PWMU.CO– Masjid Melbourne mulai gelar shalat Jumat pada 13 November lalu. Umat Islam di Australia mulai bisa berkumpul di masjid meskipun dalam waktu terbatas. Ini menandai dibukanya semua masjid di kota itu untuk ibadah setelah pandemi corona terus menurun.
Sejak wabah corona, masjid-masjid ditutup hampir delapan bulan lama untuk mencegah penularan virus covid-19. Begitu juga tempat ibadah lain dan sekolah. Sampai hari Sabtu (14/11/2020), Negara Bagian Victoria mencatat rekor tidak ada kasus penularan baru covid dalam dua pekan terakhir.
Menurut Kementerian Kesehatan Australia, jumlah penularan infeksi covid di Australia hingga hari ini hanya 27.711 orang, mati 907 orang, dan sembuh 25.478 orang. Jumlah penularan terbanyak di Negara Bagian Victoria mencapai 20.345 orang, sembuh 19.522 orang dan kematian 819 orang.
Jumlah masjid Melbourne ada lebih 40 bangunan yang dikelola warga muslim dari berbagai penjuru dunia yang menetap di Benua Kanguru ini. Warga muslim Indonesia punya empat masjid. Yaitu Masjid Westall di wilayah selatan, Masjid Surau Kita di utara kota, Masjid Baitul Ma’mur di barat kota, Masjid Sunshine.
Muchlis Setioaji, asal Kebumen, Jawa Tengah, mengikuti shalat Jumat di Coburg Islamic Centre dekat rumahnya. Dia sudah tinggal hampir enam tahun di Melbourne mengungkapkan kegembiraannya bisa shalat berjamaah lagi. ”Sangat terharu, karena saya sudah delapan bulan tidak Jumatan,” ujar Muchlis ketika dihubungi wartawan abc.news saat Jumat lalu.
Muchlis mengatakan masih ada pembatasan jumlah jamaah yang hadir di Masjid Coburg. Aturan pemerintah setempat menyebutkan rumah ibadah diperbolehkan menggelar kegiatan dengan pembatasan 20 orang jika diadakan di dalam ruangan dan sebanyak 50 orang di luar ruangan.
Ini sesuai aturan protokol kesehatan otoritas Negara Bagian Victoria. Karena itu jamaah yang ingin shalat di masjid harus mendaftar dulu agar bisa diatur shalat Jumat bergelombang yang harus diikuti.
”Saya harus mendaftar dulu. Pendaftaran sudah dibuka sejak pukul 5 sore Kamis dan alhamdulillah, saya mendapat nomer 19,” katanya.
Dia mengaku tidak merasa khawatir saat datang ke masjid untuk menjalankan shalat berjamaah. ”Sebelum masuk ada scan suhu tubuh, pakai hand sanitizer, kemudian mengecek nama sesuai pendaftaran,” tuturnya.
Menurut dia, ini menjadi contoh yang bagus bagaimana hubungan agama dan negara, semua harus mengikuti aturan. ”Ibadah tetap jalan tapi mengikuti aturan negara dan melakukan shalat Jumat dalam beberapa sesi. Jadi setiap jamaah juga kebagian tempat,” tambahnya.
Masjid Tertua
Masjid Melbourne lain yang juga menggelar shalat Jumat pertama kalinya adalah masjid tertua di pusat kota Melbourne, yaitu Masjid Albania berada di kawasan Carlton.
Untuk bisa mengikuti shalat Jumat di Masjid Albania harus mendaftarkan diri terlebih dahulu secara online. Pendaftararan sudah dibuka sejak Rabu (11/20) siang.
Jamaah yang sudah mendaftar shalat Jumat di Masjid Albania kemudian diberitahu lewat email jadwal shalat sesuai sesinya pada hari Kamis.
Dalam email tersebut disebutkan setiap jemaah harus membawa sajadah sendiri, sudah berwudhu dari rumah, dan tetap menggunakan masker. Setibanya di masjid, hanya mereka yang sudah terdaftar yang boleh masuk dan menjaga jarak sekitar dua meter antar jamaah lain.
Khutbah dan shalat Jumat berjalan seperti biasanya, yakni selama 30 menit. Setelah selesai, para jamaah diminta untuk segera meninggalkan lokasi. Shalat Jumat di Masjid Albania digelar dua sesi. Pukul 13:30 dan 14:30 waktu setempat.
Takmir Masjid Albania mengatakan, shalat lima waktu dengan batasan maksimal 20 orang juga telah diberlakukan. Namun tidak perlu mendaftar terlebih dahulu. Bisa langsung datang mengikuti shalat.
Sementara itu di Masjid Preston, yang pernah masuk dalam daftar hostpot penularan virus corona pada bulan Juni lalu, menggelar shalat Jumat sebanyak tiga kali karena jumlah jamaah sangat banyak. Sesi shalat diadakan bergantian pada pukul 13:00, 13:40, dan 14:20 waktu setempat.
Di masjid ini tak perlu mendaftar terlebih dahulu. Takmir mengutamakan orang lanjut usia atau memiliki kebutuhan khusus didahulukan. Setelah jamaah terpenuhi yang lainnya menunggu dulu. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto