PWMU.CO – Kultum Maulid Nabi Muhammad SAW secara virtual disampaikan dua siswa Smamita dalam Kajian Spesial Rasulullah, Kamis (29/10/20).
M Dafi Firmansyah dan Ukhudiah Kafanila Malika Azar, dua siswa kelas X-IPA 4 dan XI IPA 3 SMA Muhammadiyah 1 Taman (Smamita) tersebut menyampaikan materi kultum keteladanan Nabi Muhammad saw.
Padamnya Api Majusi
M Dafi Irwansyah menjelaskan, ada kejadian langka jelang kelahiran Nabi Muhammad SAW yang terjadi di Mekkah, yang dianggap tanda-tanda kemuliaan dari Allah SWT. Salah satunya adalah padamnya api sesembahan kaum Majusi di kuil pemujaan Persia (kini Iran).
“Api Majusi yang telah menyala hampir seribu tahun dikisahkan tak pernah padam, hingga jelang kelahiran Rasulullah. Kaum Majusi berusaha menghidupkan kembali api tersebut namun tetap tidak menyala,” kata Dafi dalam Kultum Maulid Nabi.
Selain padamnya api kaum Majusi, lanjutnya, menjelang kelahiran Nabi juga berdekatan dengan peristiwa kehancuran pasukan gajah. ”Pasukan yang dipimpinan Raja Abrahah ini ingin menghancurkan Kakbah. Abrahah iri dengan kemajuan ekonomi Arabia Utara karena adanya Kakbah,” jelas dia.
Dafi menambahkan, kala itu raja Abrahah menyerang Mekkah dengan pasukan gajah. Peristiwa itu diabadikan dalam al-Quran surah al-Fiil. “Ketika pasukan gajah Abrahah memasuki Mekkah, mereka dihujani batu yang dilempar burung Ababil. Pasukan Abrahah luluh lantak. Ia kalah, Mekkah pun selamat,” tutur Dafi.
Pengemis Yahudi
Selain kejadian-kejadian langka jelang kelahiran Rasulullah, juga ada kisah keteladanan dari Nabi Muhammad. Seperti yang disampaikan Ukhudiah Kafanila Malika Azar. Dia menceritakan kisah pengemis Yahudi buta di pasar Madinah. Di sudut pasar tersebut, pengemis buta itu selalu berkata pada orang-orang yang mendekatinya.
“Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad. Dia itu orang gila, pembohong, tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya, kalian akan dipengaruhinya,” ujar Azar, sapaan akrabnya, saat menirukan perkataan dari pengemis Yahudi tua.
Setiap hari, sambungnya, pengemis Yahudi tua itu mencela Rasulullah. Kejadian itu terus berlangsung di pojok Pasar Madinah. “Sebagai Nabi yang diberi wahyu, Rasulullah tentu tahu apa yang dilakukan pengemis Yahudi buta itu. Setiap pagi Rasulullah saw mendatanginya dengan membawa makanan.
Tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu. Saat Rasulullah menyuapinya, si pengemis Yahudi itu tetap berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Meskipun begitu, Rasulullah saw tetap menyuapi pengemis Yahudi itu hingga menjelang beliau wafat.
“Setelah wafatnya Rasulullah, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan kepada pengemis Yahudi buta itu,” terang Azar.
Suatu hari, kata dia, sahabat Abu Bakar RA berkunjung ke rumah putrinya Aisyah RA, yang menjadi istri Rasulullah. Abu Bakar bertanya kepada putrinya tentang sunnah Nabi Muhammad yang belum dia kerjakan. Aisyah menjawab, jika ada satu sunnah yang belum dikerjakan ayahnya, yaitu setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan pada seorang pengemis Yahudi buta.
Keesokan harinya, Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan yang akan diberikan pada pengemis itu. “Abu Bakar mendatangi pengemis tersebut dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak: ‘Siapakah kamu?’ Abu Bakar menjawab, “Kalau aku orang yang biasa.’,” ujar Azar.
Bersyahadat di Depan Abu Bakar
Si pengemis itu menjawab, jika Abu Bakar bukanlah orang yang biasa mendatanginya. “Apabila dia datang kepadaku, tangan ini tidak susah memegang dan mulut ini tidak susah untuk mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan itu dengan mulutnya. Setelah itu ia berikan padaku,” kisah Azar menuturkan ucapan sang pengemis tua tersebut.
Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya, dia lalu menangis sambil berkata kepada pengemis itu, jika dia bukan orang yang biasa datang padanya. Abu Bakar lalu menceritakan jika orang yang biasa menyuapinya telah tiada. Dialah Muhammad Rasulullah SAW. Usai pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar, dia pun menangis sedih lalu mengucap syahadat di depan Abu Bakar.
“Selama ini pengemis itu selalu menghinanya, memfitnahnya, Rasulullah tidak pernah memarahinya sedikitpun. Bahkan Nabi mendatanginya dengan membawa makanan setiap pagi, teladan yang begitu mulia. Demikian kisah Rasulullah dengan pengemis Yahudi buta yang begitu menyentuh hati. Nabi Muhammad saw mengajarkan kepada kita, betapa kelembutan akhlak dan budi pekerti yang baik dapat mendatangkan kebaikan pada orang lain,” tutup Azar. (*)
Penulis Wahyu Murti. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.