PWMU.CO – In Memoriam Yudi Prianto yang tak bisa melihat orang susah. Kisah tersebut disampaikan kakak kandung almarhum pada Lazismu Mojokerto.
Lilis Suryani tak pernah tahu kepada siapa almarhum Yudi Prianto pernah berbuat baik. Namun, ia sangat terkejut ketika adiknya yang tak lain Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Sidoarjo tersebut meninggal pada Rabu (14/10) dini hari, rumahnya di Ngoro, Kabupaten Mojokerto tak henti didatangi orang bertakziah.
Cerita itu disampaikan Lilis Suryani, kakak kandung Yudi Prianto kepada Staf Program dan Pemberdayaan Lazismu Kabupaten Mojokerto Isnatul Chasanah, Rabu (21/10/2020).
Saat itu, keluarga Yudi baru saja menunaikan sedekah melalui Lazismu Kabupaten Mojokerto atas nama almarhum. “Itu memang niat kami sebagai keluarga untuk bersedekah atas nama almarhum. Kalau kita mengingat, ada tiga perkara yang membuat amalan seseorang tak putus meski sudah meninggal, salah satunya amal jariyah,” tutur Lilis.
Sedekah yang ditunaikan melalui Lazismu tersebut, diharapkan bisa menjadi jariyah untuk almarhum. Oleh keluarganya, sedekah diakadkan untuk program Nasi Berkah yang dibagikan pada dhuafa serta fakir miskin setiap hari Jumat. Lilis menyebut, sedekah itu bukan wasiat almarhum.
“Tidak ada wasiat atau permintaan. Ini murni niat keluarga untuk meneruskan kebiasaan beliau,” imbuh perempuan yang juga aktif di Nasyiatul Aisyiyah (NA) tersebut.
Tak Tega Lihat Orang Susah
Memang, kedua orang tuanya menanamkan prinsip tidak menerima bantuan dari siapapun sesulit apapun keadaannya. “Ini tertanam sekali di diri almarhum. Sesulit apapun, kalau lihat orang nggak punya, keluarga atau temannya yang kesulitan, beliau berusaha untuk membantu,” kenang Lilis.
Menceritakan sosok Yudi melempar kembali ingatan Lilis pada masa hidup adik yang sangat dekat dengannya itu. Lilis ingat betul salah satu cerita yang disampaikan Yudi bertahun-tahun silam. Saat itu, seperti biasa saat Yudi yang berdomisili di Sidoarjo pulang ke rumah keluarganya di Ngoro, keduanya ngobrol banyak hal hingga lupa waktu.
“Saya ingat betul, beliau bilang paling nggak bisa kalau lihat orang nggak punya. Seumpama bisa, beliau ingin memberikan semua uangnya kepada orang-orang yang membutuhkan, sayangnya itu juga tidak bisa,” kisahnya.
Dalam kenangan keluarganya, sejak muda, Yudi dikenal pekerja keras dan sangat rendah hati. Selepas SMP, Yudi muda melanjutkan sekolah di Sidoarjo hingga kuliah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida). Meski jauh dari rumah, Yudi tak pernah merepotkan keluarganya untuk urusan apapun.
Banyak Kerabat Bertakziah
Bahkan, Lilis menyebut, uang sekolah, kuliah, dan biaya hidup pun Yudi tak pernah minta kepada orangtuanya. Sekalipun hidup di kota orang, Yudi tak sekalipun menunjukkan kesusahan dan perjuangannya. Bahkan, Lilis dan keluarganya tak tahu banyak aktivitas Yudi di Sidoarjo sekalipun ia menjadi tokoh di kota udang tersebut.
“Kami tahunya beliau mengajar di Smamda, lalu jadi Waka Kesiswaan, juga jadi pimpinan di PDPM Sidoarjo. Tapi ya hanya itu, tidak tahu lebih,” cerita Lilis.
Lilis mengetahui sepak terjang Yudi justru saat ia berpulang dan banyak kerabatnya yang bertakziah ke Ngoro hingga banyaknya ucapan yang dia ketahui dari media sosial.
Manager Lazismu Kabupaten Mojokerto Khoirul Azmi Ridho mengungkapkan terima kasih kepada keluarga Yudi Prianto yang telah menyalurkan sedekah melalui Lazismu.
“Kita tidak pernah tahu sampai kapan dan seberapa besar kita bisa memberi manfaat untuk sesama, karena sisa umur tidak ada yang tahu. Mudah-mudahan, sedekah ini bisa menjadi amal jariyah untuk almarhum. Lazismu Kabupaten Mojokerto turut berduka cita atas berpulangnya salah satu kader terbaik Muhammadiyah,” tutur Ridho.
Lilis berharap, sedekah atas nama almarhum tersebut bisa menjadi inspirasi kebaikan untuk orang lain. “Yang belum berinfak mudah-mudahan bisa tergerak untuk berinfak. Tidak ada niat yang lain, semoga menjadi amal jariyah dan inspirasi berbagi,” pungkas Lilis. (*)
Penulis Isnatul Chasanah. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.