PWMU.CO – Dakwah digital tak sekadar tentanmembuat konten. Tapi juga gerakan untuk memviralkan. Hal ini disampaikan Nadjib Hamid MSi dalam Kajian Intensif Mubalighat, Sabtu (7/11/20).
Dalam kegiatan daring yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jawa Timur, Nadjib hamid ini mengatakan dakwah selalu berhadapan dengan situasi masyarakat yang sudah terbentuk. Maka, diperlukan strategi dan metode yang berbeda.
“Kita harus bisa memanfaatkan perkembangan teknologi yang luar biasa dan sangat efektif penyebarannya daripada dakwah yang offline,” ujar Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim itu.
Nadjib mengungkapkan dakwah digital harus memahami sasaran dakwahnya. Mereka yang ‘mendengarkan’ dakwah digital itu tak perlu lama. Tapi harus jelas, singkat, dan menghibur.
“Kita harus mencontoh dakwah Nabi Muhammad SAW yaitu berdakwah merangkul orang, maka senangkan mereka. Jangan bikin dia menjauh atau lari. Berdakwah diminta untuk memudahkan, jangan malah menyulitkan,” jelasnya.
Untuk itu, tegasnya, dakwah digital tidak berhenti hanya konten saja, tetapi yang memviralkan harus ada. Tulisan bagus tetapi tidak diviralkan pengaruhnya juga kurang. Maka, buatlah tim dan bersinergi sehingga isi target dakwah pencerahan bisa tercapai.
“Kita itu hebat-hebat, maka harus bentuk tim supaya dakwah digital kita bisa berhasil,” kata Pemimpin Umum Majalah Matan ini.
Empat Menit Sudah Bosan
Nadjib menyampaikan perlunya mendesain dakwah Islam di era yang sangat cepat ini. Dakwah yang semula konfensional sekarang sangat cepat dan profesional. Maka, pesan harus bisa sampai ke masyarakat.
“Muhammadiyah dengan ortomnya agak telat menyikapi era ini dibandingkan dengan posting-an dari non-Muhammadiyah,” katanya.
Dakwah online Muhammadiyah, lanjutnya, mulai dari PWMU.CO maupun PWMU.TV perlu menyuguhkan panduan ibadah. Hal ini terbukti ketika PWMU.CO meng-upload shalat jenazah, pembacanya sangat banyak.
Maka, sambungnya, kita perlu materi dakwah yang lebih gampang yang disertai contoh-contoh dan tidak terlalu panjang durasinya.
“Hemat saya, kemampuan orang untuk melihat HP dan mendengarkan isi dakwah itu empat menit sudah bosan. Maka, diperlukan kutipan inti yang penting dari isi ceramah,” ungkapnya.
Tantangan Dakwah Digital
Nadjib memaparkan tantangan dakwah digital kita adalah mengklasifikasikan dai-dai. Mana dai yang cocok untuk orangtua, remaja, dan anak-anak. Berdakwah digital bukan sekadar dibatasi lisan semata, tetapi harus ada contoh konkret yang dijadikan sebagai materinya.
“Dakwah yang menyelesaikan persoalan bukan menambah masalah dan tidak hanya persoalan halal haram tapi proses pencerahan yang memadai juga,” jelasnya.
Dakwah pencerahan, lanjutnya, tidak hanya membicarakan salah dan benar saja, tidak juga menghakimi. Dakwah harus mampu mengayomi. Maka, terangnya, konten dalam dakwah digital harus mudah bagi masyarakat.
Dakwah Digital ‘Abadi’
Nadjib menegaskan dakwah pencerahan itu harus mampu menyelesaikan masalah di masyarakat. Perlu adanya narasi yang menarik, bukti-bukti gerakan yang dilakukan sehingga mampu memberikan nilai.
“Tanpa itu, orang tidak akan paham. Untuk itu, kemasan dakwah harus menjadi perhatian juga,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, materi dakwah digital yang dilakukan juga tidak terlalu berat tetapi tetap aktual. Maka, hal yang tetap harus diperhatikan ketika berdakwah digital adalah harus hati-hati. Tidak sekadar bercuap-cuap karena kalau ada kesalahan maka akan sulit untuk dihapus kalau sudah online.
“Harus hati-hati jangan sampai menyinggung orang lain karena susah untuk dihapus,” tandasnya. (*)
Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.