PWMU.CO – Nakes harus dilindungi, USAID bantu APD. Hal itu diungkapkan oleh Mission Director United States Agency for International Development (USAID) Indonesia Ryan Washburn.
Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melalui program Mentari Covid-19 menggelar Seremoni Serah Terima Bantuan program kolaborasi USAID dan MPKU via Zoom, Kamis (22/10/2020).
Menurut Ryan Washburn USAID merupakan badan pembangunan internasional dari Pemerintah Amerika Serikat.
“USAID bermitra dengan berbagai negara untuk memperkuat kapasitas dan komitmen dalam mengatasi tantangan pembangunan,” ujarnya.
Perlindungan yang Tepat
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), lanjutnya, menyatakan bahwa Indonesia telah kehilangan 130 dokter dan 92 perawat akibat Covid-19.
“Kami turut berduka cita atas kehilangan dokter dan perawat Indonesia. Setiap orang yang langsung menangani pasien dan memberikan perawatan kesehatan kepada masyarakat membutuhkan perlindungan yang tepat saat menjalankan tugasnya,” ungkapnya.
“Dokter dan perawat harus dilengkapi dengan peralatan yang sesuai serta keterampilan dan kapasitas untuk melindungi dirinya,” tambahnya.
Mengatasi pandemi ini, menurutnya, semua pihak mulai dari pemerintah, rumah sakit umum, rumah sakit swasta, masyarakat hingga individu harus bersatu padu.
“Tugas kita harus dimulai dari titik nol. Yaitu rumah sakit dan fasilitas kesehatan kita. Dan saat ini yang dibutuhkan rumah sakit dan fasilitas kesehatan adalah lebih banyak alat pelindung diri (APD),” jelasnya.
Muhammadiyah Respon Pandemi
“Hari ini saya mewakili USAID menyerahkan APD sebagai dukungan kepada MPKU Muhammadiyah dan pemerintah Indonesia. Dukungan APD ini akan memberikan perlindungan kepada lebih dari 500 tenaga kesehatan (nakes),” imbuhnya.
Dia menambahkan USAID telah berkomitmen senilai lebih dari 10.2 milyar rupiah atau 700.000 dolar AS dalam bentuk dukungan langsung kepada 30 Rumah Sakit Muhammadiyah Aisyiyah (RSMA).
“Jumlah tersebut mencakup pelatihan perawatan dan kesiapan fasilitas untuk melindungi nakes dan meningkatkan kualitas perawatan,” terangnya.
Dia mengapresiasi upaya MPKU Muhammadiyah dalam merespon pandemi. Dukungan USAID untuk Muhammadiyah adalah bagian dari bantuan pemerintah AS untuk Indonesia dalam mengatasi pandemi.
“Pemerintah AS telah memberikan bantuan 187 milyar rupiah atau 11 juta dolar untuk Indonesia sejak wabah Covid-19 ini mulai,” urainya.
Nakes Lini Terdepan
Dukungan ini, lanjutnya, melengkapi nakes Indonesia dengan peralatan yang sangat dibutuhkan. Meningkatkan laboratorium, survey land penyakit dan kapasitas respon cepat.
“Mempercepat deteksi dan pelacakan kasus serta meningkatkan komunikasi resiko. Semua hal tersebut akan memastikan bahwa lebih banyak orang tahu bagaimana melindungi diri dan orang lain,” paparnya.
Menurutnya nakes merupakan lini terdepan dalam perjuangan ini. Maka berhak mendapatkan perlindungan yang tepat melalui peralatan seperti APD.
“Hanya dengan tenaga kesehatan yang kuat dan sehat kita bisa memastikan keberlanjutan pelayanan kesehatan lainnya selama masa sulit seperti ini,” tegasnya.
Tetap Perhatikan TBC
Meski pandemi, ujarnya, penyakit lain tidak hilang begitu saja. Hanya karena kita sibuk menangani Covid-19.
“Itu sebabnya kemitraan USAID dengan Muhammadiyah saat ini mendukung keberlanjutan pelayanan tuberkulosis dan layanan esensial lainnya,” ungkapnya.
USAID bekerjasama dengan Muhammadiyah dalam beberapa hal. Pertama memperluas akses informasi tentang TBC untuk menurunkan stigma di antara nakes serta masyarakat umum.
“Kedua membudayakan perilaku seperti cuci tangan dengan sabun untuk menurunkan penyebaran penyakit pernafasan. Kita mengidentifikasi dan menjangkau lebih banyak kasus dugaan TBC,” jelasnya.
USAID, lanjutnya, juga bekerjasama dengan 6 RSMA sebagai tempat rujukan pasien TBC resistens obat di 3 provinsi. Sehingga lebih banyak orang bisa mengakses layanan yang dibutuhkan.
“Saat kita bangkit melawan pandemi ini berharap bahwa kemitraan ini semakin mencerminkan komitmen kami terhadap pemerintah dan masyarakat Indonesia. Mari kita selamatkan lebih banyak jiwa,” tuturnya.
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.