PWMU.CO – Muhammadiyah Pare, Kediri, bentuk Bukmu dengan pelayanan jemput mobil ambulance bagi warga yang sakit maupun meninggal dunia.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pare, Kediri, Ustadz dr Wahyu Nur Alamsyah SpB dalam WhatsApp Group (WAG) PCM Pare, Selasa (27/10/2020).
Menurut Wahyu Nur Alamsyah, Badan Urusan Kematian warga Muhammadiyah (Bukmu) Pare, diharapkan mampu menjalin kerja sama dengan yayasan Islam lainnya. “Kerja samanya bisa dalam bentuk pelayanan mobil ambulance. Termasuk untuk menjemput anggota Bukmu yang sedang sakit atau yang meninggal dunia,” ujarnya.
Sebagai langkah awal, kata dia, prioritas pascapandemi adalah menyelenggarakan kajian-kajian rutin. “Untuk tempat yang disepakati adalah Masjid Al-Furqon, Jalan Serang Nomor 25,” tutur Wahyu.
Sementara untuk tempat praktik merawat jenazah diletakkan di ruang perawatan jenazah di dalam komplek Masjid Sholikhin, Jalan Argowayang Kampung Taruna, Pare. “Untuk bakti sosial dan seterusnya, akan dijadwalkan sesuai data yang disetor 15 Pimpinan Muhammadiysh ranting kota setempat,” kata dia.
Wahyu juga berharap, ke depan MPK bersinergi dengan Majelis Pelayanan Sosial (MPS) PCM Pare. “Tujuannya agar mampu memanfaatkan kesempatan menyatukan persaudaraan sesama mukmin, baik dari lintas generasi, activis, ataupun ortom ( organisasi otonom) dalam Persyarikatan Muhammadiyah,” ungkapnya.
Selain itu, dia juga menginventaris sejumlah ulama asal Kota Pare, agar berkenan mengisi beragam kajian. “Juga memberi pelatihan pada segenap warga Muhammadiyah dalam praktik merawat jenazah yang sesuai sunnah nabi,” paparnya.
Buku Panduan
Rencananya, dalam pelatihan nanti menggunakan buku panduan yang diterbitkan MPK PP Muhammadiyah. Juga disertai buku fikih merawat jenazah sesuai sunnah karya Nashiruddin al-Albani. “Selain diberi cover, dalam buku tersebut juga mencantumkan nomor kontak petugas Bukmu Pare, agar mudah dalam hal komunikasi,” ujar Wahyu.
Menurut dia, mengingat dan mempersiapkan kematian termasuk golongan orang-orang yang cerdas. “Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang mukmin yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian, dan mempersiapkan untuk menghadapi kematian, mereka semua adalah orang yang cerdas,” ungkapnya mengutip hadits riwayat at-Tirmidzi.
Maka, sambungnya, keyakinan ini harus ditanamkan sejak dini agar manusia bisa mempersiapkan diri apabila datang hari kematian, karena cukuplah dengan kematian sebagai pengetuk hati dan pemutus seluruh kenikmatan di dunia ini.
“Dengan terbentuknya WAG Divisi Bukmu Cabang Pare, akan mempermudah komunikasi. Sehingga, jika ada warga Muhammadiyah yang meninggal hanya dibutuhkan 40 orang yang tidak musyrik untuk menyalatkan jenazahnya, maka 70 Malaikat akan mendoakan kita,” terang Wahyu. (*)
Penulis Suparlan. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni