PWMU.CO – Memasuki usia ke-104, Muhammadiyah dihadapkan pada tantangan baru yang tidak ringan. Selain masih harus menuntaskan penyembuhkan penyakit ‘TBC lama’ di bidang aqidah dan ibadah, kini bermunculan klenik baru. Seperti fenomena Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang dipercaya dapat menggandakan uang miliaran rupiah, batu Ponari yang diyakini bisa menyembuhkan aneka penyakit, dan nabi-nabi palsu yang punya banyak pengikut.
Hal itu diungkapkan Nadjib Hamid dalam pengarahan Musyawarah Ranting (Musyran) Muhammadiyah, Aisyiyah, dan Nasyiatul Aisyiyah Paciran, Lamongan, (15/10). “Ironis, di tengah kehidupan modern yang menuntut rasionalitas, justru praktik-prakitk kehidupan yang tidak masuk akal dipercaya ribuan warga masyarakat, termasuk cendekiawan muslim lulusan pendidikan Barat,” ujar Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim itu masygul.
(Baca: Dimas Kanjeng dan Kejumudan Baru Masyarakat Modern dan Munculnya Spiritualitas Palsu Bukti Umat Islam Kehilangan Teladan)
Semua itu, kata dia, memerlukan pembaruan strategi dan managemen dakwah. “Kegiatan Muhammadiyah tidak cukup hanya berupa pengajian dengan pola lama, tapi harus ditata dengan pola baru yang lebih menggairahkan dan bisa menyelesaikan problem keumatan, utamanya di bidang ekonomi,” tuturnya.
Menurut dia, di bidang ekonomi, sebagian masyakarat kita sudah frustasi karena kalah bersaing dengan para kapitalis. “Pedagang kecil kita, disapu bersih oleh Alfamart dan Indomart yang masuk ke desa-desa. Sementara tidak ada lembaga keuangan resmi yang mau menolong, mereka dicekik oleh para rentenir,” ujarnya.
“Apakah kita hanya akan marah-marah atau berikhtiar untuk menolong mereka melalui tindakan nyata?,” tanya Nadjib sembari mengutip ungkapan bijak: Menyalakan lilin di tengah kegelapan, lebih baik daripada mengumpat.
(Baca juga: Bubarkan, Pengajian yang Tak Lahirkan Gerakan Kepedulian Sosial dan Untuk Apa Saldo Kas Masjid Ratusan Juta jika Jamaahnya Melarat)
Oleh karena itu, dia meminta anggota Musyran merumuskan program-program yang menyentuh kebutuhan riil masyarakat, agar Muhammadiyah tidak ditinggalkan oleh umat. “Ayo kita jadikan tantangan tersebut sebagai peluang dakwah yang menggembirakan, bukan disikapi dengan cara menyalahkan orang,” ajaknya.
Musyran yang berlangsung di halaman Pondok Modern Muhammadiyah Paciran itu selain merumuskan program selama satu periode, juga memilih pimpinan baru. Dari hasil pemilihan Pimpinan Ranting Muhammadiyah, Arifuddin Shonik memperoleh suara terbanyak (44) dan ditetapkan sebagai ketua. Peraih suara berikutnya, Fahruddin (41), Agus sholihun (40), Afifuddin (36), Zawawi (31), M. Anif Musha (29), Chusnul Abid (28), Ainur Rofiq (27), Jayus (25), Fathul Amir (24), dan Husnul Khuluq (22).
Sedangkan untuk Aisyiyah, peraih suara terbanyak diduduki Hj Muizatin (43 suara). Disusul Dra Khudli’ah (35), Dra Nur Aini (35), Dra Ifadah Mughni (35), Aisyah SPd (31), Rofidah SThI, dan Dra Endang Supriyati. Dalam rapat pimpinan terpilih, disepakati Khudliah sebagai ketua. Kemudian Muizatin dan Rofidah sebagai Wakil Ketua. Sekretaris: Aisyah. Wakil Sekretaris: Endang Supriyati. Bendahara: Ifadah Mughni. Wakil Bendahara: Nur Aini.
Untuk Pimpinan Nasyiah, Nadzifatun Sholihah memperoleh 49 suara, Ilmiah (32), Himmatul Husniyah (27), lfadah (27), Lailatul Mufidah (24), Vivi Qomariah (21), dan Iffatul Lailiyah (20). Sesuai hasil rapat pimpinan terpilih, Ifadah disepakati sebagai ketua. (MN)