PWMU.CO– Joe Biden, kandidat Partai Demokrat, sepertinya bakal mengalahkan presiden incumbent Partai Republik Donald Trump. Hasil penghitungan suara terakhir macet di angka 264 electoral untuk Biden dan Trump 214. Namun hasil quick count mengunggulkan Biden.
Munculnya Joe Biden dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat memberikan harapan perlakuan yang lebih baik kepada masyarakat muslim di negeri itu.
Sikap Trump terhadap Islam lewat statement-nya sering menyudutkan Islam. Bahkan sudah tampak saat Pilpres empat tahun lalu saat berhadapan dengan Hillary Clinton.
”Menurut saya Islam membenci kita (Amerika),” ujar Trump dalam sebuah wawancara pada Maret 2016 lalu. Begitulah Trump, selalu frontal. Blaka suta. Blak-blakan. Dia juga anti imigran.
Biden, pria yang memiliki nama lengkap Joseph Robinette Biden Jr, sepuluh tahun menjabat wakil presiden di masa Presiden Barack Obama. Sebelumnya dia politikus dan pengacara Amerika Serikat dari Wilmington, Delaware.
Lelaki yang lahir di Scranton, Pennsylvania, 20 November 1942 ini sering kali berbicara tentang Islam. Misal, pada Juli 2020 dalam sebuah pertemuan online, Biden memberikan janji apabila ia terpilih sebagai Presiden AS memberikan kehidupan lebih baik bagi muslim Amerika.
Suami Jill Tracy Jacobs itu juga mengutip hadits Rasulullah. ”Hadits dari Nabi Muhammad mengatakan, siapa pun di antara kamu yang menjumpai kesalahan,hendaklah mengubahnya dengan tangannya. Jika dia tidak mampu, maka dengan lidahnya. Jika dia tidak mampu, maka dengan hatinya,” ujar Biden. Ini hadits sangat populer di kalangan Islam.
Joe Biden berjanji akan membatalkan aturan yang lahir di masa pemerintahan Trump yang melarang pendatang atau imigran dari negara mayoritas muslim ke AS. Dia juga berjanji akan memasukkan suara muslim AS ke dalam pemerintahannya apabila ia terpilih.
Pro Islam
Statement Biden di berbagai kesempatan, dan jejak digital memberikan harapan bagi muslim AS. Walaupun janji politik kadang-kadang tak sesuai harapan. Islam ikut menjadi komoditas politik di masa kampanye.
Imam Besar Masjid Islamic Center New York Imam Shamsi Ali pun menaruh harapan terhadap perubahan politik Islam di masa Biden. Shamsi Ali mengatakan, ”Pilpres ini sangat penting. Mudah-mudahan dapat hasil lebih baik. Secara pribadi kita harap Biden terpilih. Demokratis dan lebih dekat kepada Islam.”
Kita di sini tidak mengalami atmosfir politik di Amerika Serikat, namun dari berbagai media dapat merasakan ketatnya pertarungan Trump dan Biden. Bahkan ada yang menyebut Pemilu AS seperti cita rasa Indonesia. Misalnya, ada bagi-bagi sembako, makanan, dan klaim menang padahal penghitungan belum selesai.
Kemenangan Biden juga diharapkan menurunkan tensi Islamofobia. Laporan VOA Indonesia pada September 2020 lalu memberitakan ada peningkatan Islamophobia di AS selama masa Trump.
Zainab Arain, Manajer Riset dan Advokasi CAIR (Council on American–Islamic Relations) mengatakan, data tahun 2017 mencatat kenaikan 15 persen kejahatan kebencian anti-Muslim, dan 17 persen insiden bias anti-muslim. (*)
Penulis Hendra Hari Wahyudi Editor Sugeng Purwanto