PWMU.CO– MOSLEM FANATICS FIGHT IN SURABAYA. Begitu judul berita koran New York Time edisi 20 November 1945. Dengan huruf kapital. Isinya menulis pertempuran Surabaya 10 November 1945 antara pejuang Indonesia dengan tentara Inggris.
Judul itu menggambarkan persepsi orang Barat menganggap perang 10 November di Surabaya itu dilakukan oleh kaum fanatik muslim (moslem fanatics). Lalu ada sub judul di bawahnya Religious Leaders in Charges Against Tanks–New Peril Is Feared in Batavia. Pemimpin Agama Melawan Tank – Bahaya Baru Ditakuti di Batavia.
Berita New York Time itu ditulis satu kolom panjang. Di bawahnya ada dua berita lagi yang berkaitan dengan perang di Jawa. Berita kedua berjudul Central Java Uprising Feared (Pemberontakan Jawa Tengah Ditakuti). Isinya perang di Semarang dan Yogyakarta.
Berita ketiga berjudul Mountbatten in Strong Protest (Mountbatten Protes Keras). Isinya, Admiral Louis Mountbatten, Komandan Sekutu di Asia Tenggara protes keras kepada Australia karena menyediakan gelombang pendek untuk radio Indonesia yang menyebarkan berita bohong dan kerusakan.
Berita Angle Barat
Selengkapnya berita berjudul MOSLEM FANATICS FIGHT IN SURABAYA sebagai berikut.
Batavia, Java, Nov 19 (UP)-Serangan hiruk pikuk oleh nasionalis Indonesia terhadap tank Inggris di Surabaya, dengan 1.000 atau lebih pasukan Muslim menyerbu dalam baku tembak yang mematikan, dilaporkan hari ini oleh penerbang Belanda yang kembali dari Surabaya.
Ketika pertempuran pecah lagi di Batavia, otoritas Belanda mengkhawatirkan serangan skala besar oleh ekstremis Indonesia.
Kabinet Perdana Menteri Sutan Syahrir yang terguncang mengadakan rapat darurat membahas perang itu. Ada kemungkinan pembicaraan damai yang ditetapkan untuk hari Kamis bakal dibatalkan.
Kantor Berita Belanda melaporkan, semua anggota Korps Pelestarian Perdamaian Indonesia akan dipindahkan dari Batavia ke posisi defensif di pinggiran kota untuk mengantisipasi serangan ekstremis. Ketika pertempuran pecah lagi di Batavia, otoritas Belanda mengkhawatirkan serangan skala besar oleh ekstremis Indonesia.
Menteri Penerangan Amir Syarifuddin menjelaskan, tindakan itu diambil untuk mencegah Batavia menjadi Surabaya kedua. Keputusan itu diambil pada rapat kabinet hari ini.
Penerbang Belanda mengatakan, di Kali Mas, sungai yang membelah Surabaya, dipenuhi oleh mayat orang Indonesia. Dia memperkirakan pasukan pribumi telah tewas antara 30.000 – 40.000 dalam pertempuran sepuluh hari.
Pejuang Indonesia itu dipimpin oleh para pemimpin agama Islam, kata penerbang itu, dan menyerang langsung ke senapan mesin Inggris tanpa takut mati.
Pasukan Inggris bergerak dari pusat kota menuju pemukiman Darmo untuk menguasai kawasan ini demi menyelamatkan sekitar 1.000 orang Eropa yang terjebak di sana.
Kota Hancur
Letjen Sir Philip Christison, Komandan Pasukan Sekutu di Jawa, meninggalkan Batavia hari ini untuk menyelidiki pertempuran di Surabaya dan diperkirakan sampai Kamis. Dia dijadwalkan bertemu dengan para pemimpin politik Indonesia di sini sebagai upaya untuk menghentikan pertempuran.
Sumber Indonesia mengatakan, para pejuang menembakkan enam sampai delapan peluru dalam satu jam ke kota yang hancur. Lalu pasukan Inggris membalas dengan bom selama 24 empat jam. Seorang perwira Inggris yang mundur dari Surabaya mengatakan kota itu hancur.
Kalangan Inggris mengatakan, tidak ada bukti keterlibatan orang Jepang yang mendalangi atau memimpin pasukan Indonesia.
Gangguan di Batavia saat ini meningkatkan ketegangan karena ditambah dengan laporan yang tersebar luas bahwa tentara ekstremis Indonesia akan melakukan serangan besar-besaran di kota.
Sumber Belanda menyebutkan, wabah serangan tersebut merupakan aksi terorganisir dan bukan kejadian insidental.
Pasukan Divisi India Inggris ini telah menduduki kantor polisi Indonesia di Lapangan Kramat (maksudnya Kantor Hoofd Beurau Polisi di Jl. Sikatan sekarang) dan polisi Indonesia diusir darinya didesak mundur ke Parapatten (Tunjungan) di mana pasukan Inggris lainnya mengambil posisi kunci.
Pertempuran sementara itu melambat di daerah selatan kota dan diyakini pejuang Indonesia mungkin bergeser ke daerah timur kota karena ancaman penyerangan.
Amunisi Jepang diterbangkan hari ini oleh pesawat angkut RAF ke pasukan Inggris di Semarang di mana Inggris menguasai senjata itu setelah menemukan markas Nasionalis untuk merebut kota. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto