PWMU.CO – Presiden Prancis Emmanuel Macron panen kecaman. Umat Islam sedunia, termasuk Indonesia, mengutuk Macron yang telah menyinggung hati kaum Muslimin.
Marcon mengait-ngaitkan tindakan terorisme atau ekstrimisme dengan Islam. Ditambah sikapnya yang membiarkan majalah Charlie Hebdo berkali-kali menghina Nabi Muhammad SAW dengan karikaturnya.
Dia menganggap hal itu merupakan kebebasan berpendapat. Akhirnya sikap sang mantan banker ini meluas dampaknya. Terjadi kasus pembunuhan terhadap seorang guru sejarah bernama Samuel Paty, seusai memperlihatkan kartun Nabi Muhammad SAW yang dimuat Charlie Hebdo kepada siswanya.
Yang dilakukan guru tersebut merupakan suatu penghinaan pada agama Islam. Namun Macron malah membela dan menyudutkan Islam dalam pernyataannya.
Suami Brigitte Trognieux itu tidak akan melarang kartun yang menggambarkan Rasulullah SAW sebagaimana yang dilakukan oleh majalah Charlie Hebdo.
Bukan kali ini saja Marcon berulah. Pria yang lahir di Amiens, Prancis 47 tahun lalu juga pernah mengajukan undang-undang ‘anti separatis Islam’ pada September 2020 lalu.
Lelaki yang bernama lengkap Emmanuel Jean-Michel Frédéric Macron itu juga mengatakan bahwa Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia. Hal ini seakan berbanding terbalik, di mana negara yang ia pimpin menjadi negara dengan populasi Muslim terbesar di Eropa.
Umat Islam Sikapi Macron
Banyak negara sudah melakukan kecaman atas sikap Presiden Macron, seperti Turki. Mulai dari pemboikotan produk-produk buatan Prancis hingga aksi turun ke jalan.
Bagaimana dengan Indonesia? Berbagai organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah, NU, dan MUI sudah menyatakan sikap. Bahkan umat beragama lain juga sudah memberikan tanggapan terkait tindakan Macron. Umat Islam Indonesia pun sudah mengecamnya.
Bagaimana sikap pemerintah? Beberapa menteri, seperti Menteri Agama Fachrul Razi sudah menyatakan sikap. Bahkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sudah memanggil Duta Besar Prancis.
Namun, seakan belum lengkap ketika orang nomer satu di Indonesia belum menyatakan sikap. Apalagi Indonesia merupakan negara dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia.
Tapi akhirnya pada Sabtu (31/10/2020), Presiden Ir Joko Widodo (Jokowi) menggelar konferensi pers di Istana Negara dengan didampingi para perwakilan dari MUI, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), dan Majelis Tinggi Agama Kong Hu Cu Indonesia (Matakin).
Hal ini merupakan sesuatu yang seharusnya dilakukan sebagai kepala negara yang memiliki umat Islam terbesar di dunia. Sebab sikap Indonesia ini sangat penting mengingat posisinya sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia.
Lima Sikap Indonesia
Ada lima hal yang disampaikan Presiden Jokowi dalam pernyataannya yang disampaikan dalam waktu 3 menit 33 detik itu. Pertama, Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia mengecam keras atas terjadinya kekerasan yang terjadi di Paris dan Nice, Prancis, yang telah memakan korban jiwa.
Sebagaimana yang kita ketahui, selain peristiwa pemenggalan kepala guru, Samuel Paty, pada Kamis (29/10/2020) juga telah terjadi pembunuhan tiga orang di Gereja Notre-Dame di Kota Nice.
Kedua, Presiden Jokowi menyampaikan, Indonesia mengecam keras pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang telah menghina agama Islam dan melukai umat Islam di seluruh dunia. Tindakan yang bisa memecah-belah persatuan antarumat beragama di dunia, di saat dunia memerlukan persatuan untuk menghadapi pandemi Covid-19.
Ketiga, Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa kebebasan berekspresi yang mencederai kehormatan, kesucian, dan kesakralan nilai-nilai dan simbol agama sama sekali tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan.
Keempat, Presiden Jokowi mengatakan, mengaitkan agama dengan tindakan terorisme adalah sebuah kesalahan besar. “Terorisme adalah terorisme, teroris adalah teroris, tidak ada hubungannya dengan agama apapun,” tegasnya.
Kelima yang Presiden Jokowi mengajak dunia mengedepankan kesatuan dan toleransi beragama untuk membangun dunia yang lebih baik.
Hubungan Islam dan Prancis Ternodai
Prancis mempunyai penduduk dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di Eropa tahun 2020. Yang juga menarik, pemain-pemain sepakbola Muslim yang berkebangsaan Prancis menjadi trendsetter persepakbolaan dunia.
Kita pasti tidak asing dengan nama Zinedine Zidane yang menjadi pemain terbaik dunia serta mampu membawa timnas Prancis meraih piala dunia pertama kali di tahun 1998. Ada pua Paul Pogba yang yang menjadi pemain yang berpengaruh bagi Les Blues, julukan timnas Prancis. Pemain Manchester United ini menjadi tulang punggung keberhasilan Prancis mengangkat piala dunia untuk kedua kalinya di Rusia dua tahun lalu.
Lalu apakah mereka tidak kecewa ketika agama mereka di hina? Apa mereka tidak marah atas sikap Presidennya? Padahal mereka sudah memberikan sumbangsih besar dibidang olahraga bagi negeri Napoleon Bonapartte tersebut.
Mereka pasti akan marah dan mengecam apa yang dilakukan Charlie Hebdo serta Emmanuel Macron. Malahan sempat berhembus kabar bahwa Pogba mundur dari timnas Prancis sebagai bentuk kekecewaannya terhadap Macron.
Namun hal itu dibantah Pogba melalui akun Instagram-nya. Dia menyebut media The Sun yang mengabarkan hal tersebut telah menyebar hoax.
Terlepas dari itu semua, agama Islam tumbuh subur di Prancis. Meski banyak sekali mengalami hinaan yang sering kita dengar dengan istilah Islamophobia, namun Islam malah semakin besar di daratan Eropa, termasuk Prancis.
Prancis sendiri akan mengalami banyak tekanan akibat keteledoran pemimpinnya serta tindakan rasial yang dilakukan oleh Charlie Hebdo. Dalam konteks ini sikap yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo merupakan hal yang sudah tepat. (*)
Penulis Hendra Hari Wahyudi. Editor Mohammad Nurfatoni.