Tafsir surat al Buruj, penguasa zalim benci rakyat beriman bisa dipakai untuk menganalisis perilaku penguasa di suatu negeri.
PWMU.CO– Penguasa menekan rakyat, orang-orang beriman, dan jujur sudah lumrah terjadi dalam sejarah. Kondisi itu terjadi di negeri mana pun. Lebih-lebih negeri dengan penguasa korup dan zalim. Kondisi itu diceritakan al-Quran surat Al Buruj (85) yang terkenal sebagai kisah Ashabul Ukhdud, kaum pembuat parit penyiksaan.
KH Sachrodji Bisri, pengasuh Pesantren Tahfidh Serang Banten dalam kajian tafsir surat Al Buruj bercerita tentang penganut ajaran Nabi Isa yang percaya tauhid disiksa oleh penguasa dengan dimasukkan parit berisi api.
Mereka orang beriman lelaki, perempuan, dan anak-anak. ”Pemimpin zalim itu dikenal dalam sejarah bernama Dzu Nuwas menguasai negeri Najran, Yaman, dari bangsa Yahudi,” ujar Kiai Sachrodji.
”Seperti diceritakan dalam ayat 4 – 7, penguasa zalim ini menikmati kezalimannya dengan menyaksikan siksaan orang-orang beriman yang dibakar dalam parit. Mereka menonton penyiksaan itu dengan duduk di atasnya,” katanya.
Kenapa mereka disiksa? Ayat 8 menerangkan karena rakyat beriman itu percaya kepada Allah yang menguasai kerajaan langit semesta dan bumi. ”Inilah repotnya memiliki penguasa yang tidak suka dengan rakyat beriman. Sebab orang beriman bakal merepotnya penguasa yang korup. Telinganya panas mendengarkan nasihat-nasihat baik,” sambungnya.
Tuduhan Makar
Kiai Sachrodji menerangkan, Nabi Isa sebenarnya bangsa Yahudi tapi orang-orang Yahudi sendiri menolak ajarannya akibat hasutan ulama jahat yang tersinggung dengan kritikan Nabi Isa. Rupanya dendam itu turun temurun sehingga bangsa Yahudi yang menguasai Najran menangkapi penduduk negeri yang beriman mengikuti ajaran Nabi Isa.
”Nabi Isa dengan ajarannya dituduh makar karena itu ditangkap. Orang-orang beriman di Najran ini juga ditangkap dan dibakar dengan tuduhan hendak makar kepada penguasa. Padahal belum terbukti, hanya khawatir dan curiga saja nanti orang-orang beriman ini dinilai berbahaya dapat menggulingkan kekuasaannya,” katanya.
Dalam ayat 10 dijelaskan, jika pemimpin zalim ini makin sombong dan tidak segera taubat maka falahum adzabun jahanam walahum adzabun hariq. ”Penguasa itu mendapat siksa di dunia dan akhirat. Adzab jahanam itu ada yang mengartikan siksa akhirat, sedangkan adzab hariq dimaknai siksa dunia,” ujarnya.
Apa bentuk siksa dunia ini? Macam-macam bentuknya bisa berupa kekuasaannya hancur, penguasa itu ganti ditangkap dan dipenjara oleh penggantinya, atau mengidap penyakit yang menyiksa hidupnya.
Orang-orang beriman yang mati disiksa dan dituduh makar kepada penguasa oleh Allah diberi kehidupan surga indah dengan sungai mengalir. Sesungguhnya kehidupan surga itulah kemenangan besar (ayat 11).
Nikmat surga didapatkan oleh pejuang syahid karena Allah yang memiliki sifat ghafur artinya mengampuni dosa dan kesalahannya. Allah juga memberi segalanya kepada hamba yang mempertahankan keimanan karena Dia bersifat al Wadud.
Belajar dari tafsir surat al Buruj maka berhati-hatilah para penguasa yang suka menggali lubang parit penyiksaan agar kelak tidak tercebur ke parit yang digali sendiri. Seperti kezaliman Dzu Nuwas akhirnya hancur di tangan orang hitam dari Abesinia, Afrika. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto