 2018 ini bisa mudah memilih pekerjaan yang ia sukai
Permasalahan Remaja
Memasuki era globalisasi, Vi manfaatkan akun Instagramnya untuk menjadi conten creator. Dia pun kerap membuat sharing session dengan isu-isu yang sedang terjadi diantaranya tentang permasalahan remaja, cinta, rekomendasi kuliner. Mendatangkan narasumber tidak hanya dari teman dekatnya tetapi juga dari followers-nya.
“Aku sangat senang dengan sharing session yang ia jalani. Bisa tahu setiap orang mempunyai cara masing-masing untuk survive dan berjuang selama pandemi Covid-19, ia masih produktif,” ujarnya.
Untuk meng-handle endorsement yang begitu banyak, penghobi kuliner ini tergabung dalam Noah Talent Management sehingga punya banyak waktu untuk membuat konten menarik saat sharing session.
Menjadi seperti sekarang, menurutnya, harus dimulai dengan langkah kecil. “Kalau ditarik garis besar, dulu aku tidak memulai langkah kecil paling ia akan bertahan menjadi anak yang nggak berani ngomong,” kata mantan penyiar cilik di RRI itu.
Asah Kekuarangan Diri
Dalam acara ini Vi pun berpesan kepada para peserta untuk tidak memiliki rasa terlambat memulai.
“Ikut lomba yang kecil, remeh temeh bahkan orang lain nggak ngerti ini lomba apa, ikutin aja. Dari situ kamu bisa mengasah kurangmu. Dari mana apa yang bisa kamu perbaiki, syukur syukur menang kalau kalah perbaiki lagi. Ikuti lagi lomba yang gede juga.”
Jadi jangan takut untuk mencoba, sambungnya. Gagal nggak apa-apa, bisa dilakukan lagi. Kalau misalkan itu bidang kamu, kamu akan selalu merasa enjoy untuk melakukan hal itu. Belajar lagi, cari tau apa yang kalian suka. Cari potensi-potensi kalian.
Terkait pemilihan jurusan, Vi juga berpesan agar para peserta memilih jurusan yang disukai dan berusaha survive dan tidak gampang menyerah ketika sudah memasuki dunia perkuliahan.
“Understand Who You Are, Reach Your Future Goal. Ketahui, pahami dirimu. Hal yang kamu sukai, hal yang harus kamu lakukan, kemampuan yang kamu miliki, cita-cita tujuan masa depan akan tercapai,” tandasnya. (*)
Kontributor Masiha Gemilang dan Tanti Puspitorini. Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.